Saturday, April 18, 2020

Kumpulan Cerita Dewasa Rupanya Ibuku Pun Senang Kusetubuhi


Kumpulan Cerita Dewasa - Namaku Guntury, aku akan menceritakan pengalaman seks-ku yang luar biasa yang pernah kurasakandan kualami. Sekarang aku kuliah di salah satu universitas terkenal di Bandung, dan tinggal di rumah di kawasan sejuk dan elite di kawasan Bandung utara dengan ibu, adik dan pembantuku.

Sejak SMA aku dan adikku tinggal bersama nenekku di Bandung, sementara ibu dan ayahku tinggal di Surabaya karena memang ayah mempunyai perusahaan besar di wilayah Jawa Timur. Dan sejak nenek meninggal ibu kemudian tinggal lagi bersama kami, sedangkan ayah hanya pulang sebulan atau dua bulan sekali seperti biasanya sebelum nenekku meninggal. Sebenarnya kami diajak ibu dan ayahku untuk tinggal di Surabaya, namun adik dan aku tidak mau meninggalkan Bandung karena kami sangat suka tinggal di tempat kami lahir.

Saat itu aku baru lulus SMA dan sedang menunggu pengumuman hasil UMPTN di Bandung, dan karena sehari-hari tidak ada kerjaan, ibu yang saat itu sudah tinggal bersama kami, memintaku untuk selalu menjemputnya dari tempat aerobik dan senam setiap malam. Ibuku memangpandai sekali merawat tubuhnya dengan senam/aerobik dan renang,sehingga walaupun usianya hampir 38 tahun, ibuku masih terlihat seperti wanita 27 tahunan dengan tubuh yang indah dengan kulit putih mulus dandada yang masih terlihat padat dan berisi. Walaupun di wajahnya sudah terlihat sedikit kerutan, tetapi akan hilang bila ibu berdandan, hingga kemudian terlihat seperti wanita 27 tahunan.

Aku mulai memperhatikan ibuku, karena setiap kujemput dari tempat senamnya, ibuku tidak mengganti pakaian senamnya dulu setelah selesaidan langsung pulang bersamaku, dan baru mandi dan berganti pakaian setelah kami sampai di rumah. Karena setiap hari melihat ibuku dengan dandanan seksinya, otakku mulai membayangkan hal-hal aneh tentang tubuh ibuku. Bagaimana tidak, aku melihat ibuku yang selalu memakai pakaian senam ketat dengan payudara yang indah menonjol dan pantat yang masih padat berisi.

Suatu hari, saat aku telat menjemput ibuku di tempat senamnya, aku tidak menemukan ibuku di tempat biasanya dia senam, dan setelah aku tanyakan kepada teman ibuku, dia bilang ibuku sedang di sauna, dan bilang agar aku menunggu di tempat sauna yang tidak jauh dari ruangan senam. Aku pun beegegas menuju ruangan sauna, karena aku tidak mau ibuku menunggu terlalu lama.

Saat sampai di sana, wow.. aku melihatibuku baru keluar dari ruangan hanya dengan memakai handuk yang hanya menutupi sedikit tubuhnya dengan melilitkan handuk yang menutupi dada perut dan sedkit pahanya, sehingga paha ibu yang mulus dan seksi ituterlihat dengan jelas olehku. Aku hanya terdiam dan menelan ludah saatibuku menghampiriku dan bilang agar aku menunggu sebentar.

Kemudian ibuku membalikkan tubuhnya, dan kemudian terlihatlah goyangan pinggul ibuku saat dia berjalan menuju ruangan ganti pakaian.Tanpa sadar kemaluanku mengeras saat kejadian tadi berlangsung. Akuberani bertaruh pasti semua laki-laki akan terpesona dan terangsang saat melihat ibuku dengan hanya memakai handuk yang dililitkan ditubuhnya.

Di dalam perjalanan, aku hanya diam dan sesekali melirik ibuku yang duduk di sampingku, dan aku melihat dengan jelas goyangan payudara ibuku saat mobil bergetar bila sedang melalui jalan yang bergelombangatau polisi tidur. Ibuku berpakaian biasa dengan kaos oblong yang agakketat dan celana panjang ketat, dan setiap aku melirik ke paha ibu,terbayang lagi saat aku melihat paha ibuku yang putih mulus tadi ditempat sauna.

“Guntur.. kok kamu diem aja, dan kenapa celana kamu sayang..?” tanyaibuku mengagetkan aku yang agak melamun membayangkan tubuh ibuku.
“Enggak Mi.. enggak,” jawabku gugup.

Kami pun sampai di rumah agak malam, karena aku telat menjemput ibuku. Sesampainya di rumah, ibu langsung masuk ke kamarnya dan sebelum dia masuk ke kamarnya, ibu mencium pipiku dan bilang selamat malam.Kemudian dia masuk ke kamarnya dan tidur.

Malam itu aku tidak dapat tidur membayangkan tubuh ibuku, gilapikirku dalam hati, dia ibuku, tapi.. akh.. masa bodoh pikirku lagi.Aku mencoba onani untuk “menidurkan burung”-ku yang berontak mintamasuk ke sarangnya. Gila pikirku lagi. Mau mencari cewek malam sih bisa saja, tapi saat itu aku menginginkan ibuku.

Perlahan-lahan aku keluar kamar dan berjalan menuju kamar ibuku dilantai bawah. Adik perempuanku dan pembantuku sudah tidur, karena saatitu jam satu malam. Otakku sudah mengatakan aku harus merasakan tubuh ibuku, nafsuku sudah puncak saat aku berdiri di depan pintu kamar ibuku. Kuputar kenop pintunya, aku melihat ibuku tidur telentang sangat menantang. Ibuku tidur hanya menggunakan kaos oblong dan celana pendekyang longgar. Aku berjalan mendekati ibuku yang tidur nyenyak, aku diam sesaat di sebelah ranjangnya dan memperhatikan ibuku yang tidur dengan posisi menantang. Kemaluanku sudah sangat keras dan meronta ingin keluar dari celana pendek yang kupakai.

Dengan gemetar aku naik ke ranjang ibu, dan mencoba membelai paha ibuku yang putih mulus dan sangat seksi. Dengan tangan bergetar aku membelai dan menelusuri paha ibuku, dan terus naik ke atas. Kemaluanku sudah sangat keras dan terasa sakit karena batang kemaluanku terjepit oleh celanaku. Aku kemudian membuka celanaku dan keluarlah “burung perkasa”-ku yang sudah sangat keras.

Aku kemudian mencoba mencium leher dan bibir ibuku. Aku mencoba meremas payudara ibuku yang besar dan montok, aku rememas payudara ibu dengan perlahan. Takut kalau ia bangun, tapi karena nafsuku sudah puncak aku tidak mengontrol remasan tanganku ke payudara ibuku.

Aku kemudian mengocok batang kemaluanku sambil meremas payudara ibu, dan karena remasanku yang terlalu bernafsu, ibu terbangun.
“Guntur.. kamu.. apa yang kamu lakukan, aku ibumu sayang..” sahut ibuku dengan suara pelan.

Aku kaget setengah mati, tapi anehnya batang kemaluanku masih keras tidak lemas. Aku takut dan malah makin nekat, terlanjur pikirku.Aku langsung mencium leher ibuku dengan bernafsu sambil terus meremas payudara ibuku. Dalam pikiranku hanya ada dua kemungkinan, menyetubuhi ibuku, kemudian aku kabur atau dia membunuhku.

“Cukup Guntur.. hentikan sayang.. akh..” kata ibuku.
Tapi yang membuatku aneh, ibu sama sekali tidak menolak dan berontak. Malah ibu membiarkan bibirnya kucium dengan bebas, dan malah mendesah saat kuhisap leher dan di belakang telinganya, dan aku merasa burungku yang dari tadi sudah keras seperti ada yang menekannya, danternyata itu adalah paha ibuku yang mulus.

“Sayang kalau kamu mau.. bilang aja terus terang.. Mami mau kok..” kata ibuku di antara desahannya.
Aku kaget setengah mati, berarti ibuku sangat suka aku perlakukan seperti ini. Aku kemudian melepaskan ciumanku di lehernya, dan kemudian berlutut di sebelah ibuku yang masih berbaring. Batang kemaluanku sudah sangat keras, dan ternyata ibu sangat suka dengan ukuran batang kemaluanku, ibu tersenyum bangga melihat batang kemaluanku yang sudah maksimal kerasnya. Ukuran batang kemaluanku 15 cm dengan diameter kira-kira 4 cm.

 KLIK DISINI

Aku masih dengan gemas meremas payudara ibu yang montok dan masih terasa padat. Aku membuka kaos yang ibu pakai, dan kemudian sambil meremas payudara ibu aku berusaha membuka bra yang ibu pakai. Dan setelah bra yang ibuku kenakan terlepas, kulihat payudara ibu yang besar dan masih kencang untuk wanita seumurnya. Dengan ganas kuremas payudara ibu, sedangkan ibu hanya mendesah keenakan dan menjerit kecil saat kugigit kecil puting payudara ibu. Kuhisap puting payudara ibudengan kuat seperti ketika aku masih bayi. Aku menghisap payudara ibu sambil kuremas-remas hingga puting payudara ibu agak memerah karena kuhisap.

Payudara ibuku masih sangat enak untuk diremas, karena ukurannya yang besar dan masih kencang dan padat.
“Guntur kamu dulu juga ngisep susu ibu juga kaya gini..” kata ibukusambil dia merem-melek karena keenakan puting susunya kuhisap dan memainkannya dengan lidahku.

Ibu menaikkan pinggulnya saat kutarik celana pendeknya. Aku melihat CD yang ibu kenakan sudah basah. Aku kemudian mencium CD ibukutepat di atas kemaluan ibu dan meremasnya. Dengan cepat kutarik CD ibudan melemparkannya ke sisi ranjang, dan terlihatlah olehku pemandanga nyang sangat indah.

Lubang kemaluan ibuku ditumbuhi bulu halus yang tidak terlalulebat, hingga garis lubang kemaluan ibuku terlihat. Kubuka paha ibu kulebar, aku tidak kuasa melihat pemandangan indah itu. Dan dengan naluri laki-laki kucium dan kuhisap lubang dimana aku lahir 18 tahun lalu.Kujilat klitoris ibuku yang membuat ibuku bergetar dan mendesah dengankuat. Lidahku bermain di lubang senggama ibuku, dan ibuku malah menekankepalaku dengan tangannya agar aku makin tenggelam di dalam selangkangannya.

Cairan lubang kemaluan ibu kuhisap dan kujilat yang membuat ibu kumakin tak tahan dengan perlakuanku, dia mengelinjang hebat, bergetardan kemudian mengejang sambil menengadah dan berteriak. Aku merasakanada cairan kental yang keluar dari dalam lubang kemaluan ibu, dan aku tahu ibu baru orgasme. Kuhisap semua cairan lubang kemaluan ibukuhingga kering. Ibu terlihat sangat lelah.

Aku kemudian bangun dan dengan suara pelan karena kelelahan ibu bilang, “Sayang sini Mami isep kontolmu,”
Dan tanpa di komando dua kali, aku kemudian duduk di sebalah wajahibuku, dan kemudian dengan perlahan mulut ibuku mendekat ke burungkuyang sudah sangat keras. Ibuku membelai batang kemaluanku, tapi diatidak memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya. Padahal jarak antara mulut ibuku dengan batang kemaluanku hanya tinggal beberapa centi saja.

Aku sudah tidak tahan lagi, dan kemudian kudorong kepala ibuku dandengan leluasa batang kemaluanku masuk ke mulut ibu. Dengan cepat danliar ibuku mengocok batang kemaluanku di dalam mulutnya. Aku sudahtidak tahan lagi, kenikmatan yang kurasakan sangat luar biasa dan tidakdapat kulukiskan dengan kata-kata. Dan akhirnya aku sudah tidak tahanlagi dan, “Cret.. cret.. crett..” maniku kusemprotkan di dalam mulut ibuku.

Ibu kemudian memuntah kannya dan hanya yang sedikiti dia telan, dan masih dengan liar ibuku membersihkan batang kemaluanku dari sisa-sisa air maniku yang menetes di batang kejantananku. Ibuku tersenyum dankemudian kembali berbaring sambil membuka pahanya lebar-lebar. Ibukutersenyum saat melihat batang kemaluanku yang masih dengan gagahnya berdiri, dan seperti sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam sarangnyayang hangat.

Aku kemudian mengambil posisi di antara kedua paha ibuku, batang kemaluanku terasa berdenyut saat ibu dengan lembut membelai dan meremas batang kemaluanku yang sudah sangat keras. Dengan tangan yang bergetar,kuusap permukaan lubang kemaluan ibuku yang dipenuhi bulu-bulu halus dan sisa cairan lubang kemaluan yang kuhisap tadi masih membasahi bibir lubang kemaluan ibuku yang terlihat sangat hangat dan menantang.
“Ayo dong Sayang, kamu kan tahu dimana tempatnya..” kata ibuku pasrah.

Kemudian tangannya menuntun batang kemaluanku untuk masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tanganku bergetar dan batang kemaluanku terasamakin berdenyut saat kepala batang kemaluanku menyentuh bibir lubangkemaluan ibu yang sudah basah. Dengan perasaan yang campur aduk,kudorong pinggulku ke depan dan masuklah batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan ibu yang sudah agak membuka, dan tenggelam sudah batangkemaluanku ke dalam liang senggama milik ibuku.

Aku merasakan sensasi yang sangat dasyat saat dinding lubang kemaluan ibu seperti memijat batang kemaluanku. Gila.., meski aku pernah ML dengan anak ABG, lubang kemaluan ibuku terasa sangat nikmatdan luar biasa di banding dengan yang lainnya. Aku menggoyang pinggulkunaik-turun diimbangi dengan goyangan pinggul ibuku yang sangat dasyatdan liar. Kami kemudian berganti posisi dengan ibu berada di ataskuhingga ia dapat menduduki batang kemaluanku, dan terasa sekali kenikmatan yang ibu berikan kepadaku. Goyangan yang cepat dan liar dangerakan tubuh yang naik turun membuat tubuhku hanyut ke dalamkenikmatan seks yang kurasakan sangat dasyat.

Tibalah saat ibuku orgasme, goyangannya makin cepat dan desahannyasemakin tidak karuan, aku dengan nikmat merasakannya sambil kuhisap danmeremas pauyudara ibu yang bergoyang seirama dengan naik-turunnya tubuhibuku menghabisi aku. Ibu mengerang dan mengejang saat kurasakan adacairan hangat yang membasahi batang kejantananku yang masih tertanam didalam lubang kemaluan ibuku.

Beberapa saat setelah ibu terkulai lemas aku merasakan bahwa aku akan mencapai puncak. Dan dengan goyangan dan tusukan yang menghujam lubang kemaluanibuku, “Cret.. crett.. cret..” air maniku menghambur di dalam lubangkemaluan ibuku. Aku merasakan nikmat yang tidak dapat kukatakan.

Saat aku masih menikmati sisa-sisa kemikmatan itu, ibu mencium bibirku dan berkata, “Sayang.. Mami lupa kalo Mami enggak pakekontrasepsi. Tadi Mami mau bilang kalo kamu orgasme biar di mulut Mami aja.. tapi Mami kagok..” Aku hanya terdiam dan malah mencium bibir ibuku yang masih menindih tubuhku dengan mesra. Kemudian ibuku berbaring di sampingku,aku memeluk dia dan kami berciuman dengan mesra seperti sepasangkekasih. Kami pun tertidur karena pertempuran yang sangat melelahkan itu.

Kumpulan Cerita Dewasa Kakakku Seorang Lesbian Akhirnya Suka Penis


Kumpulan Cerita Dewasa - Namaku Eric. Aku mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Tanggerang. Saat ini aku kuliah semester III jurusan Management. Sejak awal kuliah, aku tinggal dirumah kakak ku. “Kak Shelly” begitulah aku memanggilnya. Usianya terpaut 6 tahun denganku. Ia sebenarnya bukan kakak kandungku, namun bagiku ia adalah kakak dalam arti yang sebenarnya. Ia begitu telaten dan memperhatikan aku. Apalagi kini kami jauh dari orang tua.

Rumah yang kami tempati, baru satu tahun dibeli kak Shelly. Tidak terlalu besar memang, tapi lebih dari cukup untuk kami tinggali berdua. Setidaknya lebih baik dari pada kost-kostan. Kak Shelly saat ini bekerja disalah satu Kantor Cabang bank swasta nasional. Meskipun usianya baru 28 tahun, tapi kalau sudah mengenakan seragam kantornya, ia kelihatan dewasa sekali. Berwibawa dan tangguh. Matanya jernih dan terang, sehingga menonjolkan kecantikan alami yang dimilikinya.

Dua bulan pertama aku tinggal dirumah kak Shelly, semuanya berjalan normal. Aku dan kak Shelly saling menyayangi sebagaimana adik dan kakak. Pengahasilan yang lumayan besar memungkinkan ia menangung segala keperluan kuliah ku. Memang sejak masuk kuliah, praktis segala biaya ditanggung kak Shelly.

Namun dari semua kekagumanku pada kak Shelly, satu hal yang aku herankan. Sejauh ini aku tidak melihat kak Shelly memiliki hubungan spesial dengan laki-laki. Kupikir kurang apa kakaku ini ? cantik, sehat, cerdas, berpenghasilan mapan, kurang apa lagi ? Seringkali aku menggodanya, tapi dengan cerdas ia selalu bisa mengelak. Ujung-ujungnya ia pasti akan bilang, “Gampang deh soal itu, yang penting karier dulu…!”, aku percaya saja dengan kata-katanya. Yang pasti, aku menghomati dan mengaguminya sekaligus.

Hingga pada suatu malam. Saat itu waktu menunjukan pukul  21.30, suasana rumah lengang dan sepi. Aku keluar dari kamarku dilantai atas, lalu turun untuk mengambil minuman dingin di kulkas. TV diruang tengah dimatikan, padahal biasanya kak Shelly asyik nongkrongin Bioskop Trans kesayangannya.

Karena khawatir pintu rumah belum dikunci, lalu aku memeriksa pintu depan, ternyata sudah dikunci. Sambil bertanya-tanya didalam hati, aku bermaksud kembali ke kamarku. Namun tiba-tiba terlintas dibenakku, “kok baru jam segini  kak Shelly sudah tidur ?”, lalu setengah iseng perlahan aku mencoba mengintip kak Shelly didalam kamar melalui lubang kunci. Agak kesulitan karena anak kunci menancap dilubang itu, namun dengan lubang kecil aku masih dapat melihat kedalam.

Dadaku berdegup kencang, dan lututku mendadak gemetar. Antara percaya dan tidak pada apa yang kulihat. Kak Shelly menggeliat-geliat diatas spring bad. Tanpa busana sehelaipun !!!

Ya Ampun ! Ia menggeliat-geliat kesana kemari. Terkadang terlentang sambil mendekap bantal guling, sementara kedua kakinya membelit bantal guling itu. Kemudian posisinya berubah lagi, ia menindih bantal guling.

Napasku memburu. Ada rasa takut, malu, dan entah apalagi namanya. Sekuat tenaga aku tahan perasaan yang bergemuruh didadaku. Kualihkan pandanganku dari lubang kunci sesaat, pikiranku sungguh kacau, tak tahu apa yang harus kuperbuat. Namun kemudian rasa penasaran mendorongku untuk kembali mengintip. Kulihat kak Shelly masih menindih batal guling.

Pinggulnya bergerak-gerak agak memutar, lalu kemudian dengan posisi agak merangkak ia menumpuk dan memiringkan bantal dan guling, lalu meraih langerie-nya. Ujung bantal itu ditutupinya dangan langerie. Kembali aku mengalihkan pandanganku dari lubang kunci itu. Ngapain lagi tuh ?!!, aku tertegun.

Entah kenapa, rasa takut dan jengah perlahan berganti dengan geletar-geletar tubuhku. Tanpa sadar ada yang memanas dan mengeras di balik training yang aku kenakan. Aku meremasnya perlahan. Ahhh…

Ketika kembali aku mengintip ke dalam kamar, kulihat Kak Shelly mengarahkan selangkangannya pada ujung bantal itu, hingga posisinya benar-benar seolah menunggangi tumpukan bantal itu.

Lalu tubuhnya terutama bagian pinggul bergoyang goyang dan bergerak-gerak lagi, setiap goyangan yang dilakukanya secara reflek membuat aku semakin cepat meremas batang kemaluanku sendiri. Entah berapa lama aku menyaksikan tingkah laku kak Shelly didalam kamar. Nafasku memburu, apalagi manakala aku melihat gerakan kak Shelly yang semakin cepat. Mungkin ia hendak mencapai orgasme, dan benar saja, beberapa saat kemudian tubuh kak Shelly nampak berguncang beberapa saat, jemari kak Shelly mencengkram seprai.

Aku tak tahan lagi. Bergegas aku menuju kamarku sendiri. Lalu kukunci pintu. Kumatikan lampu, lalu berbaring sambil memeluk bantal guling dengan nafas memburu. Pikiranku kacau. Bagaimanapun aku laki-laki normal. Aku merasakan gelombang birahi menyala dan semakin menyala didalam tubuhku.

Dan makin lama makin membara. Ah… aku tak tahan lagi. Dengan tangan gemetar aku membuka seluruh pakaian yang kukenakan, lalu aku berguling-guling diatas spring bad sambil mendekap bantal guling. Aku merintih dan mendesah sendirian. Diantara desahan dan rintihan aku menyebut-nyebut nama kak Shelly. Aku membayangkan tengah berguling-guling sambil mendekap tubuh kak Shelly yang putih mulus. Pikiranku benar-benar tidak waras.

Aku membayangkan tubuh kak Shelly aku gumuli dan kuremas remas. Sungguh aku tidak tahan, dengan sensasi dan imajinasiku sendiri, aku merintih dan merintih lalu mengerang perlahan seiring cairan nikmat yang muncrat membasahi bantal guling. (Besok harus mencuci sarung bantal…masa bodo…!!!!)…………….

Sejak kejadian malam itu, pandanganku terhadap kak Shelly mengalami perubahan. Aku tidak saja memandangnya sebagai kakak, lebih dari itu, aku kini melihat kak Shelly sebagai wanita cantik. Ya wanita cantik ! wanita cantik dan seksi tentunya. Ah…….! maafkan aku kak Shelly

Terkadang aku merasa berdosa manakala aku mencuri-curi pandang. Kini aku selalu memperhatikan bagian-bagian tubuh kak Shelly. .  mengapa baru sekarang aku menyadari kalau tubuh kak Shelly sedemikian putih dan molek. Pinggulnya, betisnya, dadanya yang dihiasi dua gundukan itu.

Ah lehernya apalagi, mhhh rasanya ingin aku dipeluk dan membenamkan wajah dilehernya.
“Hei, kenapa melamun aja ? Ayo makan rotinya “, kata kak Shelly sambil menuangkan air putih mengisi gelas dihadapanya, lalu meneguknya perlahan. Air itu melewati bibir kak Shelly, lalu bergerak ke kerongkonganya…. Ahhh kenapa aku jadi memperhatikan hal-hal detail seperti ini ?
“Siapa yang melamun, orang lagi …. ammmm mmm enak nih, selai apa kak ?”, aku mengalihkan perhatian ketika kedua bola mata kak Shelly menatapku dengan pandangan aneh.

“Nanas ! itu kan selai kesukaanmu. awas abisin yah !”, kak Shelly bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan membelakangiku menuju wastafel untuk mencuci tangan.
“OK, tenang aja !”, mulutku penuh roti, tapi pandangan mataku tak berkedip menyaksikan pinggul kak Shelly yang dibungkus pakaian dinasnya. Alamak, betisnya sedemikian putih dan mulus…
“Kamu gak pergi kemana-mana kan ?“, kata kak Shelly. Hari sabtu aku memang gak ada mata kuliah.

“Enggak…”, kataku sesaat sebelum meneguk air minum.
“Periksa semua kunci rumah ya Ric kalo mau pergi. Kemarin di blok C11 ada yang kemalingan….!”.
“Mmhhh… iya, tenang aja…”, kataku sambil merapikan piring dan gelas bekas sarapan kami.
Beberapa saat kemudian suara mobil terdengar keluar garasi. Lalu suara derikan pintu garasi ditutup. Dan ketika aku keteras depan, Honda Jazz warna silver itu berlalu meninggalkan pekarangan.

Setelah memastikan kak Shelly pergi, aku kemudian mulai mengamati atap dan jarak antar ruangan. Sejak kemarin aku telah memiliki suatu rencana. Aku mau memasang Mini Camera kekamar kak Shelly, biar bisa online ke TV dikamarku, he he !.
Sebulan berlalu, otakku benar-benar telah rusak

Aku selalu menunggu saat-saat dimana kak Shelly bermasturbasi. Dengan bebas aku melihat Live Show, lewat mini kamera yang telah kupasang dilangit-langit kamar Kak Shelly. Aman ! sejauh ini kak Shelly tak menyadari bahwa segala gerak-geriknya ada yang mengamati.

Benar rupanya hasil survey sebuah lembaga bahwa 60 % dari wanita lajang melakukan masturbasi. Kalau kuhitung bahkan ka Shelly melakukanya seminggu dua kali. Pasti tidak terlewat ! malam rabu dan malam minggu.

Kasihan kak Shelly. Ia mestinya memang sudah berumah tangga. Tapi biarlah, kak Shelly toh sudah dewasa, ia pasti tahu apa yang dilakukannya. Dan yang terpenting aku punya sesuatu untuk kunikmati. Kalau kak Shelly melakukannya dikamarnya, pasti aku juga. Ahh…..

Seringkali ditengah kekacauan pikiranku, ingin rasanya aku bergegas kekamar kak Shelly ketika kak Shelly tengah menggeliat-geliat sendiri.

Aku ingin membantunya. Sekaligus membantu diriku sendiri. Gak usah beneran, cukup saling bikin happy aja. Tapi aku gak berani. Apa kata dunia ?

Malam ini. Aku tak sabar lagi menunggu, sudah hampir jam sembilan. Tapi kok gak ada tanda-tandanya. Kak Shelly masih asyik nongkrongi TV diruang tengah. Aku kemudian bergegas keluar rumah bermaksud mengunci gerbang.

“Mau kemana Ric ?”,
“Kunci gerbang ah, udah malem !”, kataku sambil menggoyangkan anak kunci .

“Jangan dulu dikunci, temen kak Shelly ada yang mau kesini !”,
“Mau kesini ? siapa kak ?”,
“Fitri…yang dulu itu lho !”,
“Ohh…!”, aku mencoba mengingat. Fitri ? ah masa bodo… tapi kalo dia kesini, kalo dia nginep, berarti …? Yah…! hangus deh.

Aku bergegas kembali kedalam. Dan ketika aku menaiki tangga ke lantai atas, HP kak Shelly berdering. Kudengar kak Shelly berbicara, rupanya temennya si Fitri brengsek itu udah mau datang. Huh !

Aku hampir aja ketiduran. Atau mungkin memang ketiduran. Kulihat jam menunjukan pukul 10.30 malam, ya ampun aku memang ketiduran.

Cuci muka di wastafel, lalu aku ambil sisa kopi yang tadi sore kuseduh. Dingin tapi lumayan daripada gak ada. Lalu seteguk air putih. Lalu sebatang Class Mild.

Dan, asap memenuhi ruang kamar. Kubuka jendela, membiarkan udara malam masuk kekamarku. Sepi. Temennya kak Shelly udah pulang kali ?!.

Kunyalakan TV, tapi hampir seluruh chanel menyebalkan, Kuis, Lawakan, Ketoprak, Sinetron Mistery, fffpuih ! kuganti-ganti channel tapi emang semua chanell menyebalkan, lalu kutekan remote pada mode video…lho apa itu…?!
Ya ampun ! sungguh pemandangan yang menjijikan.

Apa yang akan dilakukan kak Shelly dan temannya itu. Aku geleng-geleng kepala, ada rasa marah, kesal. Aku tidak menyangka kalau kak Shelly ternyata menyukai sesama jenis (Lesbian).

Apa kata Mama. Ya ampuuuuun…!
Kumatikan TV. Aku termenung beberapa saat.
Aku ambil gelas kopi, satu tetes, kering. Ah air putih saja. Aku habiskan air digelas besar sampai tetes terakhir.

Tapi…., aku tekan lagi tombol power TV, Upps… masih On Line ! Aku melihat kak Shelly dengan temannya berbaring miring berhadapan. Aku yakin mereka tanpa busana. Meskipun berselimut, bagian pundak mereka yang tak tertutup menunjukan kalau mereka tak berpakaian. Mereka saling menatap dan tersenyum.

Tangan kiri kak Fitri mengelus-elus pundak kak Shelly. Sementara kuperhatikan tangan kak Shelly nampaknya mengelus-elus pinggang kak Fitri, tidak kelihatan memang tapi gerakan-gerakan dari balik selimut menunjukan hal itu. Lama sekali mereka saling pandang dan saling tersenyum. Mungkin mereka juga saling berbicara, tapi aku tak mendengarnya karena aku tidak memasang Mini Camera dengan Mic.

Perlahan kepala kak Fitri mendekat, tangannya menghilang kedalam selimut dan menelusuri punggung kak Shelly. Aku Cemburu ! Mereka berciuman dengan penuh perasaan, perlahan saling mengulum dan melumat. fffpuih ! Ternyata benar-benar ada tugas pria yang dilakukan oleh wanita.

Untuk beberapa saat mereka berciuman dan saling meraba. Aku jadi menahan nafas. Mungkin aku juga ketularan tidak waras, rasanya ada satu gairah yang perlahan bangkit didalam tubuhku. Bahkan, aku mulai mendidih. Sesaat kak Fitri nampak menelusuri leher kak Shelly dengan bibir dan lidahnya, aku mengusap leherku sendiri.

Entah kenapa aku merasa merinding nikmat. Apalagi melihat ekpresi kak Shelly yang pasrah tengadah, sementara kak Fitri dengan lembut bolak-balik menjilat leher, dagu, pangkal telinga. Aku tak tahan melihat kak Shelly diperlakukan seperti itu. Setelah mematikan lampu, aku kemudian beranjak ke atas spring Bad, mendekap bantal guling, sementara mataku tak lepas dari layar TV.

Situasi semakin seru, kak Shelly kini yang beraksi, ia kelihatan agak terlalu terburu-buru. Dengan penuh nafsu ia menjilati dan menciumi leher kak Fitri yang kini terlentang ditindih kak Shelly. Kepala kak Fitri mendongak-dongak, aku yakin ia tengah merasakan gelenyar-gelenyar nikmat dilehernya.

Kemudian kak Shelly berpindah menciumi dada kak Fitri, sekarang baru nampak jelas wajah kak Fitri. Ia ternyata cantik sekali, bahkan sedikit lebih cantik dari kak Shelly. Ah aku terangsang. Tonjolan dibalik kain sarung yang kukenakan makin mengeras. Agak ngilu terganjal ujung bantal guling, sehingga perlu kuluruskan.

Kak Shelly benar-benar beraksi, ia menciumi dan melahap payudara kak Fitri. Wajah kak Fitri mengernyit, dan mulutnya terbuka, apalagi ketika kak Shelly mengemut putting susunya. Ia Menggeliat-geliat sementara kedua tangannya mendekap kepala kak Shelly. Bergantian kak Shelly mengerjai kedua payudara kak Fitri. Kak Fitri menggeliat-geliat. Semakin liar, apalgi ketika kak Shelly menyelinap ke dalam selimut.

Tiba-tiba kepala Kak Shelly muncul lagi dari balik selimut, tengadah mungkin ia tersenyum atau tengah mengatakan sesuatu, karena kulihat kak Fitri tersenyum, lalu sebuah kecupan mendarat dikening Kak Shelly.

Sesaat kemudian kak Shelly menghilang lagi ke dalam selimut. Kak Fitri tampak membetulkan posisi badannya, selimutnya juga dirapihkan, aku tak dapat melihat apa yang tengah dilakukan kak Shelly, tapi menurut perkiraanku kepala kak Shelly tepat diantara selangkangan kak Fitri. Entah apa yang tengah dilakukannya.

Namun yang terlihat, kak Fitri mendongak-dongak, kedua tanganya meremas-remas kepala kak Shelly. Kepala kak Fitri bergerak kekanan dan kekiri. Tubuhnya juga menggelinjang kesana sini. Kondisi seperti itu berlalu cukup lama.

Aku keringatan. Nafasku memburu. Tanpa sadar kubuka kaus yang kukenakan, lalu kulemparkan kain sarungku. Kemaluanku mengeras, menuntut diperlakukan sebagaimana mestinya. Ah… edan !

Tiba-tiba aku lihat kak Fitri mengejang beberapa kali. Pinggulnya mengangkat, kedua pahanya menjepit kepala kak Shelly. Mengejang lagi, sementara kepalanya mendongak kekanan dan kiri. Ia terengah-engah, lalu sesaat kemudian terdiam.

Matanya terpejam. Kemudian kak Shelly muncul dari balik selimut, ia nampak mengelap mulutnya dengan selimut. Paha kak Fitri tersingkap karenanya.

Kak Fitri kemudian meraih kedua bahu kak Shelly, mendaratkan kecupan dikening, pipi kanan dan kiri kak Shelly, lalu merangkul kak Shelly ke dalam pelukannya. Beberapa saat mereka berpelukan. Aku yang menyaksikan kejadian itu hanya dapat menahan napas, sementara tangan kananku meremas-remas dan mengurut kemaluanku sendiri.

Dan, kemudian mereka nampak berbincang lagi, lalu kak Shelly membaringkan badanya. Terlentang. Kak Fitri menarik selimut, lalu menyingkirkannya jauh-jauh.
Kak Shelly kelihatan protes, tapi protes kak Shelly dibalas dengan lumatan bibir kak Fitri. Tubuh kak Fitri menindih tubuh kak Shelly. Aku melihat, dengan mata kepalaku sendiri. Dua wanita cantik, dua tubuh indah dengan kulit putih mulus, tanpa busana, tanpa penutup apapun.

Saling menyentuh, Kak Fitri kini yang bertindak aktif, ia kini menjilati leher, pangkal leher, bahu, dada, payudara kanan dan kiri. Kak Shelly nampak pasrah diperlakukan seperti itu. Kak Fitri nampak lebih terampil dari kak Shelly, hampir setiap inci tubuh kak Shelly dijilati dan dikecupnya. Bahkan kini ia menelusuri pangkal paha kak Shelly dari arah perut dan terus bergerak ke awah.

Kak Shelly hendak bangun, kedua tanganya seolah menahan kepala kak Shelly yang terus bergerak ke bawah, entah mungkin karena geli atau nikmat yang teramat sangat. Tapi tangan kak Fitri menahanya, akhirnya kak Shelly menyerah. Dihempaskannya tubuhnya ke atas spring bad.

Kak Fitri kini menciumi paha, lutut, bahkan telapak kaki kak Shelly. Tangan kanan kak Shelly mengusap-usap kemaluannya, sementara jari-jari tangan kirinya dimasukan kedalam mulutnya sendiri. Ia mengeliat-geliat.

Tubuh kak Fitri kemudian berubah lagi. Ia kini telah siap berada diantara paha kak Shelly. Kak Fitri menarik bantal dan meletakannya, dibawah pinggul kak Shelly, sehingga tubuh bagian bawah kak Shelly makin terangkat. Kepala kak Shelly terjepit persis diantara selangkangan kak Shelly.

Sebelah tangannya meremas-remas payudara kak Shelly. Aku lihat tubuh kak Shelly mengelinjang-gelinjang. Tak sadar aku turut merintih. Semakin kak Shelly menggelinjang, nafasku semakin memburu. Tubuhku kini mendekap dan mengesek-gesek bantal guling, dan batang kemaluanku menggesek-gesek ujungnya.

Nikmat, entah apa yang kini berada didalam pikiranku. Yang pasti aku turut larut dalam situasi antara kak Shelly dan kak Fitri.
“Kak Shellyii… kak Fitri……, ini Eric… asssshhh..ahh kak…aku juga..!”, aku merintih dan terus merintih.
Semakin lama kak Shelly kulihat semakin liar, badannya bergerak-gerak, naik-turun searah pinggulnya. Kedua tangannya menangkup kepala kak Fitri.

Semakin lama gerakan kak Shelly semakin liar, lalu pessss, TV mendadak padam. Sialan ! lampu diluar juga padam. Gelap gulita. PLN sialan ! Brengsekkkkkk !!!

Aku terengah-engah, dalam kegelapan. Sudah kadung mendidih, aku teruskan aksiku meski tanpa sensasi visual. Aku merintih dan mendesah sendiri dalam kegelapan. Aku yakin disana kak Shelly dan kak Fitri pun tengah merintih dan mendesah, juga dalam kegelapan…….

Dor ! Dor ! Dor !
“Eric… bangun, udah siang !“, suara ketukan atau entah gedoran pintu membangunkan aku. Rupanya sudah siang.
“Bangun…!”, suara kak Shelly kembali terdengar.
“Iya..! udah bangun…”, teriakku. Lalu terdengar langkah kaki kak Shelly menjauh dari pintu kamarku.

Ya ampun ! aku terkaget. Berantakan sekali tempat tidurku. Dan bantal guling…, bergegas aku buka sarungnya. Wah nembus !
Dengan terburu-buru kurapikan kamarku, jam menunjukan pukul 8 pagi.

Kalau tidak khawatir mendengar kembali teriakan kak Shelly yang menyuruh sarapan mungkin aku memilih untuk tidur lagi. Akhirnya aku keluar kamar, mengambil handuk, dan bergegas kekamar mandi.

Didekat ruang makan aku berpapasan dengan kak Shelly yang membawa nasi goreng dari dapur. Namun bukan itu yang menarik perhatianku. Rambut lepek kak Shelly yang belum kering benar jelas terlihat.

Aku teringat kejadian tadi malam. “abis keramas nih yee !”, kataku dalam hati.
“Apa senyam-senyum gitu ?”, kak Shelly menatapku heran.
“Enggak …! Siapa… lagi yang senyam-senyum.

Mmm enak !”, kataku sambil menyuap sesendok nasi goreng hangat.
“Mandi dulu sana, dasar jorok !”, kata kak Shelly sambil meletakan piring yang dipegangnya.
“Jorokan juga kak Shelly, gituan dijilatin hiiii….”, kataku dalam hati, tapi kemudian bergegas mandi, eh keramas juga !

Segar sehabis mandi, hampir aku balik lagi ketika menyadari dimeja makan Kak Shelly tengah sarapan ditemani kak Fitri.
“Ikutan Indonesian Idol dong Ric !, jangan cuma berani nyanyi dikamar mandi aja !”, itu kalimat yang pertama kudengar dari kak Fitri.

 KLIK DISINI

Cantik. Bener- benar cantik. Sumpah ! tapi matanya itu ! aku merasakan keliaran dimatanya ketika menatapku yang hanya terbungkus handuk sepinggang.
“Eh, maaf kirain gak ada kak Fitri, maaf yah…permisi !”, kataku sambil berlalu.
Buru-buru aku ganti baju, menyisir rambut.

Ah kenapa aku ingin nampak keren. Karena ada kak Fitri yang cantik kali ya ? Pandang dari kiri dan kanan. Sip ! Turun kembali ke lantai bawah, menikmati dua wajah cantik, dan sepiring nasi goreng bertabur SoGood Sozzis.
“Nih buruan, sarapan dulu !”, kak Shelly yang kemudian menyuruhku sarapan, sementara mereka sendiri telah selesai.

Aku lalu sarapan dengan diawasi oleh dua mahluk cantik yang tidak buru-buru beranjak dari meja makan. Mereka berbincang ngalor ngidul seputar dunia kerja. Sesekali aku menimpali meskipun mungkin enggak nyambung. “Dasar kuli, hari libur gini masih aja ngurusin kerjaan !”, aku membatin.

“Tumben dihabisin ?”, kata kak Shelly melihat aku makan dengan lahap.
“Abis enak sih !”,
“Biasanya, dia tuh ! susah makannya, di masakin ini-itu…!”,
“Bohong kak ! jangan dengerin !”, kataku menimpali ucapan kak Shelly
“Alah… emang biasanya gitu kok !”, kak Shelly memotong ucapanku. Kak Fitri hanya tersenyum aja. Manis lagi senyumnya.

Mmmuah ! ingin rasanya kusentuh bibirnya itu.
Seminggu berlalu, setiap hari rasanya aku menjadi tambah bejat. Pikiranku kotor terus. Terbayang kak Shelly dan kak Fitri. Namun yang lebih sering menari-nari dalam khayalanku kemudian adalah sosok kak Shelly. Mungkin karena ia yang tiap hari ketemu. Sehingga pikiran kotorku kemudian mengacu kepadanya.

Aku merasa bersalah karena kemudian khayalanku semakin kacau. Aku begitu terobsesi dengan kak Shelly. Setiap menjelang tidur, pikiranku melayang-layang membayangkan kak Shelly. Aku ingin merasakan kehangatan tubuh mulusnya, mengecap setiap inci kulit halusnya. …ahhhhhh…..!!!

Rasanya semua hal yang berkaitan dengan kak Shelly membuatku terangsang. Melihat pakaiannya yang lagi dijemur saja aku terangsang.
Bahkan entah berapa kali ketika kak Shelly tidak ada dirumah, aku mempergunakan benda-benda pribadi kak Shelly menjadi objek fantasiku.

Dan makin lama aku makin berani, hingga aku melakukan self service, di kamar kak Shelly, ketika tidak ada kak Shelly tentunya. Seperti siang itu, sebotol Hand Body Lotion milik kak Shelly kugenggam erat.

Aku terlentang diatas spring bad kak Shelly. Isi lotion telah kukeluarkan sehingga melumuri kemaluanku yang mengacung. Kuurut perlahan, menikmati sensasi yang membuai, sambil sesekali aku menciumi celana dalam pink kak Shelly. Aku benar-benar hanyut dan terbuai dalam kenikmatan. Sehingga aku tak begitu menghiraukan ketika ada suara-suara didepan rumah. Ah… kak Shelly biasanya pulang jam 6.30, sekarang

baru jam 2 siang…. Aman..Ach….shhhh…..
Aku terhanyut dan bergelenyar penuh kenikmatan hingga….
Jeckrek !!! kunci pintu depan dibuka dari luar, lalu pintu terbuka. Seseorang masuk. Ya ampun ! aku sungguh panik. Kak Shelly Pulang !!!
Dengan gemetar dan penuh ketakutan aku mengenakan celana. Ya ampun, berantakan begini, dan… Hand Body Lotion tumpah… mati gue !
Tak dapat dicegah karena pintu kamar memang tak kukunci. Blak…pintu didorong dari luar…
“Eric…! Ngapain kamu ?”, mata kak Shelly menatapku tajam.
“ng..mmm ini lagi !”, aku tak berkutik. Baju yang kugunakan mengelap ceceran Hand Body Lotion di seprai kugenggam erat.

Wangi Hand Body Lotion tercium kemana-mana. Keringat dingin membasahi tubuhku yang hanya mengenakan training. Napasku tercekat manakala menyadari tatapan kak Shelly ke atas tempat tidur, celana dalam ka Shelly, langerie kak Shelly, bantal guling, dan celana dalamku yang tak sempat kupakai atau kusembunyikan. Shittttt….sialan!

Kak Shelly menghela nafas panjang dan berat, tatapannya sungguh menakutkan. Aku menggigil gemeteran. Kak Shelly pastinya dapat menebak kelakuanku.
“Kok cepet pulangnya kak ?”, dengan susah payah aku bersuara. Tapi kak Shelly tak memperdulikanku. Ia berlalu, langkah kakinya menjauhi kamar.

Lalu terdengar dentingan gelas, dan pintu lemari es dibuka.
Bergegas aku membereskan segala yang berantakan, sekedarnya. Lalu buru-buru meninggalkan kamar kak Shelly !
“Anjing…!, brengsek “, kataku sambil meninju dinding.

“Bodoh, bodoh !”, aku mengutuk diriku sendiri. Aku malu sekali. Dengan penuh ketakutan aku bergegas ganti baju. Pikiranku kacau sekali. Aku dengan mengendap keluar rumah, motorku-pun kudorong keluar halaman.

Lalu aku kabur…ketempat kost temanku.
Tiga hari aku aku tak pulang, temanku sampai terheran-heran dengan kelakuanku. Tapi aku simpan rapat-rapat masalah yang sebenarnya. Aku hanya bilang lagi berantem sama kakaku.

Tadinya aku kebingungan juga kelamaan tidak pulang, mau pulang juga rasanya bagaimana. Namun sebuah telpon dari kak Shelly membuat semuanya lebih baik,
“Eric kamu kemana aja ? kamu dimana ?”, terdengar suara kak Shelly di HP ku, datar. “mm ng… dirumah temen kak ?”, kataku sedikit bergetar.
“Pulang…nanti kalo mamah nanya gimana ?”, suara kak Shelly masih terdengar datar.

Tapi setidaknya hal itu membuatku sedikit lega. “Iya kak !”, lalu tak terdengar lagi suara kak Shelly. Aku tertegun beberapa saat, namun kemudian aku memutuskan untuk pulang.

Tiba dirumah, tatapan kak Shelly menyambutku. Aku tak berani menatap wajahnya. “kamu kemana aja ?”, suara kak Shelly masih terdengar datar seperti ditelepon. “Mmm…dari rumah Wawan kak !”,
“Makan dulu…tuh kakak udah masak !”, terdengar suara kak Shelly dari ruang tengah. “Iya kak !”, bergegas aku ke meja makan. Melahap makanan yang tersedia dimeja makan, emang gua laperrrr !
Besoknya, suasana masih terasa amat hambar.

Kak Shelly tak mengucap sepatah katapun. Ia membuang muka ketika berpapasan dengan aku yang bermaksud ke kamar mandi. Selesai mandi, ganti baju, kembali keruang makan. Aku dan kak Shelly sarapan seperti biasanya, tapi rasanya suasana betul-betul mencekam.

Kak Shelly nampak buru-buru menyelesaikan sarapannya. Akupun bergegas menghabiskan sisa makananku.
“Kak, maafin Eric yah !”, kataku sambil meletakan gelas yang airnya habis kuteguk.
Kak Shelly tak bersuara, tapi matanya menatapku, penuh keheranan dan tanda tanya, atau mungkin tatapan apa itu artinya.

Entahlah Beberapa hari kemudian setelah situasi dirumah mulai terasa normal, malam itu kak Shelly diruang tengah nonton TV atau mungkin membaca majalah. Entahlah atau bisa kedua-duanya, soalnya TV dinyalakan tapi ia asyik membaca majalah sambil telungkup dipermadani. Dagunya diganjal dengan bantal guling. Aku kemudian duduk disofa, tepat dibelakangnya. Rasanya badanku gemetar menyaksikan pandangan dihadapanku. Sittttt !!!! Pikiran gilaku melintas lagi.

Pantat kak Shelly yang hanya dilapisi selembar baju tidur tipis begitu indah terlihat. Garis celana dalam yang dikenakanya nampak menggurat. Betisnya itu, alamak. Aku tak tahan ingin mengecapnya dengan lidahku. Dan…

“Bikin minum dong, haus nih…!”, Kak Shelly membalikan badannya, dan melihat kearahku yang tengah menikmati bagian belakang tubuhnya.
“Orange, atau susu ?”, tanpa sadar aku melirik kearah dadanya.
Kak Shelly merasakan pandangan mataku, ia membetulkan leher bajunya.
“Susu deh ! tapi jangan penuh-penuh yah !”,
“Ok !”, lalu aku pergi ke ruang sebelah. Seperti kebiasaannya kalau bikin susu ia pasti hanya minta setengah gelas.

“Takut gak abis”, katanya !
“Nih kak !”, kataku sambil meletakkan gelas susu disebelah kanan. Lalu aku bergerak kesebelah kiri kak Shelly. Kak Shelly segera mereguk minuman yang kusediakan untuknya itu. Aku sendiri meraih majalah yang tengah dibaca Kak Shelly.

“Ih apaan nih, sini ! orang lagi dibaca juga !”, kak Shelly berusaha meraih majalahnya kembali. Akhirnya kulepaskan. Aku mengambil remote TV. Sambil tengkurap disamping kak Shelly, aku memindah-mindah chanel.
“Kebiasaan Eric mah, pindah-pindah terus, balikin TransTV !”, katanya sambil berusaha meraih remote. Akupun menyerah, kukembalikan channel ke TransTV.
Lalu aku memiringkan badan, sekarang aku menghadap kearah kak Shelly. Menatapnya dalam-dalam. Ah… kakak ku sayang, engkau cantik sekali.

Lalu aku mutup kedua mataku rapat-rapat.
“Kak mau tanya, boleh ?”, kataku sambil tetap memejamkan mata.
“Tanya apa sih !”, ia menjawab tanpa menoleh.
“ng…mmmm kenapa Eric akhir-akhir jadi aneh yah ?”,
“Maksudnya apa ?”,
“Tapi kak Shelly jangan marah yah !”,
“Akhir-akhir ini, Eric sering error. Pikiranya yang begituuu.. aja.

Gak siang gak malem, pusing deh !”,
“Mikirin apa sih ?”,
“Ah… kak Shelly ini. Maksud Eric… mmm jangan marah yah. Rasanya Eric gampang terangsang deh !”, kubuka mataku, keterkejutan nampak diwajah kak Shelly. Lalu ia menghela nafas panjang.

“Kebanyakan nonton film jelek kali. Tuh dikomputer hapus-hapusin gambar gambar jelek kayak gitu !”,
“Bisa juga sih…, kalau masturbasi bahaya enggak sih kak?”, aku kembali melontarkan pertanyaan yang mengagetkannya.
”Apaan sih gituan di tanya-tanyain ?!”, nampak kak Shelly agak gusar menimpali pertanyaanku.
“Kalau kata temen Eric sih, mendingan masturbasi daripada main sama cewek nakal, bisa penyakitan !”,

Tak terdengar komentar. Waduh aku kehabisan kata-kata.
“Sebenarnya gara-gara kak Shelly sih !”, dan aku menunggu. Benar saja, kak Shelly bereaksi. Ia menatapku penuh tanya.
“Menurut sebuah survai, 60 % wanita lajang melakukan masturbasi, bener kan ?”, aku kembali melontarkan pukulan kata-kata.
“Kata siapa kamu ?”,
“Kata koran dannnnn… lubang kunci !”,
“Maksud Eric apa sih…? Kakak jadi pusing !”,
“Eric tahu rahasia kak Shelly !”,
“Rahasia apa ?”,

“Kak Shelly suka menggeliat-geliat ditempat tidur tanpa pakaian dan memeluk bantal guling !”, akhirnya. Mata Kak Shelly membeliak kaget. Tatapan matanya menyiratkan rasa marah dan malu, tapi ia berusaha menutupinya.
“Kamu ngintip ?”,
“Gak sengaja sih…!”, kubenamkan mukaku dipermadani sambil menunggu efek selanjutnya.
“Tapi tenang aja. Rahasia kak Shelly aman kok ditangan Eric.Dan rahasia Eric ada ditangan kak Shelly.

Sama-sama aman ok ?!”, Kak Shelly tak bersuara. Benar-benar terdiam. Ia malah membolak-balikan halaman majalah.
“Meskipun ada satu rahasia lagi !”, tampak wajah kak Shelly kembali menegang. Pandanganya mengarah kepadaku, yang kini juga menatapnya.
“Kak Fitri… !”, kataku. Kak Shelly benar-benar terhenyak. Ia bangkit hingga terduduk. Aku membalikan badan, terlentang disamping kak Shelly.
“Tenang aja. Eric gak akan membocorkannya ke siapa-siapa kok !”,
“Eric tahu semuanya ?”, kata kak Shelly tiba-tiba.

Pandangan matanya kini memelas dan penuh ketakutan. Aku menganggukan kepala.
“Jangan bilang siapa-siapa, jangan bilang mamah. Please !”, kak Shelly mengguncang bahuku.
“Tenang…pokoknya aman !”,
Kak Shelly nampak gelisah. Aku tidak tega melihatnya.
Kak Shelly yang sangat baik padaku telah aku antarkan pada suatu kondisi serba salah dan menakutkan baginya. Tapi sudahlah.

Tiba-tiba terdengar dering telp, bergegas aku bangun dan mengangkat gagang telpon.
“Halloo..!”, terdengar suara perempuan diseberang sana.
“Hallo…!”, kataku
“Ini Eric yah ?, kak Shelly ada ?”, suara itu terdengar lembut.
“ng.. ini siapa yah ?”, kataku sambil menduga-duga.
“Ini Fitri…kak Shelly-nya ada ?”,
“Ada…sebentar ya kak !”, kataku.
“Kak… ini kak Fitri !”, kataku pada kak Shelly. Kulihat tiba-tiba expresi kak Shelly menegang. Namun tak urung ia mendekatiku, dan menerima gagang telepon yang kusodorkan.
“Haloo..”,

Aku bergegas pergi, tak ingin mengganggu “sepasang kekasih” yang telepon-an. Aku naik ke lantai atas, menuju kekamarku sendiri. Kukunci pintu kamar, mematikan lampu, dengan perasaan campur aduk.
Beberapa saat kemudian kudengar langkah kaki kak Shelly di tangga menuju kearah kamarku. Lalu tiba-tiba aku mendengar ketukan dan suara kak Shelly.

Aku terdiam, menunggu. “Eric…!”, kembali terdengar ketukan. Kunyalakan lampu lalu membuka kunci pintu kamar. Tanpa kupersilahkan kak Shelly menyeruak masuk lalu duduk dipinggir tempat tidur. “Eric…”, kak Shelly tiba-tiba memecahkan keheningan.
Aku yang hendak menyalakan rokok, menoleh.

Kulihat kak Shelly menatapku dalam-dalam. Nampaknya ada sesuatu yang ingin diucapkanya. Tak jadi menyalakan rokok. Aku menarik kursi, dan membalikanya sehingga menghadap kearah kak Shelly. Lalu aku duduk dihadapan kak Shelly. “Eric bisa pegang rahasia kan ?”, ia menatapku sungguh-sungguh. Ada ketakutan dimatanya.
“Masalah apa ?”,
“Fitri…!”,

“Oh…!”, aku mengangguk perlahan.
“Jangan sampai Mamah tahu !’,
Aku hanya menatapnya, lalu tersenyum hambar.
“Janji ?!”, kak Shelly menatapku dalam-dalam.

“Janji !”, kataku sambl mengacungkan telunjuk dan jari tengahku.
“Eric boleh minta apa aja, pasti kakak turutin, syaratnya satu, gak boleh bocorin rahasia !”,
“Tenang…aman !’, kataku agak bergetar.

“Eric mau minta apa sama kaka?”, nampaknya kak Shelly mencoba bernegosiasi, he he….
“ng…gak minta apa-apa deh…mmm…”, sungguh tak terpikir untuk minta sesuatu pada kak Shelly, lagi pula aku sama sekali gak kepirkiran untuk membocorkan rahasianya. Namun tatapan liarku kearah dada ka Shelly sungguh dinterpretasikan oleh kak Shelly.

“Kakak tahu kok apa yang Eric inginkan, sini…!”, kak Shelly menepuk spring bad, mungkin maksudnya menyuruhku duduk disampingnya. Aku ragu sesaat.
“Sini….!”, katanya mengulang.

Meskipun ragu aku kemudian beranjak, dan dengan bingung aku duduk disebelahnya. Darahku berdesir saat jemari lembut kak Shelly mengusap punggung tanganku. Lalu ia meraih telapak tanganku.

Jemari tanganku digenggamnya.
“Pasti Eric sekarang lagi error !”, tiba-tiba kak Shelly berkata datar,
“Apaan sih kak ?”, kataku agak jengah.
“Pake pura-pura lagi !”, kak Shelly mendorong tubuhku.

Karena Kak Shelly mengisyaratkan agar aku terlentang maka aku segera terlentang dengan kakiku menjuntai kelantai.
“Eric pengen ini kan ?”, jemari kak Shelly merayapi pahaku.

Aku terhenyak menahan nafas. Kemudian kak Shelly tanpa ragu mulai meremas kemaluanku perlahan, ahh….., kedua lututku terangkat parlahan, lalu kuturunkan lagi.
“Kak…”, kataku lirih
“sst…kakak tahu apa yang Eric inginkan, tenang aja…”, kak Shelly benar-benar meremas-remas kemaluanku. Geletar nikmat perlahan merayap, seiring makin mengerasnya batang kemaluanku. Kuraih bantal, kudekap hingga menutupi mukaku. Rasa jengah dan nikmat membaur menjadi satu.

“Pake malu-malu lagi !”, kak Shelly memaksaku melepaskan bantal. Akhirnya untuk aku hanya bisa menutup mata dan menikmati gelenyar kenikmatan dari setiap remasan tangan kak Shelly. “Ah…shhh..kak….!”,
Tanganku perlahan merayap kearah pinggang kak Shelly, meremasnya perlahan seiring geliat kenikmatan. Aku semakin berani karena kak Shelly tak menolak remasan tanganku dipinggangnya.
Tiba-tiba, “Udah ya…cukup segitu aja !”, tiba-tiba kak Shelly menghentikan remasan tanganya.

“Ah kakak !”, aku merintih kecewa, hampir aku melonjak bangun.
“Kenapa ?”, ia menatapku, sebuah senyum seolah menggoda aku yang tengah konak.
“Tanggung…please…!”, aku merintih dan memelas.
“Dasar….”, katanya sambil memijit hidungku.
Tanpa ragu aku melepaskan training yg kukenakan, kemaluanku yg sungguh telah mengeras, mendongak…
Nampak ada rasa jengah pada tatapan kak Shelly, aku bangkit dari tidurku, “Please…!”, lalu kuraih tangan kak Shelly agar menjamah kemaluanku. Akhirnya tak urung kak Shelly menuruti kemauanku.

Kembali kuhempaskan tubuh, lalu menunggu kak Shelly melakukan hal yg seharusnya. Tangan lembut dan halus kak Shelly menggenggam kemaluanku, nampaknya ia agak ragu, badanku mengerjap sesaat, ketika tangan kak Shelly mulai meramas kemaluanku dengan perlahan. Kupenjamkan mata, menikmati setiap kenikmatan yang datang.

Semakin lama keinginanku semakin kuat. Aku merintih, mendesah dan sesekali menggeliat.
Remasan tangan kak Shelly memang nikmat, namun semakin lama aku menginginkan lebih, lalu aku meraih Hand Body dari sela-sela pinggir springbad, dengan gemetar kusodorkan pada kak Shelly.

“Apa ini ?”,
Meski terlihat ragu, perlahan kak Shelly meraih Hand Body Lotion, membuka tutupnya, menumpahkannya ditangan kanannya.

Lalu ia melumuri kemaluanku. Ahhh..
“Maafin Eric ya kak !”,
“Iya anak nakal !”, katanya. Mungkin seharusnya ia tersenyum tapi aku tidak melihatnya.
“Digimanain ?”, katanya berbisik perlahan.
“Urut aja, keatas dan kebawah, pelan-pelan !”,
“Begini…!”,

“Ya…ah… shhh… kak Shelly…!”, akupun tenggelam dan terbuai dalam kenikmatan. Belaian lembut tangan Kak Shelly sungguh membuat aku terlena. Dan tanpa kuminta kak Shelly telah cukup paham ketika sudah agak mengering dan kesat ditambahkannya lagi cairan Hand Body itu. Ia telah tahu yang kuinginkan.

Caranya mengurut dan meremas sungguh sempurna. Aku kemudian hanya bisa pasrah, merintih dan mendesah.
“ssshhhh… kaka…mkasihhhh…. Mmmm shhhhh enak !”,
Aku terus merintih dan merintih. Kak Shelly benar-benar memanjakan aku. Ia mengurut dan membelai membuat aku terasa melambung-lambung. Tapi lama kelamaan ada rasa ngilu dikemaluanku.

Makin lama makin ngilu.
“kenapa ? udah ?”, kak Shelly bertanya ketika tanganku menahan gerakan tanganya yang masih mengurut dan membelai. “Ngilu…!”, kataku berbisik.
Lalu aku bangkit dari tempat tidurku, sehingga kami duduk berdampingan. Kak Shelly terlihat berusaha mengelap cairan Hand Body yang berlepotan ditanganya. Trainingku menjadi korban. Tanggung sekalian kotor, akupun mengelap kemaluanku dari cairan handbody.

Kami terdiam, beberapa saat.
“Tahu enggak sebenarnya Eric suka pake bantal guling. Seperti Kak Shelly !”,
“Apa enaknya…!”, pertanyaan itu seolah terlontar begitu saja.
“Ya enak aja. Gesek-gesek. Sambil membayangkan sedang memeluk kak Shelly !”.
“Dasar !”, ia memelintir kupingku.
“kak Shelly…!”,
‘Apa..?”,
‘Tanggung nih !”,
“Tanggung apanya ?”,
“Pura-pura jadi bantal guling mau ?”,
“Apalagi nih !”,

“Eric gak tahan nih. Tapi kak Shelly gak usah khawatir. Eric gak merusak apapun. Kak Shelly tetap berbaju lengkap. Kak Shelly hanya berbaring aja. Nanti Eric…!”, kak Shelly terdiam tak menjawab.
“Cuma gesek-gesek aja !”, aku kemudian menandaskan.
“Gimana ? kamu ini aneh-aneh aja ?”,
“Berbaring dulu kak Shelly-nya. Pokonya aman deh.

Eric gak bakalan merusak apapun. Janji !”, kataku sambil setengah mendorong tubuh kak Shelly.
Kak Shelly tak urung menurut. Ia beringsut keatas spring bad, lalu kubaringkan tubuhnya hingga terlentang. Dengan bergetar kemudian aku berbaring menyamping. Lalu kakiku menyilang keatas dua kakinya. Selangkanganku kini menempel ke pahanya. Sayang masing terlindung pakaian yang dikenakannya. Tapi lumayan enak.

Lalu aku mulai menggesek-gesekan kemaluanku kepaha kak Shelly. Rasa nikmat perlahan mengalir seiring gesekan itu. Makin lama makin terasa enak. Tangan kak Shelly kupaksa agar mau melingkari pinggangku. Aku terus menggesek dan menggesek. Sesaat aku lepaskan bajuku, aku kini telanjang bulat, menelungkup tubuh kak Shelly yang masih terbungkus Langerie…

”shhhh…. Mmmm enak kak. Enak ! shhhhh ahhhh shhh !”, tanpa sadar aku menciumi bahu kak Shelly. Aku semaki berani karena kak Shelly membiarkan aku menciumi pundaknya. Makin lama tubuhku makin bergeser. Tahu-tahu aku kini berada diantara dua paha kak Shelly. Kemaluanku menggesek-gesek persis kemaluan kak Shelly. Sungguh nikmat. Geletar-geletar birahi makin memuncak.

Aku mendesis dan merintih sambil sesekali mendaratkan ciuman ke pundak kak Shelly. Lambat laun aku menyadari, setiap aku bergerak dan menggesek, tubuh kak Shelly ikut bergerak seirama gerakan tubuhku. Bahkan beberapa kali ia membetulkan posisi pinggangku.

Kemaluanku terus menggesek-gesek kemaluan kak Shelly. Dan terus bergoyang-goyang berirama.
“Kurang keatas…sakit tahu !”, suara ka Shelly terdengar memburu.
Aku menurut. Aku bergerak lebih keatas. Paha kak Shelly bergerak seolah memberi ruang agar tubuhku bergerak lebih leluasa.

“Pelan…pelan…”, ia mendesis,
“Enak kak?’, akhirnya kulontarkan pertanyaan itu. Kak Shelly terdiam. Namun nafasnya semakin terdengar memburu. Jemari tangannya terasa meremas-remas punggungku.
Tanpa meminta persetujuan aku berusaha meraih celana dalam kak Shelly.
“Mau apa ?”,
“Biar gak sakit lepasin aja yah ?”, ia sedikit mempertahankanya.
“Please !”, kataku. Akhirnya kak Shelly menurut.

Bahkan kakinya bergerak-gerak membantuku melepaskan celana dalam itu. Aku tidak bermaksud menyetubuhi kak Shelly. Tidak benar-benar maskudku. Biar bersentuhan lebih dekat aja. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku. Kemaluanku menempel pada kemaluan wanita. Sungguh sensasinya luar biasa.

Kemaluanku mengarah kebawah, terjepit diantara paha kak Shelly. Lalu aku mulai menggesek-kesekanya. Ada sesuatu yang hangat namun basah dibawah sana. Semakin kugesekkan semakin terasa nikmat. Tiba-tiba aku mendengar kak Shelly mendesah pelan. Kepalanya mendongak. Kuulangi gerakan dan gesekanku, kembali ia mendesah. Akhirnya kuulangi gesekan diwilayah itu. Aku senang mendengar kak Shelly mendesah-desah dan merintih. Kami ternyata berada pada posisi saling berdekapan.

Wajah kami begitu dekat. Aku merasakan semburan nafas hangat kak Shelly. Dengan lembut kudaratkan bibirku didagunya. Kemudian bergeser, perlahan. Akhirnya bibir kami bertemu. Bibir kak Shelly awalnya diam tak bereaksi ketika bibirku berusaha melumat, tapi lama kelamaan bibir itu membalas lumatan bibirku. Kami berpagutan dan saling melumat.

Semakin lama segalanya semakin liar. Aku kini bahkan sudah mengecap, menjilat bahkan setengah menggigit leher kak Shelly. Ketika jilatan lidahku menyerang pangkal leher dibawah telinganya, kak Shelly mendesah dan merintih. Aku kini benar-benar membuat kak Shelly menjadi hilang kesadaran. Ia telah menjadi benar-benar liar.

Diarahkannya kepalaku untuk menciumi dadanya. Aku maklum dengan apa yang diinginkan kak Shelly. Aku bangit dari cengraman tubuhnya. Lalu dengan gemetar kubuka Langerie yang dikenakan kak Shelly. Kemudian Bra yang dikenakannya. Kini tubuh kak Shelly tak berbalut selembar benangpun, sebagaimana aku. Tak tahan berlama-lama aku merangkul tubuh kak Shelly.

Aku menggumulinya dengan penuh nafsu. Aku jilat setiap inci tubuhnya, semakin kak Shelly merintih semakin aku mejilat dan menggigit. Putting susunya bergantian aku lahap. Aku bagai orang yang kesetanan. Tanpa terasa aku mulai menjilati tubuh kak Shelly bagian bawah. Bahkan aku kini mulai menciumi pangkal paha dan selangkangannya. Kak Shelly merintih dan melenguh. Aku tak tahu bagaimana cara menjilat yang baik dan benar.

Pokonya semakin keras rintihan kak Shelly semakin lama aku menjilat. Kupingku terasa berdenging dan pekak karena terjepit kedua paha kak Shelly. Aku menjilat dan terus menjilat kemaluan kak Shelly. Meskipun hidungku mencium aroma yang aneh, dan lidahku mengecap rasa yang aneh pula. Aku terus menjilat. Bahkan bibirkupun mencium bagian-bagian kemaluan kak Shelly. Aku bahagia mendengar kak Shelly Merintih-rintih dan menjerit. Sampai kemudian kak Shelly menarik kepalaku.

“Sudah-sudah ! ngilu !”,
“Ngilu ?”, batinku. Bukanya enak ?
Nafas kak Shelly tersengal-sengal. Aku segera mengelap mulutku dengan baju kak Shelly, mengusir perasaan tidak nyaman dimulutku. Namun aku masih bernafsu. Ketika aku bermaksud menaiku tubuh kak Shelly.
“Tunggu sebentar. Masih ngilu !?”, katanya.

Akhirnya aku hanya dapat menciumi perut dan dada serta payudara kak Shelly. Kedua tangan kak Shelly membelai-belai rambutku.
Tubuhku perlahan mulai merayap kembali. Masuk kedalam dekapan hangat tubuh kak Shelly. Rasa nikmat itu perlahan kembali mengalir. Kemaluan kami kembali bergesekan. Dan aku mulai meracau…
“Jangan !”, kak Shelly menahan tubuhku. Aku tak tahan lagi. Aku ingin memasukannya. Aku ingin merasakan terbenam dalam lembah kenikmatan itu.

“Jangaaaaannn… please ! Eric jangan !”, kak Shelly memohon ketika aku mencoba dan memaksa untuk kedua kalinya.
“Eric udah gak tahan kak ! gak tahan lagi !”,
“Tapi Eric udah janji, gak bakalan merusak.!”, kak Shelly menghiba.
“Eric udah gak tahannnnnn….shhhh !”,
“Kak Shelly juga sama. Tapi please jangannnn shhh !”,
Kak Shelly berbisik dengan nafas memburu.

Aku tak tahan lagi. Namun kemudian otak warasku hadir. Kalau dengan bantal guling saja aku bisa puas, kenapa sekarang enggak.
Aku ambil celana dalam kak Shelly, lalu kugunakan untuk menutupi kemaluan kak Shelly. “Eric pengen keluar disini, boleh yah !”. setengah memohon aku berbisik.

Karena tak dilarang segera aku memposisikan kemaluanku. Mengarah kebawah dan terjepit paha kak Shelly. Kedua Kemaluan kami hanya dipisah selembar celana dalam. Dan aku kemudian mulai menggesek. Mencari sensasi kenikmatan itu. Aku menggesek dan menggesek. Tak beberapa lama, gelombang kenikmatan itu datang. Cratt cratt…..

Aku terkapar diatas tubuh kak Shelly. Terdiam beberapa saat, sebelum kak Shelly mendorong tubuhku yang menindih tubuhnya. Aku terbaring ke samping. Ingin rasanya aku memeluk kak Shelly berlama-lama. Tapi kak Shelly buru-buru bangkit. Dikenakannya Langerie-nya kembali. Lalu bergegas ia keluar dari kamarku. Celana dalamnya yang basah berlumuran ditinggalkannya !

Sejak saat itu, rahasia dirumah ini bertambah, sampai sekarang kami terus melakukanya, tidak terlalu sering memang, namun ketika aku menginginkan atau ketika kak Shelly “kepengen” (begitulah istilah kak Shelly), maka kami akan melakukannya. Didapur, dikamar mandi, diruang tengah, bahkan diruang tamu. Satu hal yang tetap kami jaga, kami tidak benar-benar bercinta, sungguh akupun komit dengan janjiku, aku teramat menyayangi kak Shelly, aku tak ingin merusaknya, semua yang kuperoleh telah lebih cukup bagiku. Dan mudah-mudahan akan tetap saperti itu.

Friday, April 17, 2020

Kumpulan Cerita Dewasa Diperkosa Dukun Cabul


Kumpulan Cerita Dewasa - Mbah Midjan adalah dukun sakti yang tinggal di desa pedalaman di lereng gunung di pulau Jawa. Usianya diatas 65 tahun. Badannya kurus, namun masih sehat. Ia adalah dukun sakti yang menguasai dunia perdukunan sehingga tidak ada yang berani melawannya.

Ia termasuk dukun yang kaya karena ia tak segan-segan mematok harga tinggi bagi para kliennya. Uang bukanlah pantangan baginya. Yang menjadi pantangan saat ia belajar ilmu saktinya adalah ia sama sekali tidak boleh berhubungan intim dengan wanita. Apabila melanggarnya, maka kesaktiannya akan hilang seharian sampai matahari terbenam hari berikutnya.

Oleh karena banyak dukun-dukun saingannya yang iri akan kesaktiannya, tentu adalah hal yang riskan apabila kesaktiannya hilang walau hanya sehari. Apabila saat itu ada dukun iseng yang menyantetnya, ia sama sekali tidak ada pertahanan diri. Untuk menghindari hal itu, telah bertahun-tahun ia tidak pernah berhubungan intim dengan wanita termasuk kedua istrinya.

Dengan demikian ia akan selalu menjadi orang sakti yang tak terkalahkan. Salah satu klien utama Mbak Midjan adalah Pak Wijaya, seorang pengusaha yang belakangan ini namanya semakin membumbung tinggi. Sejak ditangani oleh Mbah Midjan, hampir seluruh bisnisnya selalu lancar. Namun pada suatu ketika, dua kali berturut-turut ia kalah tender. Oleh karena itu ia pergi ke desa Mbah Midjan untuk berkonsultasi dengannya. Berdasarkan ‘penglihatan’ Mbah Midjan, ternyata ia dijegal oleh salah satu pesaingnya yang menggunakan jasa dukun sakti dari luar pulau.

Dan pengaruh negatif dari dukun tersebut rupanya telah memasuki dalam rumah Pak Wijaya, sehingga hal itu mempengaruhi performance dirinya maupun orang lain yang tinggal secara tetap di dalam rumah tersebut. Untuk mengatasinya, menurut Mbah Midjan, harus dipasang jimat menurut delapan arah mata angin di dalam area rumah Pak Wijaya. Jimat itu harus dipasang sehari satu setiap jam 5 pagi dengan disembahyangi sepanjang hari sampai matahari terbenam.

Untuk keperluan itu, maka Pak Wijaya mengajak Mbah Midjan untuk datang dan menginap di rumahnya selama 8 hari untuk memasang ke-delapan jimat itu. Oleh karena tugas ini cukup berat dan sangat menguras tenaga, Pak Wijaya berjanji akan memberi imbalan yang sangat besar dan ia memberi uang muka sebesar 50% di depan.

Selain memasang jimat, Pak Wijaya juga meminta Mbah Midjan untuk membimbing putrinya, Felicia yang masih SMA dan baru berusia 18 tahun. Karena belakangan ini ia merasakan putrinya telah berani melawannya apalagi tanpa sepengetahuannya telah berpacaran dengan teman sekelasnya. Bisa jadi hal ini disebabkan pengaruh negatif di dalam rumah itu, pikirnya.

Sehingga kini Mbah Midjan tinggal di rumah Pak Wijaya selama delapan malam. Pagi, siang, dan sore hari digunakan untuk memasang dan menyembahyangi jimat. Sementara malamnya ia meluangkan waktu beberapa jam untuk mengajar olah pernapasan bagi Felicia untuk menghilangkan pengaruh negatif dari dalam dirinya.

Dan hal itu dilakukan berdua di dalam kamar Felicia. Pak Wijaya membolehkan hal itu karena ia tahu pasti akan pantangan Mbah Midjan menyentuh wanita. Sehingga keamanan diri putrinya akan tetap terjamin. Sementara itu, proses pemasangan jimat itu berlangsung lancar sampai hari terakhir. Sehingga kini lengkaplah sudah seluruh persyaratan jimat sebagai pelindung rumahnya beserta seisinya yang bakal mampu bertahan selama bertahun-tahun. Petang itu sehabis matahari terbenam…Mbah Midjan mengatakan kepada Pak Wijaya kalau seluruh jimatnya telah terpasang dengan rapi.

Sehingga ia minta supaya sisa pembayarannya dapat segera dilunasi. Namun rupanya terdapat kesalahpahaman diantara keduanya. Karena Pak Wijaya berpendapat sisa pembayarannya akan dilunasi dalam waktu dua bulan yaitu setelah pengumuman keputusan pemenang tender proyek berikutnya. Hal itu untuk membuktikan bahwa jimat yang dipasang memang telah benar-benar bekerja.

Sementara Mbah Midjan menganggap bahwa sisa pembayaran harus dilunasi begitu pemasangan jimat telah selesai. Mendengar pendapat Pak Wijaya, ia merasa ditipu oleh kliennya itu. Padahal ia telah mencurahkan seluruh energinya untuk membuat jimat itu benar-benar bekerja. Oleh karena ia adalah orang desa yang tidak biasanya beradu mulut dan mungkin ditambah karena Pak Wijaya adalah salah satu klien besar, maka akhirnya dengan terpaksa ia mengalah.

 Namun di dalam hati ia merasa sakit hati. Dan diam-diam ia berniat membalas dendam kepada kliennya itu. Ia tidak mungkin membatalkan jimat yang telah dipasang oleh dirinya sendiri itu. Oleh karena itu ia akan mengambil sisa bayarannya itu dengan caranya sendiri sekaligus membalas dendam, dengan menggunakan Felicia, puterinya. Tentu bukanlah hal sulit baginya untuk membuat Felicia takluk kepadanya.

Karena Mbah Midjan akhirnya setuju dengan pendiriannya, maka Pak Wijaya sama sekali tak menaruh curiga kepadanya. Sehingga Mbah Midjan bisa melakukan menurut apa maunya dengan bebasnya. Sementara bagi Felicia sendiri, yang di hari pertama mula-mula merasa aneh disuruh Papanya belajar pernapasan, namun setelah melakukannya ia merasakan manfaat dari pernapasan yang diajarkan oleh Mbah Midjan. Oleh karena itu ia mau meneruskan setiap hari sampai hari itu, hari kedelapan.

Malam itu ketika proses pengajaran normal telah berakhir, mereka berbincang-bincang,
“Ternyata pernapasan begini ada manfaatnya juga ya Mbah. Felicia sekarang jadi lebih tenang dibanding sebelumnya.”
“Memang betul, Nak. Tapi sebenarnya ada cara lain yang bisa membuat pikiran jadi lebih nyaman lagi.”
“Gimana caranya Mbah?”
“Prinsipnya kamu harus menghilangkan prasangka buruk di dalam pikiranmu sampai kamu tidak merasakan adanya ancaman bahaya dari luar. Dengan begitu maka pikiran otomatis akan menjadi tenang.”
“Wah susah sekali itu Mbah, gimana caranya menghilangkan prasangka buruk di dalam pikiran karena datangnya tiba-tiba?”

“Ya harus latihan Nak. Namun latihannya tidak mudah dan tidak cocok untuk gadis muda seusia kamu. Karena itu, lupakan sajalah.”
“Lho kok begitu, Mbah? Khan Mbah sendiri yang bilang kalau pikiran yang tenang dan nyaman itu bagus buat semua orang nggak peduli usia.”
“Karena untuk latihan ini, kamu harus menghilangkan semua prasangka buruk. Dan hal itu tidak mungkin karena saat ini pun tanpa disadari kamu telah punya prasangka buruk terhadap Mbah.”
“Ah, aku sama sekali nggak punya pikiran buruk kok terhadap Mbah.”
“Ah, masa? Kalau begitu, coba sekarang berani nggak kamu buka seluruh baju kamu di depan Mbah.”
“Ah, Mbah yang benar aja!” protes Felicia sambil matanya melirik ke arah pintu keluar.
“Nah, itulah. Sekarang kamu punya pikiran takut khan terhadap Mbah? Sebenarnya kenapa sekarang kamu memakai pakaian? Karena kamu malu dilihat telanjang bulat oleh Mbah. Padahal kalau pikiranmu tulus, kamu tidak akan mempunyai pikiran seperti itu.”

“Tapi kenapa harus sampai buka baju segala, Mbah?”
“Karena itu adalah cara latihan yang paling praktis dan efisien untuk menghilangkan perasaan malu dan waswas yang timbul. Tapi sudahlah, lupakan saja. Makanya tadi Mbah bilang kalau latihan ini tidak cocok untuk anak gadis apalagi yang masih muda seperti kamu.”
“Ooh, jadi begitu toh. Terus kalau Felicia mau coba sedikit dan sebentar aja, gimana Mbah?” tanya Felicia penasaran.
“Ini bukan untuk coba-coba. Kalau kamu pengin latihan, kamu harus betul-betul manut (nurut) dengan Mbah tanpa prasangka apa-apa. Kalau tidak, mending tidak usah.”
Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya…

“OK deh, aku mau jalanin Mbah. Asalkan Mbah betul-betul tidak punya maksud jahat.”
“Tidak bisa seperti itu. Kamu harus 100% percaya sama Mbah dulu baru bisa latihan.”
“Hmmm. OK, OK, aku percaya sama Mbah. Dengan cara Mbah ngomong seperti ini, aku percaya Mbah nggak punya tujuan jahat. Apalagi khan, hihihi, Mbah juga sudah tua,” katanya sambil tersenyum geli sendiri.

(Dalam hati Mbah Midjan memaki, sialan bocah ini. Rupanya ia meragukan kemampuanku. Rasain kau nanti, batinnya).
“Jadi kamu benar-benar mau latihan dan ini adalah kemauanmu sendiri ya?”
“Iya, Mbah. Aku mau coba latihan ini. Beneran!”
“Baiklah, sekarang coba kamu berlatih napas seperti biasa tanpa perlu memejamkam mata,” kata Mbah Midjan sambil berjalan mengelilingi Felicia.

Felicia saat itu mengenakan baju kaus biru tua dengan krah dan celana pendek yang ukurannya sedikit diatas paha. Ia adalah seorang gadis yang cantik. Rambutnya panjangnya sebahu. Ditambah lagi kulitnya yang putih. Usianya masih belia, baru 18 tahun, namun tubuhnya telah tumbuh menjadi tubuh seorang gadis dewasa. Baju biru yang dikenakannya itu nampak menonjol di bagian dadanya. Pertanda payudaranya telah tumbuh. Seandainya bukan Mbah Midjan yang punya pantangan, cowok mana pun pasti akan tergiur kecantikan dan ke-sexy-annya.

“Omong2, kamu sudah punya pacar, Nak?”
“Sudah Mbah.”
“Kamu sudah pernah ngapain saja dengan dia?”
“Maksud Mbah?”
“Maksudnya, sejauh mana hubungan kamu dengan dia? Apakah kamu pernah tidur dengan dia?”
“Idih, Mbah. Ya nggak dong. Kok Mbah jadi nanya yang nggak-nggak sih?”
“Mbah sengaja nanya hal-hal seperti ini, untuk pemanasan latihan kamu. Untuk itu sejak sekarang kamu nggak boleh punya pikiran jelek, mengerti?

“OK, Mbah. Aku mengerti.”
“Jadi, kamu pernah ngapain aja dengan dia?”
“Cuman ciuman dan peluk-pelukan aja Mbah. Sambil saling pegang-pegang juga,” kata Felicia dan mukanya bersemu kemerahan.
“Kalo pipimu kemerahan gitu, kamu jadi makin cantik saja, Nak. Cuman gitu aja? Jadi kamu masih perawan?”

“Iya Mbah.”
“Bagus, bagus. Lalu apakah dia pernah ngeliat kamu nggak pake baju?”
“Iiih, Mbah. Ya nggak dong”, katanya sementara mukanya makin merah.
“Ingat, kamu harus membuang pikiran kotor kamu.
“Baik, Mbah.”
“Bagus. Sekarang apakah kamu siap untuk memasuki tahap latihan yang lebih tinggi?”
“Siap Mbah.”
“Bagus. Kalo begitu sekarang ayo coba kamu buka baju kaus kamu.”

Tanpa protes Felicia segera melepas dua kancing baju kausnya sendiri. Lalu dicopotnya baju yang dikenakannya dan dibuang ke lantai. Nampak kulit tubuh putih Felicia dengan gundukan kecil di dada yang tertutup oleh bra hijau muda. “Wah, Nak, tubuhmu betul-betul putih mulus,” kata Mbah Midjan sambil matanya tak lepas memandangi Felicia. Baru pertama kali ini ia melihat tubuh gadis yang seputih ini. Apalagi sudah lama sekali sejak terakhir kali ia melihat tubuh perempuan yang telanjang.

“Sekarang coba kamu lepas penutup dada kamu. Mbah pengin lihat seperti apa isinya.”
Dengan patuh Felicia membuka branya sehingga kini ia berdiri di hadapan Mbah Midjan dengan dadanya telanjang. Nampak payudaranya yang kecil tapi indah dan putingnya berwarna kemerahan. “Wow! Dadamu indah sekali. Kamu sungguh beruntung.”
“Sekarang coba lepas rokmu, Nak,” perintah Mbah Midjan yang dengan patuh dipenuhi oleh Felicia. Dilepasnya rok yang melekat di tubuhnya sehingga kini ia hanya memakai celana dalam saja.

“Waduuh, mulusnya tubuh kamu Nak. Betul-betul pemandangan yang indah,” kata Mbah Midjan kagum sambil memandangi pahanya dan payudaranya. Sehingga mau tak mau Felicia jadi makin memerah mukanya. Namun karena ia memutuskan untuk latihan, maka ia berusaha menahan perasaan malunya.
“Bagaimana perasaan kamu sekarang, Nak? Kamu malu telanjang di depan Mbah?”
“Se-sebenarnya malu sekali Mbah.”
“Nah, itulah. Terbukti kalau kamu masih perlu latihan lebih lanjut lagi. Sebenarnya kamu nggak perlu malu. Soalnya tubuh kamu indah sekali kok Nak. Jadi sekarang berani nggak kamu betul-betul telanjang bulat disini?” kata Mbah Midjan.

Felicia nampak ragu.
“Masa perlu sampai semuanya, Mbah?”
“Kalau kamu pengin latihannya sempurna ya harus. Apalagi terbukti sekarang kamu masih belum berhasil menghilangkan perasaan malu. Mumpung Mbah masih disini. Hari ini adalah hari terakhir Mbah disini. Besok kalau kamu pengin latihan sudah tidak bisa lagi. Masa kamu mau latihan seperti ini dengan sembarang orang?”
“Hmmmh, OK, kalo gitu Felicia nurut aja deh.”

Dan tak lama kemudian segera dilepasnya cd yang dipakainya dengan sukarela.
Kini ia betul-betul telanjang bulat tanpa selembar benang pun di hadapan Mbah Midjan.
Mbah Midjan nampak memandangi tubuh telanjang Felicia dari atas ke bawah.

“Wow. Ckckck. Suiit, suiiit. Hebat, hebat. Benar-benar aduhai indahnya tubuhmu, Nak.” Mbah Midjan jadi ngaceng juga melihat Felicia yang telanjang bulat. Hmm, sayang sekali aku tak bisa menikmati tubuhmu, batinnya. Namun tak apalah, yang penting aku sudah memberi pelajaran kepada Wijaya, papamu yang penipu itu. Biar tahu rasa kau sekarang, puterimu yang masih perawan berhasil kutipu mentah-mentah. Lumayan aku bisa cuci mata ngeliat anak gadismu telanjang bulat. Sungguh ini adalah pembalasan yang setimpal.

Namun rupanya ia tidak ingin berhenti sampai disitu saja. Dalam hati ia berpikir, biarlah kupinjam dulu anak gadismu untuk kumain-mainin bentar, pikirnya.
“Cowok kamu pernah lihat susu kamu?”
“Pernah mbah.”
“Tadi katanya belum pernah. Awas kalo kamu bohong ya?”
“Bukan gitu Mbah. Maksudku tadi aku belum pernah telanjang bulat seluruh badan gini dengan dia.”

“OK, nggak apa-apa. Lalu reaksi dia gimana waktu ngeliat susu kamu?”
“Dia suka Mbah…dia pernah megang-megang juga. Katanya dadaku bagus.”
“Oh ya? Dia megangnya gimana? Apa begini?” tanya Mbah Midjan sambil kedua tangannya menempel ke kedua payudara Felicia.

“Iih, Mbah. Jangan Mbah,” kata Felicia sambil secara refleks bergerak mundur.
“Lho, kenapa. Ayo jawab. Ingat kamu tidak boleh punya pikiran kotor. Mengerti?, kata Mbah Midjan sementara kedua tangannya masih menempel ke dada Felicia.
“Me-mengerti Mbah.”
“Jadi gimana caranya memegang susu kamu? Apakah begini?”, katanya sambil tangannya dilepaskan dari dada Felicia sebentar lalu diremasnya kedua payudara Felicia.

“Atau begini?” kata Mbah Midjan, sambil kedua ibu jarinya meraba-raba dan menggerak-gerakkan kedua putingnya.
“Ya..ya..ya semuanya Mbah,” kata Felicia tertunduk malu.
“Huahahaha. Wah, cowok kamu memang beruntung dan pintar cari pacar.”
“Lalu kamu suka digituin sama cowok kamu?”
“Suka Mbah.”

“Sama seperti sekarang, kamu juga suka Mbah begini-in?” katanya sambil meraba-rabai seluruh bagian payudara Felicia.
“Ehmm… suka Mbah.”
“Bagus. Itu wajar karena itu tandanya kamu gadis yang sudah dewasa.”

Ia memperhatikan dan merasakan kedua puting Felicia kini semakin mengeras dan menonjol dibanding pertama kali telanjang. Mungkin karena suhu kamar yang agak sejuk atau mungkin karena tegang dengan suasana itu.

“Umurmu berapa sih Nak?”
“Delapan belas tahun. Aku baru ulang tahun 2 bulan lalu.”
“Jadi memang kamu sudah jadi gadis dewasa. Kamu ibarat bunga yang baru mekar dan harum semerbak yang sudah siap dihisap madunya, Nak. Kamu sudah siap untuk kawin, Nak.”
“Iiih. Aku khan baru umur 18 tahun. Masih lama untuk married, Mbah.”

“Ah, nggak betul itu. Istri pertama Mbah waktu menikah sama Mbah dulu juga seumuran kamu, Nak, 18 tahun juga..”
“Oh ya? Kapan itu Mbah?”
“Wah, itu sudah lama sekali. Dulu waktu dia masih muda dan cantik. Sekarang istri Mbah sudah tidak muda lagi, sudah 40 tahun lebih. Tapi meskipun dulu waktu dia masih muda juga nggak bisa ngalahin kamu, Nak. Kamu jauh lebih cantik dan lebih putih dari dia. Ya memang beda lah, gadis desa dibandingkan dengan anak gadis pengusaha kaya di kota besar. Tapi jeleknya orang kota itu suka kawin telat. Padahal itu tidak bagus untuk hormon tubuh. Terutama cewek. Apalagi kawin itu sebenarnya enak lho.”

 KLIK DISINI

“Memang enaknya apa sih Mbah?”
“Enaknya apa, itu mesti dirasakan sendiri baru tahu, Nak. Dan untuk orang kota yang kawin telat seperti kamu gini, perlu ada persiapan lahir batin dari sekarang. Supaya nantinya tidak kagok dan bisa membahagiakan suami sejak malam pertama perkawinan.”

“Persiapannya apa aja sih Mbah?”
“Persiapannya seperti apa susah diungkapkan dengan perkataan. Lebih jelas kalau dilakukan langsung. Mbah bisa ngajarin kamu sekarang. Asalkan pikiran kamu tenang dan ikhlas karena ini semua demi membahagiakan suami kamu kelak. Gimana, mau nggak?”
“Ehhm, tapi aku nggak tahu mesti gimana, Mbah?”
“Nggak usah kuatir, Nak. Kamu manut aja sama Mbah, nanti khan kamu jadi bisa sendiri,”

katanya sambil penuh nafsu memandangi sekujur tubuh Felicia yang telanjang,” Yuk, sekarang kamu lanjutkan latihan ini dulu, setelah itu kamu Mbah ajari yang itu,” katanya.

Sebenarnya awalnya Mbah Midjan hanya ingin membalas dendam dengan mempermainkan Felicia dengan cara menyuruhnya telanjang bulat di depannya saja. Namun kini setelah melihat cewek ini telanjang bulat dan begitu penurut begini, Mbah Midjan jadi bernafsu ingin menikmati tubuh perawannya. Apalagi sudah lama sekali sejak terakhir kali ia menikkmati seorang wanita, itupun juga dengan kedua istrinya yang sudah tidak muda lagi. Kini di depan matanya ada seorang gadis perawan yang bersikap sangat kooperatif terhadapnya. Ditambah lagi ia tak pernah menikkmati gadis kota seperti Felicia gini. Sekaligus ini adalah pembalasan yang telak terhadap papanya. Namun yang menjadi kendalanya adalah ia tidak mungkin melanggar pantangannya sendiri. Karena salah-salah taruhannya adalah nyawanya.

Ah, sungguh bodoh kau ini, batin Mbah Midjan. Kenapa mesti takut kehilangan kesaktianmu barang sehari? Bukankah kau ada di dalam rumah yang telah dilindungi oleh jimat yang kaupasang sendiri? Biarpun kesaktianmu hilang, asalkan kau tidak keluar rumah sampai matahari terbenam besok, semuanya akan baik-baik saja. Dan kau bisa meninggalkan rumah ini setelah matahari terbenam.

Sekaligus hal ini membuktikan bahwa apabila tidak ada serangan yang mampu mengenai dirinya, hal itu menandakan kalau jimat yang dipasangnya betul-betul bekerja. Hehehe, rasain kau, Wijaya. Salahmu sendiri kamu meragukan jimatku. Kini anak gadismu yang akan kupake untuk membuktikan apakah jimat itu betul-betul bekerja. Lumayan juga bisa Menikmati anak perawanmu yang manis ini.

Setelah teringat akan kesaktian jimatnya sekaligus cara untuk membalas perlakuan kliennya itu, kini nafsu birahinya jadi benar-benar tak terbendung lagi, yang harus dilampiaskan saat itu juga.

“Waduuh, mulusnya kamu Nak. Sampai-sampai kamu bikin Mbah jadi ngaceng. Apalagi baru kali ini Mbah lihat Nona cantik seperti kamu gini telanjang. Betul-betul putih dan merangsang.
“Nah gitu, bagus. Pikiran kamu tetap tenang ya,” kata Mbah Midjan mengelilingi Felicia memandangi sekujur tubuh telanjangnya dalam jarak dekat. Saat berada di belakang Felicia, kedua tangannya meraba-raba punggungnya yang putih mulus dari atas sampai ke bawah dan diremas-remasnya pantat Felicia yang bulat sexy itu.

“Hmm, kulitmu halus dan mulus banget, Nak.”
Lalu tangannya beralih ke depan, kini meraba-rabai payudara Felicia.
“Waah, susumu betul-betul kenyal Nak. Dan putih mulus. Lihat tuh, Iiiih, puting kamu segar banget dan menonjol gini,” komentar Mbah Midjan dan kedua telunjuknya digesekkan di kedua puting Felicia.
“Aduuh. Jangan gitu Mbah. Geli,” kata Felicia sambil tubuhnya menggeliat berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Mbah Midjan.

“Aah, masa cuma diginiin aja kok geli. Tapi gimana rasanya, Nak? Enak khan?”
“Nggak mau ah Mbah, kalo gini,” kata Felicia. Namun “protesnya” cuman di mulut saja karena ia membiarkan Mbah Midjan jari jemari dukun tua itu meraba-raba dadanya. Kelihatan kalau sebenarnya ia menikmati permainan itu.

“Nah, sekarang kita lanjutkan latihan tingkat berikutnya sekaligus Mbah ajarin kamu gimana caranya membahagiakan suamimu kelak. Ingat, ini semua demi kebaikan kamu sendiri. Mengerti?”
“Mengerti, Mbah.”
“Bagus. Nah, sekarang Mbah juga melepas semua baju Mbah jadi kita sama-sama bugil.”
Mbah Midjan melepas baju hitamnya sehingga nampak dadanya yang hitam telanjang. Kulitnya telah berkeriput. Kemudian ia membuka sarungnya. Nampak tonjolan di balik celana dalamnya.

“Supaya kamu tidak penasaran, ini Mbah tunjukkan kontol pria dewasa milik Mbah yang bisa memuaskan anak gadis seperti kamu, Nak.”

Tanpa malu-malu lagi, bandot tua umur 65 tahun itu melepas celana dalamnya di depan Felicia, gadis belia berumur 18 tahun. Kini Mbah Midjan juga telah telanjang bulat. Nampak kulit tubuhnya yang hitam legam dan keriput. Sungguh kontras berbeda dengan Felicia yang putih mulus dan segar. Namun Felicia tersipu malu dibuatnya, karena meski telah berumur 65-an dan kulitnya telah keriput, namun kontol Mbah Midjan masih mampu ngaceng dengan tegaknya. Apalagi ukurannya termasuk besar dibandingkan dengan tubuhnya yang kurus, terutama kepalanya yang disunat jadi nampak makin besar.

“Nah, lihat, kontol Mbah sekarang jadi ngaceng gara-gara ngeliat gadis muda belia telanjang bulat. Karena Mbah jadi terangsang karena kemulusan tubuhmu, Felicia, dan juga karena kecantikan wajahmu, keindahan susumu, kulitmu yang putih halus, pahamu, rambut kemaluanmu, dan daya tarik seksualmu secara keseluruhan yang membuat orang laki normal jadi ingin menikmati dirimu. Apalagi Mbah sebelumnya nggak pernah mencicipi nona-nona seperti kamu gini. Jadi, beginilah suamimu nanti, juga akan terangsang terhadap kamu sama seperti Mbah sekarang. Dan untuk itu kamu harus bisa melayani suamimu dengan sebaik mungkin, bikin dia puas. Dengan begitu, kamu juga akan mendapatkan kepuasan yang luar biasa. Nah, supaya nantinya kamu tidak canggung dengan suami kamu, mari sekarang kamu latihan dulu dengan Mbah.”

Lalu didekapnya Felicia dan diciumi wajahnya dengan penuh nafsu. Dijelajahi wajah gadis belia nan cantik itu dengan bibirnya. Dilumatnya bibir Felicia dengan ganas. Diciuminya lehernya sambil tangannya meraba-raba payudara Felicia dan meremas-remasnya. Kontolnya yang hitam dan berdiri tegak itu menempel di tubuh putih Felicia.

Felicia didorongnya ke arah tempat tidurnya lalu ditidurkannya ia dengan telentang di atas kasur. Ia sengaja membuka kaki Felicia lebar-lebar supaya ia bisa melihat dengan jelas vagina Felicia yang masih perawan itu. Vaginanya berwarna kemerahan. Sementara diatasnya nampak rambut-rambut kemaluannya yang halus tumbuh di atas kulitnya yang putih. Klitorisnya nampak mencuat di bagian atas liang vaginanya.

Digarapnya gadis belia yang masih perawan itu oleh si bandot tua. Diciuminya kedua payudara Felicia. Mukanya dibenamkan ke dua bukit kembar itu. Mulutnya aktif menjilati seluruh bagian payudara perawan itu. Terutama kedua putingnya yang diemut dan dikenyot-kenyot di dalam mulutnya. Felicia merasakan kedua putingnya bergantian dikenyot-kenyot di dalam mulut Mbah Midjan yang hangat. Apalagi suhu ruangan yang ber-AC awalnya membuatnya agak kedinginan. Kini kecupan-kecupan hangat Mbah Midjan mampu menghangatkan tubuhnya terutama dadanya.

Meskipun usianya telah kepala enam, namun rupanya Mbah Midjan tahu bagaimana caranya membuat panas seorang dara perawan belasan tahun. Terbukti Felicia sangat menikmati permainan lidah dan kenyotan Mbah Midjan diatas payudaranya. Apalagi Midjannya yang lebat menggelitik payudaranya yang membuatnya makin terangsang. Tanpa sadar, ia mendesah-desah dibuatnya.

“Ehhhmm, ehhmmm, ooohhh, oooohhhhh.”
Suara desahannya itu bercampur dengan suara kecupan Mbah Midjan yang asyik menciumi payudara Felicia.

Mbah Midjan menyuruh Felicia berbalik telungkup. Rambutnya yang sebahu menempel di punggungnya yang putih mulus. Pantatnya nampak sexy menonjol. Segera diciuminya sekujur punggung dan pantat Felicia yang putih. Kembali Midjannya menggelitik sekujur punggung Felicia.

Lalu diraba-raba kedua pantat Felicia dan diremas-remasnya pantat nan sexy itu. Didudukinya punggung Felicia dan kontolnya yang hitam ditempelkan di punggung Felicia yang putih. Nampak kontras perbedaan warnanya. Digesek-gesekkan batang kontolnya berikut kedua pelirnya di sekujur punggung putih Felicia. Bagaikan kuas hitam yang menyapu seluruh bagian kanvas putih. Sementara kontol Mbah Midjan telah mulai basah karena cairan pre-cum. Sehingga di beberapa tempat, punggung Felicia menjadi sedikit basah terkena gesekannya.

Digesek-gesekkan batang kontolnya ke pantat Felicia. Lalu dijepitnya diantara kedua pantat Felicia dan digesek-gesekkannya. Sehingga ujung kontol Mbah Midjan jadi semakin basah yang membuat pantat Felicia menjadi ikutan basah. Setelah puas bermain-main di punggungnya, kembali Felicia ditelentangkan. Kedua kaki Felicia dibukanya lebar-lebar. Lalu kepalanya menyusup diantara kedua paha mulus Felicia. Dijilatinya vagina perawan Felicia yang kemerahan itu. Dan setelah itu diemut-emut dan dihisap-hisap vagina perawan itu. Lidahnya nampak begitu lincah menari-nari di sekitar wilayah terlarang milik dara muda itu. Sehingga tanpa dicegah lagi vaginanya menjadi basah dibuatnya, membuat Felicia mendesah-desah karena keNakmatan yang dirasakannya itu.

“Nah, sekarang coba kamu genggam dengan tangan kamu, Nak”, kata Mbah Midjan menyuruh Felicia memegang batang kontolnya. Yang segera dilakukannya tanpa protes.
“Bagus, nah sekarang coba kamu kocok pelan-pelan.”
“Ya, bagus begitu. Lakukan terus, jangan berhenti dulu,” kata Mbah Midjan menikkmati kontol hitamnya dikocok oleh tangan halus milik gadis putih mulus itu. Sementara kedua tangannya memegang-megang payudara cewek itu. Kedua putingnya nampak makin mengeras dan memanjang. Sehingga membuat Mbah Midjan meraba-raba puting segar kemerahan milik dara perawan itu dengan kedua ibu jarinya yang hitam. Nampak ia sangat bernafsu sekali dengan kedua payudara Felicia sampai-sampai ia menciuminya dengan liar. Dijulurkannya lidahnya kesana kemari di dada dara ini. Terutama di kedua putingnya karena ia tahu bahwa bagian ini adalah bagian sensitif buat cewek ini.

Lalu ditelentangkannya Felicia dan ditindihnya dara yang putih mulus itu dengan tubuhnya yang hitam dan kulitnya telah keriput. Diciuminya bibir dan leher dara itu dengan penuh nafsu. Dadanya yang hitam dan keriputan menempel di payudara cewek muda itu. Meski usianya telah tua, namun ia nampak masih perkasa saja. Batang kontolnya masih mengeras dengan gagahnya menempel di dekat vagina cewek itu.

Setelah puas menciumi Felicia, kini saatnya ia menikmati ‘hadiah utamanya’. Ia membuka kedua paha Felicia lebar-lebar. Sementara batang kontolnya yang hitam dan berurat itu menegang dengan keras. Didekatkannya kepala penisnya yang membesar itu ke depan liang vagina perawan itu, yang saat itu nampak pasrah dan tanpa perlawanan sama sekali. Lalu segera didorongnya tubuhnya ke depan, dan, ugh dinding vagina perawan itu rupanya mampu menahan daya laju benda tumpul itu.

Mbah Midjan mencobanya lagi dengan lebih bertenaga, dan akhirnya,
“Cleeeep”,
kepala penisnya akhirnya berhasil masuk ke dalam tubuh dara yang kini sudah menjadi tidak perawan lagi itu.
“Aaahhhhhh”, seketika Felicia menjerit karena rasa nyeri saat kepala penis Mbah Midjan masuk ke dalam tubuhnya.
Lalu didorongnya tubuhnya sehingga seluruh penisnya amblas masuk ke dalam tubuh gadis yang kini tentunya sudah bukan gadis lagi itu.
“AAAhhhhhh,” Felicia kembali menjerit merasakan perih di vaginanya.

Namun Mbah Midjan tidak mempedulikan jeritan gadis itu. Pikirannya telah dipenuhi nafsu ingin menikmati tubuh gadis muda itu selama dan semaksimal mungkin. Segera dimaju-mundurkan penisnya di dalam tubuh gadis itu, Menikmati rapatnya gesekan vaginanya.

“Ahhhh, aaahhhh, aaahhhhhh, aaahhhhhh,” Felicia mendesah-desah dibuatnya. Rasa nyeri dan perih yang mula-mula dirasakannya kini menjadi bercampur dengan rasa enak yang tak terbayangkan sebelumnya. Rasa perih-perih enak itu membuatnya tidak mempedulikan apa-apa lagi dan tanpa dapat dicegah lagi membuatnya mendesah-desah dan merintih-rintih tak keruan. Ia tidak mempedulikan lagi bahwa pria yang Menikmati tubuhnya itu sudah uzur dan keriputan. Sementara rasa perih dan nyeri itu berangsur-angsur hilang, sehingga kini hanya tinggal rasa enaknya saja. Membuatnya makin lupa diri akan tata krama sebagai seorang gadis muda yang harus menjaga kehormatan dirinya.

Sementara Mbah Midjan makin semangat menyetubuhi cewek muda putri kliennya itu. Kapan lagi aku bisa Menikmati tubuh cewek muda cantik dan sexy kayak gini, pikirnya. Dan masih perawan lagi. Di desa tidak ada cewek yang kayak gini. Biarlah kesaktianku hilang sehari tak masalah. Meski sudah tua, tapi ia masih kuat untuk mengocok gadis muda itu. Penisnya dengan gagahnya mengobrak-abrik vagina cewek itu. Membuat Felicia benar-benar tak berkutik dan hanya bisa mendesah-desah Menikmati apa yang dilakukan pria tua itu terhadap dirinya.

Mbah Midjan terus menyetubuhi Felicia dengan menindihnya. Sementara kontolnya terus mengocok-ngocok vagina gadis itu, mulutnya asyik mengulum dan menghisap-hisap payudara cewek itu. Mbah Midjan yang biasa mengemut rokok kretek kini mendapat rejeki nomplok bisa mengemut susunya Felicia.

Nampak kontras sekali pemandangan itu. Tubuh pria kurus yang hitam dan keriput itu menindih tubuh gadis muda yang putih mulus. Dan kontolnya yang hitam menembusi ke dalam tubuh gadis itu. Lalu Mbah Midjan menyetubuhi Felicia dalam posisi doggy style. Meski tua-tua begitu, dengan gayanya seperti koboi ia sanggup juga ‘menunggang’ dan menggoyang-goyang tubuh Felicia yang lagi-lagi hanya bisa menjerit-jerit dan mendesah-desah keenakan. Kedua payudaranya bergoyang-goyang dibuatnya. Direngkuhnya payudara gadis itu dengan kedua tangannya dan diremas-remasnya sambil terus menggoyang tubuh gadis muda itu. Sementara itu, digenjotnya terus Felicia dengan kontolnya.

Ia mengganti posisi. Ditaruhnya kedua kaki Felicia di pundaknya, lalu dimasukkannya penisnya ke dalam vagina cewek itu dan dikocoknya. Dipandanginya kedua payudara Felicia yang bergerak-gerak mengikuti gerakan penisnya itu. Akhirnya Felicia tidak tahan lagi dan ia mendapatkan orgasmenya. Itulah orgasmenya yang pertama gara-gara disetubuhi oleh seorang laki-laki.

Setelah mengetahui Felicia baru mengalami orgasme, Mbah Midjan merasa bangga juga. Bangga karena bisa Menikmati kemulusan dan keperawanannya serta bangga bisa membuat gadis muda 18 tahun mengalami orgasme. Tak lama setelah itu, akhirnya ia mengalam ejakulasi juga dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam vagina Felicia.

Setelah seluruh spermanya habis, ia mencabut batang kontolnya yang baru saja mengambil korbannya dengan memerawani Felicia, gadis belia itu. Ia tersenyum saat melihat ada bercak darah di sekitar vagina Felicia. Bangga juga ia bisa merenggut keperawanan gadis muda seperti Felicia ini sekaligus membuatnya orgasme.

“Waah, gila ternyata kamu betul-betul masih perawan ya, Nak. Nggak rugi Mbah ngasih pelajaran ke gadis cantik dan sexy seperti kamu.
“Nah, sekarang kamu sudah tahu khan gimana caranya memuaskan suamimu kelak. Dan sekarang kamu sudah mengerti gimana rasanya enaknya kawin.”
“Iya Mbah. Felicia nggak nyangka kalo rasanya begini enak.”
“Sekarang setelah “pelajaran” selesai, kamu boleh pake bajumu lagi. Nanti masuk angin. Sekarang Mbah mau tidur dulu ya. Karena “pelajaran ini”, sekarang Mbah jadi capek sekali.”
“Iya Mbah, Felicia juga capek sekali. OK, sampe ketemu besok pagi Mbah.”
“Baik. Selamat malam.”

Malam itu Mbah Midjan kehilangan kesaktiannya dan secara fisik cape sekali. Namun ia merasa aman karena terlindungi oleh jimatnya. Sementara hatinya puas. Karena akhirnya ia berhasil mengambil “sisa bayarannya” dengan memerawani dan Menikmati kehangatan Felicia di ranjang sekaligus membalas sakit hatinya terhadap Pak Wijaya. Sementara Felicia pun juga tidur dengan puas karena ia merasa mendapat “pendidikan” yang berharga dari Mbah Midjan sekaligus merasakan keNakmatan yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Sementara Pak Wijaya yang telah tertidur pulas sama sekali tidak tahu akan peristiwa yang terjadi malam itu. Keesokan harinya, seperti yang direncanakan sebelumnya, setelah seharian istirahat total, Mbah Midjan meninggalkan rumah itu setelah matahari terbenam. Ia tiba di rumahnya saat hari menjelang subuh.

Sejak meninggalkan rumah itu, ia merasakan bagian ulu hatinya agak nyeri. Namun ia tidak terlalu menggubrisnya. Tapi alangkah kagetnya saat keesokan harinya, rasa nyeri itu bukannya hilang malah makin bertambah. Dan malamnya, ulu hatinya bagai ditusuk-tusuk. Sungguh ia tidak mengerti bagaimana ini bisa terjadi, karena kesaktiannya sebenarnya telah pulih. Apakah kini telah ada dukun lain yang lebih sakti yang menjahili dirinya? Ia sibuk memikirkan siapa orang yang berani menjahili dirinya. Sementara itu rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Sampai akhirnya ia benar-benar tak tahan lagi.

Dan beberapa hari kemudian, ada kabar heboh, yaitu Mbah Midjan, dukun sakti yang tiada tandingannya, yang disegani kawan maupun lawan, dengan tidak disangka-sangka meninggal dunia tanpa diketahui secara pasti penyebabnya. Hal ini sungguh mengejutkan terutama bagi dukun-dukun yang selama ini menjadi lawannya. Karena susungguhnya tidak ada seorang pun yang berani menjahilinya.

Lalu apa penyebab kematiannya? Ternyata kematiannya bukan disebabkan oleh para pesaingnya. Ia lupa bahwa ia telah mengaktifkan jimat pelindung yang akan menyerang balik siapa pun yang mengganggu penghuni rumah itu. Dengan menipu gadis polos seperti Felicia apalagi sampai melangkah terlalu jauh dengan merenggut kegadisannya, ia telah secara fatal mengganggu penghuni rumah itu. Sehingga jimatnya kini bekerja menyerang dirinya sendiri. Oleh karena pikirannya melulu terfokus untuk menangkal kemungkinan serangan dari pihak luar serta arogansi dirinya yang merasa sebagai orang sakti tiada tandingan dan ditambah pikirannya yang dipenuhi nafsu birahi, malam itu ia sama sekali melupakan kemungkinan serangan balik dari jimat yang dipasangnya sendiri.

Namun semuanya sudah terlambat. Ia tak dapat menangkal serangan jimat itu karena sumber kekuatannya berasal dari dirinya. Semakin ia mengerahkan tenaganya untuk menahan serangan, semakin kuat serangan jimat itu terhadap dirinya. Sementara, setelah disembahyangi selama 8 hari, kekuatan jimat itu tidak bisa dibatalkan sebelum kekuatannya akan menurun dengan sendirinya setelah beberapa tahun.

Jadi kini terbuktilah kalau jimat yang dipasang di rumah itu benar-benar ampuh. Namun ironisnya, justru pemasangnyalah yang menjadi korban pertama dan satu-satunya dari jimat tersebut. Demikianlah nasib Mbah Midjan yang berakhir tragis. Orang sakti yang tak terkalahkan dan tak ada orang lain yang sanggup mengalahkannya, pada akhirnya jatuh karena kesalahan dirinya sendiri dan meninggal karena kesaktiannya sendiri. Dan itulah akhir lembaran hidupnya.

Sementara, ini adalah awal lembaran kehidupan baru bagi Felicia. Ia sama sekali tak terpengaruh atau tahu menahu akan dunia mistik yang terjadi di sekitar dirinya. Tapi yang jelas, kejadian malam itu sungguh telah mengubah kehidupannya. Dari semula gadis yang polos dan lugu, kini ia menjadi sangat haus untuk mendapatkan pengalaman baru yang sangat menggelorakan hati itu, lagi, lagi, dan lagi.