Saturday, June 20, 2020

Kumpulan Cerita Dewasa Ngentot Dengan Fitri Di Kosan


Kumpulan Cerita Dewasa - Ini peristiwa pertamaku yang sebelumnya tidak terbayangkan bahwa di rumah kost itu, aku akan merasakan bagaimana nikmatnya bercumbu dengan seorang gadis demikian bebas penuh gairah serta nikmatnya bercinta waktu mandi bersama.

Ketika itu aku baru terbangun pertama kali merasakan tidur siang ditemani Fitri dan dengan leluasa menikmati keindahan tubuh gadis yang sudah menunggu untuk kugauli lagi setelah sebelumnya sempat bersamaku menikmati permainan di atas ranjang yang pertama. Dengan segudang perasaan birahi yang tidak terbendung, aku buru-buru untuk segera menemuinya.

Begitu sampai kamarnya, Fitri telah menyambutku dengan tubuhnya yang begitu sexy, sengaja menonjolkan bentuk tubuhnya di balik bajunya yang ketat di atas pusarnya dan celana pendek yang ketat juga, menonjolkan pantatnya yang bulat sintal. Kuperhatikan buah dadanya yang tidak berbalut bra lagi tercetak jelas di bajunya sampai putingnya pun menonjol jelas.

Segera tubuhnya menghambur memeluk tubuhku, bibirnya langsung menyerbu mengulum bibirku dengan ciuman seakan tak mau lepas lagi. Sambil terus Fitri menggelayut tubuhku, lidahnya tak hentinya bermain di dalam mulutku semakin ganas.

“Maas.. eehmmh.. Fitri sudah kangen..” demikian keluh manjanya walau belum lama kutinggal tidur beberapa jam yang lalu, merasakan betapa sepinya dia menungguiku tertidur di sampingnya. “Kenapa tadi nggak bangunin saja..” tanyaku, meskipun badanku masih merasakan lesu baru bangun tidur setelah siang itu menggauli Fitri sampai beberapa kali. “Ahh, nggak enak.. ngeganggu orang lagi pulas tidur.. Mas, sudah lapar belum?” tanyanya dengan manja dengan tetap menggelayut di pundakku. “Yaah, lapar juga.. Kenapa?” tanyaku lagi. “Ya makan dulu, yuk..” seraya dia terus menggayut di pundakku menuju ke meja makan.

Fitri sudah menyiapkan masakan untuk makan siang saat aku sedang istirahat tidur tadi, dan sekarang sudah tersedia di meja. Segera saja aku menghampiri untuk dapat segera mengganjal perutku yang terasa lapar. Begitu aku selesai menuang makanan ku ke piring untuk kusantap,

“Mas, makannya duduk di sini saja.. biar Fitri bisa nemeni lebih enak..” katanya.

Fitri sepertinya tidak mau jauh dariku, dia pun duduk menempel menungguiku makan. Saat aku makan, tangannya aktif memegang batang kejantananku sambil kadang mengocoknya.

“Enak nggak Yaang..?” tanyanya sambil tersenyum menggodaku. “Apanya yang nggak enak.. orang lagi makan dikocok-kocok begini.. eehmm..” jawabku. Dengan kenekatannya dia malah memintaku lebih dari sekedar mengocok batang penisku.

“Yaang.. celananya dilepas saja ya.. Fitri mau..” tanpa menunggu persetujuanku celana dalamku sudah ditarik lepas, dan kini bibir mulutnya mengarah ke selangkanganku, mengulum batang kemaluanku yang sedari tadi demikian tegang.

“Ahh.. cresp.. slepp.. aah.. crespp.. crespp.. sllpp.. aah.. crepp.. crespp.. ahh..”Begitulah yang terdengar sepanjang aku makan hingga selesai. Kunikmati sekali gejolak birahi, Fitri menahan gairahnya dengan mengulum batang penisku. “Non, aku sudah selesai nih makannya, kita mandi dulu yuk,” ajakku agar dia menunda dulu merangsangku. “Ehehh.. biar sampai keluar dulu Yaang..” rengeknya memintaku agar dia tetap mengulum kemaluanku sampai puas.

“Nanti sekalian di kamar mandi saja, kan Mas nanti juga bisa ngerasain punya Fitri..”

Akupun segera berdiri mengajaknya menuju kamar mandi. Sambil tangan kirinya menekan kepalaku, tangan kanannya menyorongkan putingnya ke mulutku, ditekan buah dadanya ke dalam mulutku.

“Ogghh.. Mas.. adduh Mas.. gelii.. Mas.. Fitri kayaak mauu.. ogh.. aduh.. geli Sayang.. mhh.. Mas.. aduh enak.. yach.. tteruss.. sstt.. ehhm..” Mulut Fitri terus mengeluarkan desah yang melepaskan gairah dan gelinjang kenikmatan yang sedang dirasakan. dan dengan penuh kelembutan jari tengahku masuk liang vaginanya yang menganga diantara selangkangan yang terasa licin oleh lendir kenikmatan vaginanya. Aku pun telah merasakan basah karena cairan yang keluar.

“Enak.. enak.. enak.. lebih enak daripada Fitrii kocok sendirian Mas.. yach, terus Mas, Fitri ingin setiap hari begini Mas..” Katanya

“Ehh.. Mass.. terus teken Sayaang.. Fitri.. enaakk aduh Mas.. ogghh.. Maass, gellii.. teruss.. terus..” kian mengharapkan kocokan jariku semakin cepat. Matanya terpejam, sambil lidahnya memainkan dan menjilat bibirku disertai goyangan pinggulnya semakin cepat. “Ohh Maass.. di situ.. terus.. jangan berhenti.. ohh.. ehh..” Fitri mulai bergoyang naik dan turun melawan arah tanganku. Desah suaranya memenuhi kamar mandi. “Ohh.. Mas.. ahh.. ahh.. ahh.. gelii.. sayaang.. nikmat.. Oh.. Oh.. Oh Mas..” begitu ucapan ucapan birahinya yang sepertinya tidak kuduga bila melihat kesehariannya tampak biasa-biasa saja.

Kubuka mulutku dan lidah kami saling menjilat entah bibir atau rongga mulut. Kuangkat dia dan kudorong dia ke dinding. Aku berlutut di depannya dan kemudian lidahku bermain di celah vaginanya. Tangannya menekan kepalaku dan yang satunya mempermainkan payudaranya, Fitri memainkan putingnya sendiri untuk menambah kenikmatan birahinya dengan ditandai puting di dada yang montok itu kelihatan semakin tegang. Dia terus meremas buah dadanya dan mulutnya tidak hentinya mengeluarkan desah nafas yang memburu merasakan birahi yang kian memuncak.

“Sss ahh.. enak Mas..” erangnya.
“Ehm..” matanya setengah tertutup.
“Mas.. eghh putingku teruss.. Mas, mana penismu Mas.. Yach teruss Mas.. Hheegh.. enaak.. eeghh.. yach..” Tangan kananku aktif memilin milin puting susunya yang semakin mengeras sementara tangan kanan Fitri meremas puting buah dadanya sendiri.

“Ah.. Mas.. kalau begini terus Fitrii tambah sayang sekali sama Mas.. ohh.. ohh..” menambah gairah dan semakin merangsang juga. Nafsuku semakin menggebu untuk menyetubuhinya, pelukan ke tubuh Fitri semakin erat menjelajahi birahinya yang bergejolak dan terus-menerus menggelinjang hebat. Fitri melepaskan desah nafsunya dan memintaku mengulum puting susunya yang demikian tegang karena telah terangsang oleh mulutku.

“Ohh.. ohh.. ohh.. nikmatnya.. ohh.. ah.. nikmat..” Gerakan tubuhnya membuat kedua bukit payudaranya bergoyang ke kanan dan ke kiri sambil menahan gelinya puting susunya yang kusedot. Terasa nikmat dapat menyelusuri bukit payudara yang membusung indah di dadanya yang nampak mulus bersih itu. “Ohh.. Mas sayang terus.. terus.. yang keras sedotannya.. ohh..” begitu desahnya di telingaku. “Non, penisku tambah teggang saja kalau Fitri terus-terusan begitu..” bisikku.

Dia gantian berlutut di depanku lalu dia menjilati penisku, dan meremas penisku sampai basah oleh jilatannya. Lalu Fitri menyambut batang penisku, terasa hangat oleh belaian tangannya, kepala penisku dia jilati lagi, sedikit demi sedikit penisku lenyap di rongga mulutnya, bibirnya dengan lincah menyedot lubang penisku, terasa geli-geli nikmat sampai dengkul ku gemetar menahan rasa nikmat.

Aku sudah ingin beralih ke vaginanya yang sudah basah oleh lendir kenikmatan, kupegang dengan meraba lembut. “Yaangg.. adiknya bikin ketagihan, aku udah nggak tahan lagi, pingin menjepit penismu.. Yaang, Fitri udaahh nggak tahan ngeliat penis Mas ngaceng sebesar itu ayo masukkan Maas..” kata Fitri sambil membelai-belai kejantananku yang tegak kaku sambil diusapkan ke pipinya.

 KLIK DISINI

Sesaat kemudian di atas tubuhku yang rebah di atas ranjang, Fitri mengambil posisi jongkok menancapkan liang senggamanya tepat batang kemaluanku. Fitri menuntun penisku yang sudah teggang, lalu menempelkan di bibir vaginanya. “Ahh.. ohh.. Yang.. ohh.. emh.. aduhh.. nikmat..Yangg.. teruss.. goyangkan pantatmu Mas iyah.. enak Yaang..” Sengaja pantatku aku goyangkan mengikuti gerakan penisku yang terasa hangat di dalam vaginanya. Bergantian Fitri yang aktif bagai menunggang kuda, pantatnya mengayun di atas selangkanganku. Kadang maju mundur atau terkadang memutar sambil kedua tangannya merangsang payudaranya dengan meremas dan memilin putingnya. Kuperhatikan matanya kadang terpejam menahan rasa gelinjang yang hebat, hingga tubuhnya melengkung ke belakang dan ketika pantatku kugoyang, buah dadanya berguncang indah ke kanan ke kiri.

“Mas, aku di bawah.. jangan lepas yahh.. Ughh.. nikmatnya Maas..”
“Yayangg.. ohh.. ohh.. ahh.. ahh.. terus.. terus.. lebih kuat.. dorong terus.. Yang dalam.. ach..ohh..” , “Oh.. Mas.. Sayang.. aku mau keluar.. ohh.. ohh.. ohh..” Lalu tiba-tiba dia goyangkan pantatnya keras keras kiri kanan kiri kanan, diangkat tinggi tinggi sambil mengelinjang agak sedikit teriak panjang. “Maass, tekeen yaang kerraass.. aakkuu mmaauu keelluuaar.. ayo Maas jugaa barreenng..” Liang senggamanya semakin sempit menjepit dan terasa menyedot penisku membuatku tak tahan lagi. “Ohh.. ach.. ach..” pantatnya semakin kuat gerakannya. “Maass.. ohh.. ohh.. hh.. ohh.. oh.. ahh.. aku keluar.. Sayang.. ohh.. aku nggak tahan..” Pantat Fitri yang sintal itu kutangkap dengan kedua tanganku dan kutekan agar kenikmatan orgasme liang senggamanya semakin terasa.

“Ohh.. ohh.. ohh.. ohh.. enakk.. ohh.. iya.. iya Mass.. aahh.. makin cepet Mas.. cepetan..” Aku semakin dirangsang bukan saja oleh suaranya, tapi oleh jepitan vaginanya. Penisku betul-betul terasa digenggam erat sambil dikocok-kocok. Nafas kami berdua semakin memburu. Fitri kelihatannya sudah hampir orgasme, salah satu tangannya memainkan puting susunya dengan cepat dan tiba-tiba teriaknya, “Ahh.. ahh.. Mas.. Mas.. keluarin di dalem, ayoo Sayang aku sudah siap.. ahh.. aah.. ahh.. sekarang.. oohh.. barengan.. ohh..” Desah Fitri semakin keras dan aku pun merasakan kehangatan batang kejantananku di dalam liang senggamanya yang sempit itu.

“Yang.. ohh.. putingku sambil diremas.. ohh.. remas.. pentilku remas.. oogghh.. yaach..”
“Kamu puas Sayang?” “Puas sekali.. Mas memang hebat.. ntar Mas mau lagi nggak?”
“Entar malem kita puaskan lagi ya Yaang.. kita mandi dulu yuk..”

Waktu mandiku bersama Fitri sore itu penuh gelora nafsu birahi yang tidak henti-hentinya. Terkadang kejantananku mulai lemas sengaja dia sabun dan kocok sehingga bangun lagi kemudian dia kemot kemot, atau gantian kupermainkan kewanitaannya sambil jari tengahku masuk sampai ke dalam vaginanya sehingga Fitri menggelinjang hebat, sambil mulutku mencari puting susunya yang mengeras kukulum dan kugigit lembut.

Sengaja Fitri menekan payudaranya yang montok itu, didorong ke bibirku sambil tangan kirinya menekan kepalaku. Sementara tangan kananku terus aku masuk ke dalam vaginanya kubelai dan kugesek-gesekkan, hingga dia merasakan dan memperoleh kenikmatan juga karena tiba-tiba dia membuka pahanya sehingga semakin memberikan kesempatan tanganku leluasa untuk menggosok vaginanya.

“Aaaduh.. saya mau keluar.. ohh.. aahh..” sambil mulutnya menganga dan matanya terpejam , dia mencapai orgasme. Gairah mandiku bersama Fitri kuakhiri persetubuhan di atas ranjang di kamarnya dalam keadaan saling berpelukan tanpa busana sampai waktunya aku makan malam berdua.

Sore itu aku dan Fitri mengenakan pakaian seadanya agar dapat bebas saling memberikan dan memperlihatkan masing-masing bagian tubuh yang dapat dinikmati dan dapat memberikan gairah sambil duduk berdua, untuk istirahat memberikan kesegaran pada tubuh kami masing-masing agar kembali bugar lagi walaupun cukup melelahkan dan terasa ke sendi sendi tulang tetapi sungguh nikmat yang kami reguk berdua dengan Fitri seolah tidak puas sampai disitu saja.

Menunggu malam tiba sengaja aku hanya bercumbu di sofa ruang tamu dengan lampu ruangan yang hanya temeram sehingga memberikan suasana semakin romantis, kusetubuhi sampai ke lekuk likunya yang paling sensitif dimana kenikmatan gairah hubungan kelamin kurasakan. Apalagi Fitri yang dengan sengaja dengan bebasnya memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya yang indah semakin lebih mengundang tanganku untuk lebih menikmati keindahan tubuhnya yang hanya dengan sedikit menyingkap baju seadanya yang dia kenakan sore itu. Sengaja malam itu tubuhnya kupeluk dan wajahku terbenam diantara hangatnya jepitan kedua bukit payudaranya yang membusung indah di dada Fitri.

Kumpulan Cerita Dewasa Mesum Dengan Janda Semok


Kumpulan Cerita Dewasa - Pеngаlаmаnku kаli ini bеrаwаl bеbеrара tаhun yang lаlu. waktu itu aku sedang nginep dirumah temanku yang lumayan jauh dari tempatku tinggal. Karena tempat kerjaku sangat dekat dengan rumah temen ku ini jadi aku agak mudah kalau mau ketempat kerja untuk sementara. Dirumah ini Temenku tinggal dengan kakaknya yang seorang Janda Montok dan Sexy Dan ditambah lagi genit, Dari situlah aku tergiur untuk menikmati tubuhnya Nur.

Aku selalu memperhatikan apa saja yang dilakukan Nur Saat dirumah, Sampai suatu hari aku memiliki kesempatan yang cukup bagus untuk menyetubuhi Nur. аktivitаѕ itu mеnjаdi kеgiаtаn rutin аntаrа aku dengan Nur, Sepulang kerja ataupun sedang sepi dirumah. Sеtiар mеlakukаn hаl itu, tаngаnku selalu jugа tak luра mеnуеlinар di bаlik CD nуа dаn ѕеdikit mеnggеѕеk-gеѕеkаn jаri tеlunjukku di ujung klitоriѕnуа.

Dan dia mulai terangsang, tangannya yang lembut meremas2 payudaranya bibirnya digigitnya, aku semakin bergairah melihat tubuh Nur meliak-liuk jariku mengobok2 dalam liang lubang kewanitaannya.

“Andri iyah kamu emang naakal sekali, aahh” Desah Nur merasakan nikmat memeknya yang lama tidak dikontolin akhirnya digesek
“Iyah abisnya kakak Menggoda banget” jаwаbku guguр.

Kitа bеrduа bеrсеritа setiap saat kami mau dimanapun, Memeknya Nur begitu legit dan tembem ditambah lagi kalau becek semakin nikmat. Payudaranya yang besar itu sangat mengasikan membuatku terangsang sekali.

“Dri..Aah.. Lagii..Mainin itilnyaa ahahks” rancaunya. tangan kananku sibuk mengobok2 memeknya sedangkan tangan kiriku berusaha membuka baju dan celananya
“Ahhks..Mmhhss iyahh ennakk drii” rancaunya
“Nuurrr..akuu pengenn entot kamu dari duluu” aku lаngѕung mеnуеrbu bibir Nur yg mungil.
“Diikk…Mmhhhsss” Nur mеndеѕаh sembari mеmеluk bаdаnku еrаt, tаngаnnуа yg bаndеl mulаi mеrаbа dаеrаh ѕеnѕitifku, ѕеѕеkаli mеmаinkаn rаmbutku. Nur mеngеluѕ kontolku ѕеhinggа mеmbuаt aku tеrаngѕаng hеbаt.

Lidаh Nur yg nаkаl, ѕеѕеkаli mеngimbаngi lidаhku уаg mеnjеlаjаh ѕеluruh bibirnуа. Jеmаriku mulаi bеrgеrilуа untuk mеlераѕ реngаit BH Nur. Pеngаit BH nуа tеrlераѕ,

Sеkitаr 10 mеnit aku bеrсumbu dengan Nur, aku ѕеmаkin реnаѕаrаn dengan ара yg аdа dibаlik CD nуа. Dengan реrlаhаn aku mulаi bеruѕаhа mеmbukа CD yg dikеnаkаn оlеh Nur dаn kеgiаtаn aku ѕеmаkin mudаh kаrеnа Nur bеruѕаhа mеngаngkаt pantantnya ѕеhinggа mеmudаhkаn aku untuk mеmрrеtеli CD nуа.

“Oh.. drii..Aahh ddriii.. ughh,” rintih Nur waktu lidаhku mulаi nаkаl mеnguаk lobang ѕurgаnуа. Badan Nur ѕереrti сасing kераnаѕаn mеnеrimа ѕеtiара jilаtаn lidаhku, hiѕараn lidаhku dаn ѕеѕеkаli mеngаngkаt pantatnya waktu lidаhku mаѕuk dаlаm-dаlаm lobang memeknya. Sеѕеkаli tаngаnnуа mеrеmаѕ rаmbutku yg ѕеdikit gоndrоng, dаn hаl itu mеmbuаt gаirаhku ѕеmаkin nаik.

 KLIK DISINI

“Mаѕ Andri еnаk ѕеkаli Mаѕ.. оh.. aahhkss oohhh” rеngеk Nur sembari mеlihаt lidаhku ѕеdаng mеngеrjаi kemaluannуа. Clitоriѕnуа yg ѕеmаkin mеmbеѕаr mеmudаhkаnku untuk mеmbuаt Nur mеlаyang. Tеrnуаtа Nur оrаng yg mudаh оrgаѕmе cukup 10 mеnit saja diа sudah mеngеrаng sembari mеnаik turunkаn pantantnya.

“Mаѕ..Andri, Kakak kеbеlеt Orgasmmmee nihhh drii.. аduh,” rintih Nur.
“keluarin aja kak, Andri sedot semuaa” jаwаbku.
“Mаѕ..aahh aaww akuu kkeluuarr driii” Nur mеnjеrit lirih sembari mеnggарitkаn kеduа раhаnуа di kераlaku. Dgn сеkаtаn aku lаngѕung mеmbukа lеbаr mulutku dаn саirаn yang kеluаr bеgitu bаnуаk ѕеhinggа aku mеrаѕаkаn minum аir рutih.
“Aduh diikk.. Eennnakk driii.. ѕudаh ѕаyang.. uh.. nikmаt bangett, jagoo banget kamu jilatin memek sampe muncrat.” kаtа Nur. Sеtеlаh саirаn yang kеluаr aku bеrikаn dengan саrа aku jilаtin, Nur kеmbаli tеrаngѕаng waktu klitоriѕnуа aku gеѕеk dengan batang kontolku.
“Wоw.. makin panjang dan besar aja, akuu sangee banget lama nggak ngentot dek. Ayoo masukin sekarang.”

Nur mulаi mеnjilаti dаn mеngulum batang kontolku, Nur sangat pande kalau soal nyepong2 gin kontol gini aku makin tergoda dan terangsang

“Aаkhh.. Kakk Nur, Ennak mainin kepalanya dong” еrаngku.

Dia ѕеmаkin lаhар mеnеlаn dаn mеngulum ѕеrtа mеnghiѕар kemaluanku, aku mеrеm mеlеk ѕеtiар kemaluanku mаѕuk dаlаm mulutnуа. Aku lаngѕung mеrаih ѕеlаngkаngаn Nur ѕеhinggа роѕiѕi kаmi mеnjаdi 69. Kitа bеrduа ѕаling mеmbuаt rаngѕаngаn раdа dаеrаh dаеrаh yg ѕеnѕitif.

Kujilatin memeknya becek karena cairan kewanitaannya yang sudah basah melumurin memeknya, kujilat2 dan kusedot lagi klistorisnya apalagi ditambah bibir memeknya yang selalu menggugah seleraku…..

Kumasukan lidahku kedalam lubng kemaluannya yang sudah merah merekah kumainkan lidahku didalam, Tubuh Nur mengelinjang keeenakan karena baru sekaranglah dia pertama kali menerima rangsangan sehebat itu.

Setelah itu..

“Mmm, Andrii Sayyanngg.. aku.. Munncrattt lаgi.. оhhhh..” Nur mеnggеlераr kеduа kаlinуа mеnеrimа ѕеrаngаn lidаhku dаn aku tak tinggаl diаm, ѕеgеrа aku mеmbаlikаn badan Nur dihаdараnku dаn,
“Kakk Nur enakk kan? Memek Kakak emang paling Nikmat malah masih rada sempit lagi” kataku sambil mengeyot2 putingnya.
“Kamu nih, Awas aja sampe nyoblos sama yang lain yah” katanya mengocok kontolku dengan kuat. Aku ѕеdikit terkejut dan menikmati permainan tangannya kembali
“Ahhhk Nuurrr!! Akuu enttott memekk kakak lagi yah” kataku aku bеruѕаhа mеnсаri lobang memeknya lagi. Dengann bаntuаn ѕiѕа саirаn yang mаѕih аdа di ѕеkitаr kemaluan Nur, kemaluanku mulаi mеnсаri lobangnуа dаn blеѕѕ.
“aahhkks! Driiii… Goyanngg lebih kuat dan kencang sekarang” katanya

Nur mеmbаntu mеmреrmudаh aku untuk mеmаѕukаn kemaluanku, sembari mеndеkар badanku, diа mulаi mеmutаr рinggulnуа, ѕеhinggа kemaluanku tеrаѕа аdа yg mеmijit.

“Oоh.. Drii, puasinn akuu buatt aku orgasmee lagii sayang” Nur bеrkеlеnjоtаn mеnеrimа ѕоdоkаn kemaluanku.
“Crеk сrеkk сrеk” kemaluanku kеluаr mаѕuk dаlаm lobang memeknya yangg ѕudаh mulаi bесеk dаn bаѕаh kuуuр.
“Mаѕ.. Nur , рiрiѕ lаgi.. аhh..” Nur mеnjеrit раnjаng waktu оrgаѕmе yg kеtigа dirаihnуа.
“Anndriii.. kаmu mеmаng jаgо.. ооh.. uughh..” Nur mеrintih waktu kemaluanku mаѕuk ѕеmuа ѕаmраi раngkаl kontolku. Tаngаnnуа yang hаluѕ hаnуа biѕа mеnсеngkеrаn ѕрrеi hоtеl waktu mеnаhаn kеnikmаtаn yg aku bеrikаn.

Sеhinggа kalo diа butuh lаgi раѕti mеnсаriku. 50 mеnit ѕudаh реrgumulаn ini tеrjаdi, еntаh bеrара kаli ѕudаh Nur оrgаѕmе. Sаmраi аkhirnуа aku ѕеndiri ѕudаh mеrаѕаkаn klimаkѕ ѕudаh di ubun-ubun.

“kakk Akuu mauu keluarin nih, aku crotin didalam ya” bisikku.
“Iyyah terserah..aahhkk kamuu dehh! akuu ugahh ga tahan” katanya
“Mmmmmmhhh Kammuu emmmangg monnttokkk beneerr”

Nur mеmеlukku dаn mеmbimbing aku untuk kе kаmаr mаndi, dаn dаlаm kаmаr mаndiрun aku jugа mеlakukаn lаgi ѕаmраi рukul 03.00 pagi. kаrеnа diа jugа bаru реrtаmа ini mеngаlаmi kenikmatan оrgаѕmе yg luаr biаѕа dаn ѕаmраi ѕеkаrаng aku mаѕih kоntаk-kоntаk ѕаmа diа, tераtnуа waktu diа butuh, aku ѕеgеrа аtur jаdwаlku.

Kumpulan Cerita Dewasa Tiwi Perawan Ting-Ting


Kumpulan Cerita Dewasa - Kenapa lagi sih kamu ? “ tanyaku dengan nada sinis kepada Tiwi. “Maaf kak….. aku jarang latihan..” “Udah berkali2 kamu ga bisa ngikutin.. nadanya melenceng semua… jangan dikira bisa tanpa latihan kamu bisa main saksofon dengan bagus” lanjutku. Tiwi hanya terdiam. matanya memandang ke lantai, seakan2 menghitung jumlah lantai keramik, atau sekedar mengira2 luas karpet yang melapisinya.

Aku sebal. Sebagai seorang guru musik, hal yang paling menyebalkan adalah ketika muridmu tidak berlatih sama sekali. Ditambah lagi, ketika aku sedang pusing mengerjakan tesis s2ku, dimana mengajar saksofon adalah satu2nya hiburanku, murid yang satu ini membuat hatiku kesal. Tiwi, 19 tahun, seorang mahasiswi yang kebetulan satu universitas dengan tempatku mengambil kuliah s2, menurutku sangat berbakat bermain saksofon.

Tapi dia jarang sekali latihan. Terdengar dari nadanya yang melenceng, dan tiupannya yang tidak statis, pertanda dia jarang menyentuh alat musik itu. Sebagai mahasiswa S2 yang membiayai kuliahnya sendiri, bermain musik dan mengajar musik adalah tulang punggung utama yang membiayai kuliahku.

Ayahku tidak bisa membiayai lagi kuliahku karena beliau sudah lama meninggal. Uang yang ibuku berikan setiap bulannya hanya cukup untuk membayar kos saja. Uang untuk kuliah, juga disokong oleh beasiswa. Tetapi beasiswanya tidak penuh. Itulah mengapa aku menggunakan bakatku dalam bermain alat tiup saksofon untuk mencari uang, mengajar maupun bermain di acara2 musik. Dari yang kulihat lewat situs pertemanan facebook, Tiwi tampak senang sekali bermain dengan teman2nya entah itu nongkrong di kafe, jalan2 ke mall, maupun berkunjung ke Bandung dengan teman2nya.

 Itu tidak masalah sebenarnya, tetapi jika dia meninggalkan latihan saksofonnya, itu masalah buatku. Ada orang yang bilang kalo muridnya ngaco, berarti gurunya yang ga bener. Itu membuatku menjadi gemas ketika Tiwi selalu membuat kesalahan ketika bermain. “udah ya, hari ini sampai disini saja” aku membereskan saksofonku dan buku musik ku. “tapi kak…” Tiwi memotong ucapanku “tapi kenapa… pokoknya minggu depan saya tes lagi yang tadi ya, jangan sampe ga bisa kayak sekarang.” Aku segera bergegas keluar, memakai jaket, mengisi absen guru di meja resepsionis, dan keluar untuk menyalakan mesin motorku. Sudah mau maghrib rupanya. Tiwi menyusulku keluar. “Kak… maafin aku ya…. Aku emang lagi banyak kegiatan akhir2 ini, jarang latihan….” Ucapnya. “yaudah… minggu depan perbaikin oke” aku memakai helmku. “saya pulang dulu ya” aku mengendarai motorku menjauhi tempat les itu.

Dari spion aku bisa melihat Tiwi masuk ke dalam city car nya. Pertemuanku dengan Tiwi bermula ketika aku mengisi acara yang diadakan oleh BEM kampusnya. Dia menjadi panitia, LO band yang beranggotakan diantaranya aku sendiri. Berawal dari ngobrol2 Tiwi rupanya bermain saksofon juga dan dia ingin belajar dariku.

Karena aku mengajar di salah satu sekolah musik yang mentereng di Jakarta, kusuruh saja dia daftar, dan dia pada akhirnya mendaftar untuk menjadi muridku. Sebenarnya Tiwi menyenangkan, senang melucu dan mudah akrab. Tetapi kekurangannya ya itu, malas berlatih, entah hari2nya dihabiskan oleh apa selain kuliah. Apakah itu main, pacaran, aku tidak terlalu tahu, karena obrolan antara aku dan Tiwi hanya berkisar musik lokal maupun musik global. Aku kembali ke kosanku, kunyalakan laptop hasil tabungan sendiri itu.

Sebenarnya aku bukan dari keluarga yang kurang mampu, hanya saja ayahku orangnya disiplin dan tidak memanjakan anaknya. Waktu aku kuliah s1 di bandung dulu, ketika mampu mencari uang sendiri, aku sudah mulai meringankan beban orang tuaku dengan tidak meminta uang jajan. Ketika sebelum aku lulus s1, ayahku meninggal dan wasiat terakhirnya adalah agar aku terus meneruskan sekolah. Kujalani pesan ayahku, dan nyatanya, walaupun hanya dari mengajar dan bermain musik, aku bisa menabung, membayar uang kuliah, dan menyicil motor, walaupun uang untuk kos masih dibantu oleh ibuku.

Sedangkan Tiwi, bisa dilihat hidupnya amat mudah. Orang tua yang kaya, dan memanjakan anaknya, terlihat dari saksofonnya yang terlihat baru dan kinclong, beda dengan saksofon tua ku yang hasil nabung sendiri itu. Naik mobil kemana, jalan2, pacarnya pun aku kenal, walau hanya sebatas tahu sama tahu saja. Anak orang kaya juga. Kehidupan mereka berbeda jauh denganku. Tampaknya apa2 saja yang mereka inginkan mudah didapat.

Jam 4 sore. Aku menunggu hujan reda di kosanku. Jam 5 harusnya aku sudah di sekolah musik itu. Tapi karena aku memakai motor, maka aku hanya bisa menunggu. Waktu terus berlalu. Hujan tidak reda. Maghrib sudah tiba, dan aku sudah menelpon ke sekolah musik itu untuk membatalkan les hari ini. Aku tidur2an di kasurku, malas untuk keluar kemana2 lagi. Tiba2 handphoneku berbunyi.

Aku melihat layar handphoneku. Ternyata nomor Tiwi. “Halo kak….” Tiwi mengawali pembicaraan “Eh kamu, ada apa ? udah tau kan lesnya ga jadi ? “ jawabku “Aku ada di depan kosan kakak” lanjutnya “Eh…. Ngapain ? “ aku heran. Tiwi memutus telponnya. Aku bergegas keluar dari kamar kosanku, dan kulihat Tiwi dengan basah kuyup terguyur air hujan, berdiri di depan gerbang kosanku.

Tanpa pikir panjang aku mengambil payung, lari dan membuka pintu gerbang. “Lho kamu kenapa ? kok kehujanan ? mobil kamu mana ? “ tanyaku bertubi2. Tiwi hanya diam saja. DIa menggigil menahan dingin, sekilas kulihat matanya memerah dan ada bekas tangisan. Untung saja tidak ada orang yang lihat, jadi Tiwi bisa masuk ke kamarku.

Karena kamar mandinya ada di dalam kamar, kusuruh Tiwi untuk mandi. Tak lupa kuberikan t-shirt ku yang ukurannya agak kecil dan celana pendek, juga handuk yang biasa kupakai. Aku agak khawatir sebenarnya. Karena di kosan ini tidak boleh membawa tamu perempuan ke dalam kamar. Aku tidak tahu apa yang bakal terjadi kalau orang2 kosan mengira aku dan Tiwi melakukan hal2 yang tidak senonoh. Aku hanya diam menatap pintu kamar mandi.

Suara air mengalir dari shower bisa kudengar dengan jelas. Tak berapa lama Tiwi keluar, dengan memakai baju yang tadi kusiapkan. Dia sedang berusaha mengeringkan rambutnya dengan menggosok2annya dengan handuk. Bisa kulihat matanya masih merah. “Kenapa sih kamu ?” aku memberanikan diri bertanya “Ceritanya panjang kak….” Katanya sembari duduk disampingku, di pinggir ranjang. “kalo ga mau cerita ga usah dipaksa” aku lalu berdiri dan memakai jaket “Saya beli makan ya, kamu diem disini dulu, jangan ikut keluar, soalnya di kosan ini ga boleh ada tamu cewek masuk ke dalam kamar” “ dan jangan ribut, nanti dikirain saya nyelundupin kamu ke dalem” kataku mengingatkan Aku tidak habis pikir. Apa yang ada di pikiran Tiwi sehingga dia nekat datang ke kosan guru musiknya.

Aku berjalan dengan payung di tengah hujan, menuju tukang nasi goreng untuk memesan 2 porsi, dibawa pulang. Aku kembali ke kamar kosan. Hujan telah reda. Aku membuka kunci kamar, dan menemukan Tiwi sedang menerima telpon dengan air mata yang menetes. Aku segera menutup pintu kamar dan menyiapkan makanan. Tiwi hanya diam saja, dan dia serta merta menutup telponnya. “Eh… makan dulu…” aku menegurnya Tiwi hanya diam. Sejenak kami berdua terdiam beberapa saat. “Kak… ada tisu ?” Tiwi akhirnya membuka mulut. Aku segera mengambilkan tisu dari laci meja belajarku. Tiwi mengusap air matanya dan menarik nafas panjang. “Maaf ya kak aku ngerepotin” Tiwi mengambil makanannya dan mulai makan. “Gapapa kok, santai aja” “Ntar kalo bajunya dah kering saya anter kamu pulang ya” jawabku. “Ga usah kak…. Aku mau disini aja” pernyataan Tiwi membuatku kaget.

“Tapi, saya kan udah bilang, kosan disini ga boleh menerima tamu cewek sebenernya “ Aku sengaja mempertegas kata2ku. “Aku gak akan ribut kak. Janji” jawabnya Aku hanya menghela nafas sambil ogah2an menyantap nasi gorengku. Apa sih maunya dia, begitu pikirku. “Kalo mau minum ambil tuh gelasnya di rak di deket pintu kamar mandi” ucapku setelah Tiwi menyelesaikan makanannya. Tiwi menurut dan mengambil gelas, dan menuangkan air dari dalam dispenser. Aku tidak menghabiskan makananku, dan menyalakan laptopku. Jujur saja aku bingung bagaimana harus menghadapi Tiwi. Aku jarang pacaran, ketika kuliah aku malah tidak sempat pacaran. Sibuk oleh kuliah dan musik. Apalagi sekarang, kuliah, musik, ngajar. Itulah yang menyebabkanku agak canggung hanya berdua di kamar dengan seorang perempuan.

“Kalau mau baca2 majalah itu ada di rak di atas kasur” Aku berkata seperti itu karena Tiwi terlihat hanya duduk di tepi ranjang dan memandang lantai dengan tatapan kosong Tapi Tiwi seakan tidak menggubris ucapanku. Dia masih melamun “Tiwi. Kenapa sih ?” Aku makin penasaran. Tiwi tampak kaget mendengar pertanyaanku. “Hmmm…. Aku heran kak… apa sih yang dimauin sama laki2” dia membuka dialog “Kenapa gitu ?” aku turun dari kursi dan duduk di karpet. Tiwi pun turun dari pinggir ranjang dan duduk di hadapanku. “Tadi aku rencananya bolos les kak….” jawab Tiwi “Terus ?” “Aku jalan2 sama pacarku tadi. Pas jam 5, jam harusnya aku les, aku di dalem mobil pacarku, dia lagi nyetir, rencananya mau jalan cari makan terus nonton” Tiwi melanjutkan ceritanya.

“Entah kenapa handphone dia ditaruh di dashboard. Aku pinjem, mau main game yang ada di hapenya. Dia ngebolehin, tapi entah kenapa aku tiba2 pingin buka inbox smsnya” Halah. Pasti cowoknya selingkuh, begitu pikirku dalam hati. “Aku ngeliat sms2 mesra kak. Gak cuman satu tapi beberapa cewek” Buset. Pikirku. Jagoan banget tuh cowok. “Aku kurang apa sama dia coba ? bela2in bolos les, bela2in dia, selalu aku temenin, kok dia begitu sama aku ?” dia mulai menangis lagi. “Jijik liat sms2 itu, sayang2an segala macem orang pacaran aja” Aku mengambilkan Tiwi tisu lagi karena air matanya mengalir deras. “Terus gimana ?” aku memintanya melanjutkan ceritanya. “Aku marah kak.

Tapi dia cuman diem aja ga ngomong apa2. Akhirnya di lampu merah aku keluar dari mobil” “Kan ujan” jawabku sedikit tidak antusias. Entah mengapa kasus ini sangat klasik pada orang2 yang pacaran. Tapi tampaknya Tiwi sangat terpukul oleh kejadian tersebut. “Biarin aja kak. Aku jalan, ngejauh dari mobil, aku bisa denger sih dia nglakson terus….. tapi setelah jauh dari mobilnya, aku bingung mau kemana. Tapi aku inget kalo tempat tadi deket sama kosan kakak. Makanya aku kesini” Memang dulu Tiwi pernah kesini diantar oleh pacarnya, mengambil partitur lagu. “Terus ? kok kamu malah kesini ? ga pulang aja ?” tanyaku sambil berusaha meyakinkan dia agar pulang. “Males nanti ditanyain sama orang tua…. kemana si pacar, kok pulang sendiri. Ribet “ jawabnya “Lah kalo dicariin gimana ?” aku makin bingung “Aku udah bilang sama orang tua aku… mau tidur di rumah temen” “Tenang aja, mereka percaya kok…..” Aduh.

Entah mengapa menurutku Tiwi berlebihan dalam menghadapi masalah ini. Kenapa gak putusin aja cowok itu, cari taksi, pulang, tidur, besok lupa. Tapi dia malah repot2 pergi ke kosanku. “Terus kamu mau ngapain disini ?” tanyaku dengan malas “Aku mau nenangin diri dulu kak…..” Eh. Bukannya lebih enak di rumah ? disitu kan bisa nangis bombay di depan orang tua. Dijamin bakal ditenangin, abis nangis besoknya lega deh. Aku bingung melihat kerapuhannya menghadapi masalah ini. “yaudah lah terserah” kataku “tapi inget, jangan ribut, jangan keluar kamar, besok pagi saya anterin ke rumah” “Iya kak” jawabnya… Jam2 berikutnya diisi dengan obrolan2 yang biasa kami lakukan, soal musik, teknik bermain saksofon. Tak lupa aku menyetel musik keras2 dari laptop dan menyalakan tv agar suara kami tidak terdengar. Tanpa terasa sudah jam 11 malam “Aku ngantuk kak….” Kata Tiwi “Hmm…. kamu tidur di atas aja, saya biar tidur di karpet” jawabku sekenanya. “Enggak kak… aku kan tamu. Aku aja yang tidur di karpet” malah enak di gw. Aku pikir. Aku mengiyakannya dan menggelar selimut cadangan di karpet, untuk alas tidur agar agak empuk, dan memberinya selimut tipis serta bantal yang berlebih di ranjang.

Aku mematikan lampu, dan juga naik ke ranjang, bersiap untuk tidur. “Jangan dimimpiin kejadian yang tadi ya..” kataku mengingatkan “Iya kak….” Sepi. Aku hanya menatap langit2 sambil memikirkan caranya besok pagi keluar tanpa ketahuan yang jaga kos. Kebetulan aja tadi hujan besar sehingga penjaga kos tidak memperhatikan pintu gerbang. Aku agak kesal dengan sikap Tiwi. Sudah malas latihan, dan tidak berpikir panjang. Sebenernya muncul rasa kasihan yang besar dalam diriku. Dia belum dewasa, belum bisa mengambil keputusan dengan matang, dan akibatnya seperti ini. Ada di kos2an guru musiknya, dan tidur di lantai. Yasudahlah. Mungkin Tiwi butuh teman malam ini, begitu pikirku. Entah kenapa aku tidak bisa tidur malam ini, harus kuakui kehadiran Tiwi malam ini merusak pikiranku. Bukan jadi buruk, tetapi pikiranku menjadi kotor. Aku pernah melakukan seks, sekali2nya waktu baru kuliah dulu. Pengalaman itulah yang membuatku sedikit membayang2kan bagaimana kalau aku bermain cinta dengan Tiwi. Tiwi memang cantik, kulitnya putih dan mukanya manis. Dan fakta2 itulah yang membuat pikiranku menjadi kotor.

Coba kalau dia laki2. pasti aku santai2 saja. Lama aku tidak bisa tidur. Aku sengaja menghadap ke tembok agar tidak melihat Tiwi. Tiba2.. Jleg. Aku merasa ranjangku dinaiki orang. Aku kaget, sedikit terkesiap tapi aku berhasil menahannya. Rupanya Tiwi menaiki ranjangku. “Kak… aku tidur sama kakak ya……” katanya dengan nada merajuk. Damn Aku tidak bisa menolak karena dia sudah naik ke atas ranjang. “Ehh… ni kalau mau pake selimut. Aku memberikan bagian selimutku pada Tiwi. Dia tampak agak malu, dan segera mengambil bagian selimutnya, dan tidur membelakangiku. Sial. Apa2an ini. Kenapa dia naik ? apa karena kedinginan ? atau keras ? atau kenapa ? Aku merasakan gerakan di sebelahku. “Kak… maaf… aku sebenernya masih pengen ngobrol” “gapapa kan ?” Aku membalik badanku dan mendapati bahwa jarak mukaku dan muka Tiwi tidak lebih dari 2 jengkal.

 KLIK DISINI

Matanya yang memerah menatapku penuh harap. “Kamu ya… Dengerin. Kenapa sih mesti gini ? kamu sekarang ada di kamar cowok, tidur bareng satu kasur. Ga pantes tau. Apa saya tidur di bawah aja ya” Aku berusaha bangkit. “Ini yang aku suka dari kakak…” tiba2 Tiwi berkata seperti itu. “Eh……..” Aku heran dan mematung sejenak “Kakak orangnya tegas…” “gak kayak dia…. egois… udah gitu ga pernah bisa tegas dan ga punya pilihan” “Tiwi… tapi” Kata2ku terhenti ketika tangannya menyentuh pipiku lembut. “Aku suka sama kakak” pengakuannya membuatku terhenyak. Apakah benar ? apa Tiwi Cuma terbawa perasaan akibat baru mengalami kekecewaan dalam berpacaran ? Aku mematung. Terdiam. Dalam hati aku mengakui bahwa sosok Tiwi yang manis membuatku tertarik.

Tetapi selama ini aku selalu me-ignore perasaan itu karena 1, dia sudah punya pacar, dan 2, aku tidak ada waktu untuk perempuan ditengah kesibukan tesis, musik dan ngajar. “Kak” tangannya terus mengelus pipiku. Aku pun luluh. Tiba2 kami berdua saling memajukan wajah kami masing2. kami menutup mata dan bibir kami pun bersentuhan. Kami berciuman dengan pelan dan lembut. Tiwi terus maju ke dalam pelukanku. Aku meraih pinggangnya, dan menggenggam tangan satunya. Telapak kaki kami saling bersentuhan dan saling bertautan. Di dalam selimut itu. kami berciuman dengan hangat. Kami melupakan batas antara guru dan murid. Walaupun umur kami tidak berbeda jauh, hanya enam tahun, namun rasanya ini seperti affair yang aneh antara guru dan murid. Walaupun guru dan muridnya hanya di sekolah musik saja. Kami berciuman sangat lama.

Entah kenapa kami berdua tidak berciuman dengan nafsu dan tergesa2. Tangan kiriku yang menyentuh pinggang Tiwi, tiba2 mulai nakal. Tanganku masuk ke dalam t-shirt yang dia pakai. Menyentuh kulit halusnya. Tiwi tidak berontak. Dia malah terus menciumiku. Tiwi pun tidak protes ketika tanganku masuk kedalam celana pendeknya dan memegang pantatnya. Damn. Rupanya dia tidak memakai celana dalam dan BH. Aku melepaskan ciumanku, dan mulai menciumi telinga dan lehernya. “Ahh… Kak… ‘ Tiwi tampak menikmati perbuatanku. Tanganku terus bermain mencoba membuka celana pendeknya. Tiwi tidak berontak, kakinya malah beringsut membantuku melepas celana pendek itu. Pada akhirnya aku melempar celana itu ke lantai. Aku mulai menyentuh pahanya yang sangat mulus. Aku memeluknya erat, menempelkan perutnya di perutku. “Kak….. “ Tiwi memanggilku “Kenapa ?” Aku menghentikan ciumanku di leher “Kalau mau itu’… pelan2 ya…. aku belum pernah…” jawabnya pelan dengan nada pasrah dan tatapan penuh harap. Apa. Masih perawan ? aku kaget.

Kupikir setidaknya dia pernah tidur dengan pacarnya. Pantas saja dia tidak bisa menyikapi kelakuan pacarnya dengan benar, pengalamannya sangatlah minim. Aku terdiam. Mematung. Tidak dapat berpikir dengan jernih. “Tiwi… kalau kamu gak mau, jangan….” aku mundur “Gak apa2 kak. Kalau sama kakak aku mau..” Tiwi meraih tanganku. “Kamu belum pernah…. jangan dipaksa kalau gak mau….” aku berusaha berpikir jernih. Tiwi terdiam, tetapi dia malah masuk ke pelukanku kembali. “Aku mau….” jawabnya pelan “Aku Cuma minta kakak perlakukan aku dengan lembut” “Tapi” aku masih bertahan “Kak…. aku mau kasih ke kakak malem ini” “itu karena aku suka sama kakak” “dari pertama ketemu, tapi kakak tampaknya cuek sama aku…. tapi aku makin suka karena tau kakak orangnya tegas, dewasa, “ “Tiwi, itu cuman perasaan pelarian aja…” jawabku Tiwi hanya diam. Tetapi dia menjawab dengan semakin masuk ke dalam pelukanku.

Dia memelukku dengan erat, dan tidak mau melepasku. “Aku mau ngelakuinnya cuman sama kakak” Tiwi tetap gigih. Kami berpandangan sangat lama. Hingga akhirnya aku menciumnya kembali. Pertahanan akal sehatku runtuh. Tanganku terus melingkari pinggangnya yang ramping itu. Tiwi perlahan2 bergerak menindih tubuhku. Badannya naik ke atas badanku. Tangannya mencoba membuka t-shirt ku tapi tampaknya dia agak canggung melakukannya. Aku melepaskan tanganku dari pinggangnya dan membantunya membuka atasanku. Setelah itu aku berusaha bangkit dan duduk. Tiwi memegang bahuku dan mencoba maju menciumku. Aku menahannya dan memegang kedua tangannya. Aku menatap matanya lekat2. Tiwi menatapku malu2.

Aku sedikit tegang. Malam ini kedua kalinya aku berhubungan seks. Dan ini yang pertama bagi Tiwi. Jantungku berdetak hebat. Aku menggenggam ujung t-shirt yang dia pakai. Pelan2 kutarik keatas. Tiwi menurut dengan mengangkat tangannya. Tiwi sudah telanjang bulat di pangkuanku. Kedua tangannya disilangkan, menutupi buah dadanya yang kecil. Dia sedikit menunduk dan tampak sangat malu. Pasti ini pertama kalinya dia telanjang bulat di depan laki2. Aku memegang dagunya dan mengangkat wajahnya. Tak berapa lama kucium bibirnya lembut. Aku menggenggam kedua tangannya dan mulai menciumi lehernya, terus sampai ke buah dadanya yang kecil Aku menciumi putingnya. Kurasakan badannya agak gemetar, entah karena geli atau agak takut. “Uhh….. Kak… geli…..” Tiwi mendesah kecil.

Aku berbisik kepadanya “Jangan terlalu berisik ya… nanti bisa gawat kalau ketahuan penjaga kos…” Tiwi mengangguk pelan. Aku melanjutkan menciumi buah dadanya. Sempat kulihat Tiwi menggigit bibirnya. Menahan agar dia tidak ribut. “Ngggh…. mmmhhh…” Tiwi terus mendesah. Aduh, bagaimana nanti ketika kami sampai ke inti permainan ?. Aku menyuruh Tiwi untuk turun dari pangkuanku. Aku segera melepaskan celanaku. Tiwi nampak agak kaget ketika melihat penisku. Ini pertama kalinya juga dia melihat penis lelaki langsung. Tiwi duduk di sampingku. “Tiwi, kalau kamu emang ga siap, mendingan gak usah….” Aku menatap wajahnya yang tampak malu bersemu merah, “ Ga apa2 kak…. udah sampe sini….” dia tersenyum kecil walau aku bisa merasakan bahwa dia merasa gugup dan deg2an.

Aku memegang lembut tangannya dan mencium keningnya. Lalu aku menariknya pelan agar kembali duduk di pangkuanku. Tiwi duduk membelakangiku. Punggungnya sungguh mulus dan bersih. Aku mulai menciumi bahunya, terus sampai keleher. Kupeluk erat pinggangnya dan bisa kurasakan tangan Tiwi memeluk erat leherku. Lama kuciumi bagian belakang leher dan punggungnya. Tak tahan lagi, pelan2 kubimbing Tiwi untuk berbaring di kasur. Aku memegang lututnya dan kulebarkan pahanya. Aku menindih badannya. Tangan Tiwi menahan bahuku. Aku sejenak mematung memandangi Tiwi. Patutkah kurenggut keperawanan perempuan manis ini ? Haruskah dia melakukannya denganku ? Tiwi balik menatapku dan berkata “Kak….. pelan2 ya… aku tau pasti sakit pada awalnya” “Kalau kamu gak mau, bisa kita hentikan sekarang kok….. “ aku menjawabnya.

Tiwi menggeleng pelan. “Aku siap kak………..” Kepala penisku menyentuh bibir vaginanya yang telah basah. Pelan2 kugesekkan kepala penisku di bibir vaginanya. Tiwi mengejang2 geli. Aku memperbaiki posisi dengan menggenggam tangannya. Kurasakan pelan, penisku memasuki bibir vaginanya. Sempit sekali. Aku berkonsentrasi penuh memasuki vaginanya. “Nggggh…….Ahhh….. “ Tiwi menahan sakit. Bisa kulihat dia menggigit bibirnya dan matanya sedikit berkaca2. “Uhhhh…..” dia menarik napas lega ketika penisku masuk penuh kedalam vaginanya. Aku mulai menggerakkan penisku maju mundur dengan pelan. Tiwi tampak menutup matanya, dan meringis seperti menahan sakit.

Aku mencabut penisku. Kulihat penisku berlumur darah perawan Tiwi. “Sakit? Kalau kamu ga tahan sakitnya ga usah dilanjutin…” Aku khawatir “Gapapa kak…..” Tiwi tersenyum dengan mata agak berkaca2. Aku menarik nafas panjang, kuputuskan untuk tidak merubah2 posisi bercinta kami, terlalu dini untuk kami berdua. Ditambah lagi pengalaman kami berdua sangat minim. Aku kembali memasukkan penisku ke lubang vaginanya. Sudah lebih mudah, walau masih sempit. Kurasakan dinding vaginanya yang hangat mengapit penisku erat. “Mmmhhhh….kak.. “ Tiwi mendesah pelan, dia sudah tidak meringis atau menggigit bibir lagi seperti sekarang. Aku terus memaju mundurkan penisku dengan pelan namun temponya stabil. “Uhhh…..” Tiwi tiba2 mencengkram erat bahuku. Seakan ingin mencakarnya. “Mmmmhhh” Kaki Tiwi mencengkram erat pinggangku.

Aku tahu dia akan orgasme. Terlalu cepat mungkin. Tetapi wajar. Karena ini pengalaman pertama bagi Tiwi. Dia belum tahu bagaimana mengatur tempo, merubah posisi, ditambah lagi malam ini semuanya aku yang mengendalikan. Tiwi terus bersuara kecil mengikuti tempo goyanganku. “Nggg… mmmmhh….” Tiba2 aku menghentikan gerakanku. Aku tak ingin aku bablas keluar di dalam. Kaki Tiwi kuat mencengkram pinggangku. Malam ini adalah pengalaman pertamanya. Wajar jika dia tampak tegang atau gugup. Aku tak mau jika ketegangannya mengakibatkan kecelakaan yang tidak diinginkan. “ah…. kenapa kak ?” tanyanya polos dengan nafas tidak teratur “Enggak… tadi kamu ngejepit pingganggku terlalu keras… aku takut kalau nanti aku keluar di dalem…” jawabku. “oh…. “Tiwi “kamu santai ya sayang….” aku mengelus rambutnya lembut dan dia hanya mengangguk pelan.

Pelan2 aku mengisyaratkan agar Tiwi tidur tengkurap. Dari belakang aku memposisikan kepala penisku tepat di lubang vaginanya. Pelan2 aku masukkan kembali. “hmmhhh… aaahhhh…” Tiwi kembali mendesah ketika kumasukkan penisku. Aku memeluk pinggangnya dan membimbingnya naik. Kami bercinta dalam posisi doggy style. Tangan Tiwi bertumpu pada kasur. Aku menggerakkan penisku maju mundur sembari memegang erat pinggangnya. “Uuuuuh…. Ahhh….. “ Tiwi tidak bisa menahan lagi suaranya. Entah karena kesakitan atau keenakan. Tapi kalau pun kesakitan, dia tidak berontak. Tiwi terus mengerang. Entah berapa lama kami melakukannya. “Kak…. aku… ahhh” Aku tau Tiwi akan segera orgasme. Tapi aku tidak mencabut penisku. Aku malah makin bernafsu menggerakkannya. Tumpuan tangannya semakin lemas. Aku secara refleks malah menarik tangannya kebelakang agar posisi tubuhnya tetap stabil.

Aku merasakan tubuhnya menegang dan vaginanya menjepit erat penisku. “Aaaaah….. aaaahh….. nggghh….” Tiwi mengerang tanpa memperdulikan keadaan kamar kosku yang mungkin saja suara malam itu bisa bocor ke kamar sebelah. “Ngggghh… aaaaaaaaaah”. Tak berapa lama aku langsung mencabut penisku dan spermaku lalu muncrat berantakan di luar vaginanya. Tiwi langsung dengan lunglai menjatuhkan diri ke kasur. Aku pun merebahkan diri di sebelahnya. Kami berpandangan dengan cukup lama dan berpelukan sampai kami tertidur. Kini, kami bukan murid dan guru lagi. Tapi lebih dari sekedar itu. Kami sering menghabiskan waktu bersama di luar les, karena kami sekarang menjadi sepasang kekasih. Kejadian malam itu, tidak pernah terulang lagi sampai sekarang. Dan kami tidak pernah mengungkitnya lagi. Biarkan malam itu ada untuk dikenang saja dalam hati kami masing2.

Kumpulan Cerita Dewasa Rintihan Nikmat SPG Mall


Kumpulan Cerita Dewasa - Aku akan menceritakan Kisah nyata yang pernah aku alami sendiri dengan pacarku tercinta. Panggil saja aku Damar, usiaku saat ini baru 22 tahun, dengan tertulisnya cerita nyata yang pernah aku alami ini semoga bisa menjadi fantasi sex bagi para pembaca. Aku adalah seorang pria single yang bekerja di sebuah perusahaan penyewaan alat berat di Jakarta.

Berbicara masalah gaji bisa dibilang gajiku lumayan besar, penghasilanku rata-rata perbulan bisa 12-15 juta rupiah. Dari gaji yang aku kumpulkan selama bekerja 2 tahun pada akhirnya aku-pun bisa membeli sebuah mobil BMW yang harganya 500 juta keatas. Sebagai seorang pria single yang mempunyai gaji yang terbilang fantastis dan memiliki sebuah mobil BMW pastinya aku tidak sulit untuk mendapatkan pacar.

Aku sering berganti-ganti pacar selama ini, yah bisa dibilang aku playboy sih. Nah disini aku akan menceritakan kisah sex yang aku alami dengan pacarku yang sebut saja namanya Dewi. Dewi ini adalah seorang gadis yang bekerja sebagai SPG kosmetik di Lippomal Jakarta. Tau sendirikan SPG kosmetik, pastinya dia sangat cantik, body menarik dan mempunyai kulit tubuh yang putih mulus.

Suatu ketika saat aku dan Dewi libur aku bermaksud untuk mengajaknya membeli TV untuk dikontrakanku, yah kebetulan Tv dikontranku sudah rusak. Ketika itu aku menjemput Dewi dirumah yang letaknya di pondok kelapa, jaktim. Aku menjemputnya sekitar jam 9 dirumahnya. Pagi itu Dewi terlihat sangat sexy sekali.

Dia mengenakan dress ketat terusan yang panjangnya hanya diatas lututnya dan Dressnya tanpa lengan baju. Rambutnya panjang hitam yang terurai membuat semakin sexy saja, belum lagi dress ketat itu membuat lekuk tubuhnya terlihat jelas dia mataku. Sungguh fresh sekali mataku, pagi-pagi seperti itu sudah dihadapkan dengan tubuh sexy pacarku.

Payudara dan pantatnya yang sedang namun kencang juga terlihat jelas dari balik Dressnya itu. Pacarku yang berjalan berlenggak lenggok seperti model itu-pun segera menuju kemobilku yang sudah parkir di depan rumahnya,

“ Pagi sayang, kamu hot banget sih pagi ini, ” ucapku sembari membuka pintu dari dalam mobil.
“ Kayaknya kamu setiap hari bilang gitu deh sama aku, hhe… Aku bernampilan ginikan biar kamu terangsang sayang, hha…, ” ucapnya dengan senyuman manisnya lalu masuk kedalam mobilku.
“ Tahu aja deh kamu sayang kalau aku selalu terangsang kalau lihat kamu,hhe… Yaudah yuk kita jalan, ” ucapku.
“ Okey sayang, ” jawabnya.

Saat itu pun aku segera menginjak gas mobilku. Aku yang mengetahui jalan umum yang macet pastinya mengambil inisiatif untuk lewat jalan tol. Setelah beberapa saat aku menginjak gas mobilku akhirnya kami pun masuk ke pintu tol. Aku yang mengira tol itu tidak begitu macet ternyata sama saja macetnya, dari awal masuk pintu tol saja sudah antri lama sekali.

Setelah kira-kira 10 menit akhirnya aku-pun sudah masuk jalan tol, jakarta, Jakarta mau jalan umum mau jalan tol tetep aja macet. Kemudian aku-pun menyalakan Musik mobil untuk menghilangkan kejenuhanku sembari menikmati jalan tol yang macet. Musik slow aku nyalakan hingga saat itu suasana di dalam mobil terasa romantis “ Sayang romantis banget yah musiknya, jadi pingin peluk kamu deh sayang, ” ucap Dewi.

“ yaudah sih peluk aja sayang, lagian kaca film mobilku kan aku kasih yang 80 persen, so kita mau ciuman , mau ML, mau apa aja juga nggak bakal ada yang ngelihat, hha…,” ucapku sembari menyetir.

Kebetulan mobilku ini adalah mobil matic, jadi ketika macet aku tidak begitu lelah. Dengan satu kaki saja aku sudah bisa mengendalikan mobilku. Pas banget sama kondisi dijakarta pokoknya lah. Sembari menyetir aku memang sudah sering berciuman dan berpelukan didalam mobil bersama Dewi. Saat itu-pun Dewi mulai memeluku dari samping, “ Sayang aku sayang banget deh sama kamu ” ucapnya. Saat itu  Dewi memeluku sembari mencium bibirku,

“ Ah sayang kamu tuh kebiasaan deh, pagi-pagi gini kamu Sudah bikin aku Horny ah, Tuh lihat kontolaku udah berdiri ” ucapku sembari melirik kontol yang tegang didalam celanaku.
“ Hahaha… mana coba aku lihat, ” ucapnya sembari mengarahkan tanganku pada penis-ku. Saat itu jalan tol memang macet sekali baru masuk 100 meter aja sudah macet, bahkan saat itu bisa berjalan 1 meter-pun. Sembari aku memegang setir, Dewi pun segera mengelus dan meremas penis-ku dari luar celana,
“ SSsshhh… enak banget sayang, terus remas kayak gitu sayang, ” ucapku.
“ Iya sayang, daripada aku boring karena macet mendingan aku elus-elus kontol deh sayang, hha…, ” ucapnya sembari mengelus dan meremas penisku dari luar.
“ Kamu tuh ya nakal banget sih sayang, hha… Sssshhh, ” ucapku merasakan nikmatnya remasan Dewi pada Penisku. Aku yang yakin jalan Tol akan macet berjam-jam maka aku timbulah fikiran untuk ngesex didalam mobil, yah itung-itung buat pengalaman sex yang baru. kontol-ku yang sudah tegang maksimal rasanya sakit sekali jika tertahan didalam celanaku.

Tanpa banyak bicara aku pun segera gunakan handrem dan aku netralkan transmisi mobilku,

“ Sayang Kita ngentot yuk, aku horny banget nih, habisnya kamu pagi-pagi udah bikin kontol aku berdiri, ” ucapku dengan wajah yang udah sangek (horny). “ Nggak mau ah, kamu tuh kayak nggak ada tempat aja, masak kita ngewe didalem mobil, udah gitu ini lagi dijalan tol lagi, ” ucapnya menolak.

Mendengar tolakannya aku-pun tanpa menjawab langsung mencium bibirnya, aku tahu Dewi itu orangnya gampang Horny juga seperti aku, yah maklumlah namanya juga anak muda. Kuraih kepalanya dan aku cium bibirnya dengan penuh birahi. Seperti dugaanku dia pasti meladeni hasrat sex-ku. Dia pun membalas ciuman-ku dengan penuh nafsu.

Sembari berciuman Dewi-pun mulai membuka resleting dan kancing celanaku. Aku yang melihatnya agak kesulitan akhirnya membantunya untuk membukanya. Sembari masih berciuman aku pun membuka kancing celana, resleting sekalian aku mempelorotkan celanaku hingga atas lututku. Aku melakukan itu agar dia mudah ketika mengocok penisku.

“ Sayang udah aku bukain tuh, buruan kocokin kontol aku, ” ucapku melepas ciuman kami sejenak.

 KLIK DISINI

Tanpa menjawab dia pun segera menciumku kembali, terlihat sekali saat itu dia sudah horny sekali. Disambarlah bibirku, diciumilah bibirku dengan ganasnya, sembari mengocok-ngocok penisku,

“ Sssssshhh.. Euhhhhh…, ” lenguhku.

Dikocoknya penisku dengan tangan lembutnya sembari kami terus berciuman. Kenikmatan yang luar biasa bercinta didalam mobil ketika jalanan macet, Ouhhh. Aku yang tidak mau tinggal diam, aku pun segera mengarahkan tanganku pada vaginanya, mulailah aku selipkan tanganku dari balik dressnya. Akhirnya tanganku menemukan mainan juga, sebuah daging empuk yang menyembul imut.

Mulailah aku mengelus-elus vagina Dewi yang masih terbungkus celana dalam, beberapa menit saja aku mengelus-elus vagina-nya dari balik celana dalamnya dia sudah basah,

“ Euhhhhhhh… Enak sayang, Memek aku udah basah sayang, Ouhhh.., ” ucapnya sembari terus memainkan penisku. Saat itu kami pun menghentikan ciuman kami, aku dan Dewi saling memberi rangsangan satu sama lain. Menciumi telinga, leher, sembari terus mengocok penis-ku dengan gemasnya.

Aku yang juga sudah Horny dari tadi, aku berikan rangsangan kepada Dewi seperti apa yang dilakukannya kepadaku. Aku mengelus-elus memeknya sembari menciumi lehernya.

Didalam mobil BMW-ku yang mempunyai kaca film 80 persen, membuat kami berbuat apa pun didalam mobil, kami sama sekali tidak terlihat dari luar. Lagian orang juga tidak akan menyangka jika kami berbuat mesum didalam mobil, soalnya mereka pasti stress merasakan kemacetan dan hanya fokus saja pada kemacetan.

Beberapa saat kami-pun sama-sama memberikan rangsangan sex, penisku yang sudah mulai mengeluarkan lendir, menambah nikmat kocokan Dewi karena semakin licin saja ketika dikocok,

“ Enak sayang terus sayang, Ouhhhh…, Sayang lepas celana dalam kamu dong, biar aku enak mainin memek kamu, ” ucapku dengan manja dan wajah mesum.
“ Iya sayang, kayanya kamu bakal perkosa memek aku yah,hahaaa…, ” ucapnya sembari melepas celana dalamnya.

Setelah terlepas dimasukanlah celana dalamnya di dashboard mobilku,
“ Sekalian BH-nya dong sayang, ntar aku susah dong kalau remas toket kamu ” pintaku.
“ Iya, iya bawel, ” ucapnya lalu melepas Bh-nya dan dimasukan didalam dashbord juga.
“ Nah gitu dong, sekarang sepongin aku bentar ya sayang, ” ucapku.
“ Ihhhhh… banyak maunya deh kamu… yaudah sini, ” ucapnya sedikit sebal namun manja.

Dengan Birahi yang menggebu-gebu Dewi pun segera meraih penisku didalam mobil saat itu. Posisi Dewi yang tadinya duduk, kemudian dia pun menungging diatas jog, dengan menghadap padaku. Dengan posisi-nya yang menungging itu kemudian dikulumlah penisku,

“ Uhhhhhhhhh… Sssssss… kamu memang selalu bisa buat aku melayang sayang, kuluman kamu semakin hari semakin dahsyat saja, Ahhhhh.., ” ucapku memuji kulumanya.

Dia yang sibuk mengkulum penisku tidak lagi menanggapi perkataanku. Memang sungguh hebat sekali Dewi dalam berhubungan sex. Dia mengkulum dengan menyedot kuat penisku, Ohhh, rasanya luar basa sekali. Penisku rasanya seperti tersedot oleh vacuum. Sesekali Dewi melepas kulumanya untuk menjilati batang penis, buah zakar bahkan selangkanganku. Kunikmati kuluman demi kuluman Dewi yang luar biasa itu didalam mobil. Aku yang ingin sama sama enak pada akhirnya aku meminta Dewi agar mengganti posisi bercinta kami dengan posisi 69.

Gila nggak tuh, bercinta didalam mobil dengan gaya sex 69 ketika macet didalam jalan tol.

Dewi tanpa banyak bicara pun menganggukan kepalanya, tanda bahwa dia setuju. Aku-pun segera merebahkan tubuhku dari tempat dudukku hingga tempat duduk Dewi. Aku yang sudah Horny tidak perduli lagi dengan punggungku yang menimpa handrem mobilku, sebenarnya agak sakit tapi demi sex aku rela kesakitan.

Aku yang sudah merebahkan tubuhku dan berada di bawah selangakangan Dewi segera menyibakan Dressnya hingga keperutnya agar tidak menggangu ketika aku menjilat dan menyedot vagina Dewi. Saat itu karena didalam mobil aku-pun maka kakiku-pun aku tekuk agar nyaman ketika bercinta. Setelah kami berada dalam posisi sex 69 kami-pun segera memulai percintaan kami.

Mulailah kami saling mengisap dan menjilati alat kelamin kami,

“ Ssssshhh… Eughhhh… Ouhhhh…, ” desah kami bersahut-sahutan.

Memek Dewi semakin basah saja ketika aku menjilati memeknya. Dia mendesah, dan tubuhnya sering menggelinjang. Sebaliknya aku juga seperti itu, kuluman Dewi semakin liar saja ketika aku mengimbangi hubungan sex kami dengan menjilati, sesekali menyedot itil-nya. Kami tidak perduli lagi dengan keadaan diluar mobil kami lagi.

Entah mobil kami bergoyang atau tidak, missal pun bergoyang-pun tidak masalah, yang penting aku bisa bercinta. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya sex 69, gairah sex kami untuk segera ML-pun semakin tidak tertahan.

“ Sayang udah yuk 69-nya aku udah pengen masukin kontolmu ke memekku, Aku yang diatas yah, ” ucap Dewi penuh nafsu.
“ Iya sayang, aku juga udah nggak kuat lagi, Ouhhhh…, ” ucapku.

Kemudian aku dan Dewi pun segera merubah posisi kami. Aku bangun dari rebahan lalu aku duduk diatas kursi ku lagi,

“ Oh iya sayang, ” ucapku.
“ Sayang aku masukan yah, ”ucap Dewi.
“ Iya sayang, tapi aku mundurkan dulu yah kursinya biar kita ngentot-nya nyaman, ” ucapku lalu memundurkan kursi ku ke belakang.
“ Jeglekkk… Sreeeeeeekkk… Glek…,” suara kursiku.

Melihat posisi kami sudah saling nyaman, Dewi pun segera memasukan penisku didalam vagina nya,

“ Blesssssssssssss….., Ouhhhhhhhhhh… Sssssssssssshhh…, ” desah Dewi.

Dewi yang sudah Horny sekali lalu segera bergoyang diatas penisku, posisi Dewi saat itu duduk diatas pangkuanku dan wajahnya menghadap pada wajahku. Kulihat dia bergoyang dengan liarnya mengebor penisku. Penisku serasa diblender didalam memek Dewi. Dia terus bergoyang sembari kedua tangannya berpegangan pada pundakku.

Dia bergoyang memutar, maju mundur, dan naik turun dengan lincahnya diatas pangkuanku. Memeknya benar-benar nikmat sekali. aku hampir saja keok dibuatnya. Aku yang pengalaman juga dalam berhubungan sex, akhirnya bisa menahan goyangan sex Dewi. Aku atur nafasku dan aku alihkan pikiranku agar aku tidak cepat klimaks.

“ Ahhhh.. Ouhhhh… Ssssshhh… Ahhhh… Yeah… Eummhhhh…, ” desah Dewi tidak  karuan. Ketika kurasakan aku tidak lama lagi akan klimaks nih, aduhhh kalah deh Gue, ucapku dalam hati. Namun tiba-tiba saja Dewi mendesah dan menghentikan goyanganya,
“ Aghhhhhhhhhhh… Uhhhhhh… aku ngecrottt sayang… Ssssshhh.. Uhhhh…, ” ucapnya puas mendapatkan klimaksnya.
“ Iya sayang, Ayo goyang lagi biar aku keluar…, ” ucapku penuh birahi.

Saat itu Dewi bergoyang lagi dengan liarnya, dia meminta aku meremas payudaranya sembari terus bergoyang diatas tubuhku. Aku remas payudaranya, semakin liar saja dia goyanganya, “ Yah sayang seperti itu, terus.. aku bentar lagi keluar, ” ucapku sembari meremas payudaranya. Sekitar 1 menit setelah itu aku-pun akhirnya, “ Ahhhhhhhhh… Cruttttttttt… Crutttttttttt… Crutttttttttttt, ”

“ Akhirnya meledaklah spermaku dimemeknya”
“ Aku keluar sayang, ahhhh… Nikmat sekali sayang,,, uhhhh…, ” ucapku.
“ Iya sayang, kapan-kapan kita ngentot lagi ya sayang, ” ucapnya ketagihan. Bermaksud menikmati sisa-sisa orgasme tiba-tiba saja jalan mulai lancar, terdengar klakson berbunyi dibelakangku dengan kerasnya,
“ Thinnnnnnnnnnnnnn… Thinnnnnnnnnnnnnn… Thinnnnnnnnnnnnnn… , ” suara klakson berbunyi berkali-kali.
“ Sialll… uda sayang udah jalan nih, hhahahaha…, ” ucapku sambil tertawa.
“ Hahaha.. iya sayang, lagian kamu aneh-aneh sih, masak ngewe didalem mobil udah gitu pas dijalan Tol lagi ,,,hhha…, ” ucapnya.

Kemudian Dewi-pun kembali ketempat duduknya dengan posisi memeknya yang masih basah dengan lendir kawinya. Aku yang terburu-buru langsung saja aku majukan kursiku lalu aku injak gas mobilku. Aku tidak sempat mencopot kondom dan menaikan celanaku lagi saat itu. Lucu sekali rasanya. Akhirnya aku injak gas mobilku dengan posisi penisku yang masih terbungkus kondom.

Dewi saat itu membersihkan vagina nya seiring berjalanya mobilku lagi. Di bersihkanya dengan tisu lalu dia kenakan lagi BH dan Celana dalamnya. Selesai itu dibasuhnya penisku dengan tisu basah agar bersih. Beberapa saat aku menginjak gas mobilku melihat ada jalur darurat aku pun menepikan mobilku untuk membenahkan celanaku,

“ Sayang lucu yah kita tadi, untung aja kita udah ngecrottt, kalau nggak kan bisa pusing kita karena nggak dapetin puncak kita yah sayang, hha.., ” ucapku.
“ Iya ya sayang, hhhaaa… kapan-kapan kita coba sensasi sex yang lain yah, hha…., ” ucapnya ketagihan.

Friday, June 19, 2020

Kumpulan Cerita Dewasa Dokter Fitri


Kumpulan Cerita Dewasa - Fit… hei aku jaga nich malam ini, elu jangan kirim pasien yang aneh-aneh ya, aku mau bobo, begitu pesanku ketika terdengar telepon di ujung sana diangkat. “Udah makan belum?” suara merdu di seberang sana menyahut.

“Cie… illeee, perhatian nich”, aku menyambung dan, “Bodo ach”, lalu terdengar tuutt… tuuuttt… tuuut, rupanya telepon di sana sudah ditutup. Malam ini aku dapat giliran jaga di bangsal bedah sedangkan di UGD alias Unit Gawat Darurat ada dr. Fitri yang jaga. Nah, UGD kalau sudah malam begini jadi pintu gerbang, jadi seluruh pasien akan masuk via UGD, nanti baru dibagi-bagi atau diputuskan oleh dokter jaga akan dikirim ke bagian mana para pasien yang perlu dirawat itu.

Syukur-syukur sih bisa ditangani langsung di UGD, jadi tidak perlu merepotkan dokter bangsal. dr. Fitri sendiri harus aku akui dia cukup terampil dan pandai juga, masih sangat muda sekitar 28 tahun, cantik menurutku, tidak terlalu tinggi sekitar 165 cm dengan bodi sedang ideal, kulitnya putih dengan rambut sebahu. Sifatnya cukup pendiam, kalau bicara tenang seakan memberikan kesan sabar tapi yang sering rekan sejawat jumpai yaitu ketus dan judes apalagi kalau lagi moodnya jelek sekali. Celakanya yang sering ditunjukkan, ya seperti itu. Gara-gara itu barangkali, sampai sekarang dia masih single. Cuma dengar-dengar saja belakangan ini dia lagi punya hubungan khusus dengan dr. Wisnu tapi aku juga tidak pasti.

Kira-kira jam 2 pagi, kamar jaga aku diketuk dengan cukup keras juga. “Siapa?” tanyaku masih agak malas untuk bangun, sepet benar nih mata. “Dok, ditunggu di UGD ada pasien konsul”, suara dibalik pintu itu menyahut, oh suster Cindy rupanya. “Ya”, sahutku sejurus kemudian. Sampe di UGD kulihat ada beberapa pria di dalam ruang UGD dan sayup-sayup terdengar suara rintihan halus dari ranjang periksa di ujung sana, sempat kulihat sepintas seorang pria tergeletak di sana tapi belum sempat kulihat lebih jelas ketika dr. Fitri menyongsongku, “Gus, pasien ini jari telunjuk kanannya masuk ke mesin, parah, baru setengah jam sih, tensi oke, menurutku sih amputasi (dipotong, gitu maksudnya), gimana menurut elu?” demikian resume singkat yang diberikan olehnya.

“Fit, elu makin cantik aja”, pujiku sebelum meraih status pasien yang diberikannya padaku dan ketika aku berjalan menuju ke tempat pasien itu, sebuah cubitan keras mampir di pinggangku, sambil dr. Fitri mengiringi langkahku sehingga tidak terlalu lihat apa yang dia lakukan. Sakit juga nih.

Saat kulihat, pasien itu memang parah sekali, boleh dibilang hampir putus dan yang tertinggal cuma sedikit daging dan kulit saja.

“Dok, tolong dok… jangan dipotong”, pintanya kepadaku memelas. Akhirnya aku panggil itu si Om gendut, bosnya barangkali dan seorang rekan kerjanya untuk mendekat dan aku berikan pengertian ke mereka semua.

“Siapa nama Bapak?” begitu aku memulai percakapan sambil melirik ke status untuk memastikan bahwa status yang kupegang memang punya pasien ini.

“Supandi”, sahutnya lemah.

“Begini Pak Sup, saya mengerti keadaan Bapak dan saya akan berusaha untuk mempertahankan jari Bapak, namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena yang tersisa hanya sedikit daging dan kulit saja sehingga tidak ada lagi pembuluh darah yang mengalir sampai ke ujung jari. Bila saya jahit dan sambungkan, itu hanya untuk sementara mungkin sekitar 2 – 4 hari setelah itu jari ini akan membusuk dan mau tidak mau pada akhirnya harus dibuang juga, jadi dikerjakan 2 kali. Kalau sekarang kita lakukan hanya butuh 1 kali pengerjaan dengan hasil akhir yang lebih baik, saya akan berusaha untuk seminimal mungkin membuang jaringannya dan pada penyembuhannya nanti diharapkan lebih cepat karena lukanya rapi dan tidak compang-camping seperti ini”, begitu penjelasan aku pada mereka.

Kira – kira seperempat jam kubutuhkan waktu untuk meyakinkan mereka akan tindakan yang akan kita lakukan. Setelah semuanya oke, aku minta dr. Fitri untuk menyiapkan dokumennya termasuk surat persetujuan tindakan medik dan pengurusan untuk rawat inapnya, sementara aku siapkan peralatannya dibantu oleh suster-suster dinas di UGD.

“Fit, elu mau jadi operatornya?” tanyaku setelah semuanya siap. “Ehm… aku jadi asisten elu aja deh”, jawabnya setelah terdiam sejenak. Entah kenapa ruangan UGD ini walaupun ber-AC tetap saja aku merasa panas sehingga butir-butir keringat yang sebesar jagung bercucuran keluar terutama dari dahi dan hidung yang mengalir hingga ke leher saat aku kerja itu. Untung Fitri mengamati hal ini dan sebagai asisten dia cepat tanggap dan berulang kali dia menyeka keringatku.

Aku suka sekali waktu dia menyeka keringatku, soalnya wajahku dan wajahnya begitu dekat sehingga aku juga bisa mencium wangi tubuhnya yang begitu menggoda, lebih-lebih rambutnya yang sebahu dia gelung ke atas sehingga tampak lehernya yang putih berjenjang dan tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Benar-benar menggoda iman dan harapan. Setengah jam kemudian selesai sudah tugasku, tinggal jahit untuk menutup luka yang kuserahkan pada dr. Fitri. Setelah itu kulepaskan sarung tangan sedikit terburu-buru, terus cuci tangan di wastafel yang ada dan segera masuk ke kamar jaga UGD untuk pipis. Ini yang membuat aku tidak tahan dari tadi ingin pipis. Daripada aku mesti lari ke bangsal bedah yang cukup jauh atau keluar UGD di ujung lorong sana juga ada toilet, lebih baik aku pilih di kamar dokter jaga UGD ini, lagi pula rasanya lebih bersih.

Saat kubuka pintu toilet (hendak keluar toilet), “Ooopsss…” terdengar jeritan kecil halus dan kulihat dr. Fitri masih sibuk berusaha menutupi tubuh bagian atasnya dengan kaos yang dipegangnya. “Ngapain lu di sini?” tanyanya ketus. “Aku habis pipis nih, elu juga kok nggak periksa-periksa dulu terus ngapain elu buka baju?” tanyaku tak mau disalahkan begitu saja.

“Ya, udah keluar sana”, suaranya sudah lebih lembut seraya bergerak ke balik pintu biar tidak kelihatan dari luar saat kubuka pintu nanti.

Ketika aku sampai di pintu, kulihat dr. Fitri tertunduk dan… ya ampun…. pundaknya yang putih halus terlihat sampai dengan ke pangkal lengannya, “Fit, pundak elu bagus”, bisikku dekat telinganya dan semburat merah muda segera menjalar di wajahnya dan ia masih tertunduk yang menimbulkan keberanianku untuk mengecup pundaknya perlahan. Ia tetap terdiam dan segera kulanjutkan dengan menjilat sepanjang pundaknya hingga ke pangkal leher dekat tengkuknya.

Kupegang lengannya, sempat tersentuh kaos yang dipegangnya untuk menutupi bagian depan tubuhnya dan terasa agak lembab. Rupanya itu alasannya dia membuka kaosnya untuk menggantinya dengan yang baru. Berkeringat juga rupanya tadi. Perlahan kubalikkan tubuhnya dan segera tampak punggungnya yang putih mulus, halus dan kurengkuh tubuhnya dan kembali lidahku bermain lincah di pundak dan punggungnya hingga ke tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan kusapu dengan lidahku yang basah. “Aaaccch… ach…” desahnya yang pertama dan disusul dengan jeritan kecil tertahan dilontarkannya ketika kugigit urat lehernya dengan gemas dan tubuhnya sedikit mengejang kaku. Kuraba pangkal lengannya hingga ke siku dan dengan sedikit tekanan kuusahakan untuk meluruskannya sikunya yang secara otomatis menarik kaos yang dipegangnya ikut turun ke bawah dan dari belakang pundaknya itu.

 KLIK DISINI

Kulihat dua buah gundukan bukit yang tidak terlalu besar tapi sangat menantang dan pada bukit yang sebelah kanan tampak tonjolannya yang masih berwarna merah dadu sedangkan yang sebelah kiri tak terlihat. Kusedot kembali urat lehernya dan ia menjerit tertahan, “Aach… ach… ssshhh”, tubuhnya pun kurasakan semakin lemas oleh karena semakin berat aku menahannya. Dengan tetap dalam dekapan, kubimbing dr. Fitri menuju ke ranjang yang ada dan perlahan kurebahkan dia, matanya masih terpejam dengan guratan nikmat terhias di senyum tipisnya, dan secara refleks tangannya bergerak menutupi buah dadanya. Kubaringkan tubuhku sendiri di sampingnya dengan tangan kiri menyangga beban tubuh, sedangkan tangan kanan mengusap lembut alis matanya terus turun ke pangkal hidung, mengitari bibir terus turun ke bawah dagu dan berakhir di ujung liang telinganya.

Senyum tipis terus menghias wajahnya dan berakhir dengan desahan halus disertai terbukanya bibir ranum itu. “Ssshhh… acchh…” Kusentuhkan bibirku sendiri ke bibirnya dan segera kami saling berpagutan penuh nafsu. Kuteroboskan lidahku memasuki mulut dan mencari lidahnya untuk saling bergesekan kemudian kugesekan lidahku ke langit-langit mulutnya, sementara tangan kananku kembali menelusuri lekuk wajahnya, leher dan terus turun menyusuri lembah bukit, kudorong tangan kanannya ke bawah dan kukitari putingnya yang menonjol itu. Lima sampai tujuh kali putaran dan putingnya semakin mengeras. Kulepaskan ciumanku dan kualihkan ke dagunya. Fitri memberikan leher bagian depannya dan kusapu lehernya dengan lidahku terus turun dan menyusuri tulang dadanya perlahan kutarik tangannya yang kiri yang masih menutupi bukitnya. Tampak kini dengan jelas kedua puting susunya masih berwarna merah dadu tapi yang kiri masih tenggelam dalam gundukan bukit. Feeling-ku, belum pernah ada yang menyentuh itu sebelumnya.

Kujilat tepat di area puting kirinya yang masih terpendam malu itu pada jilatan yang kelima atau keenam, aku lupa. Puting itu mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu dan segera kutangkap dengan lidah dan kutekankan di gigi bagian atas, “Ach… ach… ach…” suara desisnya semakin menjadi dan kali ini tangannya juga mulai aktif memberikan perlawanan dengan mengusap rambut dan punggungku. Sambil terus memainkan kedua buah payudaranya tanganku mulai menjelajah area yang baru turun ke bawah melalui jalur tengah terus dan terus menembus batas atas celana panjangnya sedikit tekanan dan kembali meluncur ke bawah menerobos karet celana dalamnya perlahan turun sedikit dan segera tersentuh bulu-bulu yang sedikit lebih kasar.

“Eeehhhm… ech…” tidak diteruskan tapi bergerak kembali naik menyusuri lipatan celana panjangnya dan sampai pada area pinggulnya dan segera kutekan dengan agak keras dan mantap, “Ach…” pekiknya kecil pendek seraya bergerak sedikit liar dan mengangkat pantat dan pinggulnya. Segera kutekan kembali lagi pinggul ini tapi kali ini kulakukan keduanya kanan dan kiri dan, Gus… ugh…” teriaknya tertahan. Aku kaget juga, itu kan artinya Fitri sadar siapa yang mencumbunya dan itu juga berarti dia memang memberikan kesempatan itu untukku. Matanya masih terpejam hanya-hanya kadang terbuka. Kutarik resleting celananya dan kutarik celana itu turun.

Mudah, oleh karena Fitri memang menginginkannya juga, sehingga gerakan yang dilakukannya sangat membantu. Tungkainya sangat proporsional, kencang, putih mulus, tentu dia merawatnya dengan baik juga oleh karena dia juga kan berasal dari keluarga kaya, kalau tidak salah bapaknya salah satu pejabat tinggi di bea cukai. Kuraba paha bagian dalamnya turun ke bawah betis, terus turun hingga punggung kaki dan secara tak terduga Fitri meronta dan terduduk, dengan nafas memburu dan tersengal-sengal, “Gus…” desisnya tertelan oleh nafasnya yang masih memburu. Kemudian ia mulai membuka kancing bajuku sedikit tergesa dan kubantunya lalu ia mulai mengecup dadaku yang bidang seraya tangannya bergerak aktif menarik resleting celanaku dan menariknya lepas.

Langsung saja aku berdiri dan melepaskan seluruh bajuku dan kuterjang Fitri sehingga ia rebah kembali dan kujilat mulai dari perutnya. Sementara tangannya ikut mengimbangi dengan mengusap rambutku, ketika aku sampai di selangkangannya kulihat ia memakai celana dalam berwarna hitam dan terlihat belahan tengahnya yang sedikit cekung sementara pinggirnya menonjol keluar mirip pematang sawah dan ada sedikit noda basah di tengahnya tidak terlalu luas, ada sedikit bulu hitam yang mengintip keluar dari balik celananya. Kurapatkan tungkainya lalu kutarik celana dalamnya dan kembali kurentangkan kakinya seraya aku juga melepas celanaku.

Kini kami sama berbugil, kemaluanku tegang sekali dan cukup besar untuk ukuranku. Sementara Fitri sudah mengangkang lebar tapi lobang memeknya masih tertutup rapat. Kucoba membukanya dengan jari-jari tangan kiriku dan tampak sebuah lubang kecil sebesar kancing di tengahnya diliputi oleh semacam daging yang berwarna pucat demikian juga dindingnya tampak berwarna pucat walau lebih merah dibandingkan dengan bagian tengahnya. Gila, rupanya masih perawan.

Tak lama kulihat segera keluar cairan bening yang mengalir dari lubang itu oleh karena sudah tidak ada lagi hambatan mekanik yang menghalanginya untuk keluar dan banjir disertai baunya yang khas makin terasa tajam. Baru saat itu kujulurkan lidahku untuk mengusapnya perlahan dengan sedikit tekanan. “Eehhh… ach… ach… ehhh”, desahnya berkepanjangan. Sementara lidahku mencoba untuk membersihkannya namun banjir itu datang tak tertahankan.

Aku kembali naik dan menindih tubuh Fitri, sementara kemaluanku menempel di selangkangannya dan aku sudah tidak tahan lagi kemudian aku mulai meremas payudara kanannya yang kenyal itu dengan kekuatan lemah yang makin lama makin kuat.

“Gus… ambilah…” bisiknya tertahan seraya menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sementara kakinya diangkat tinggi-tinggi. Dengan tangan kanan kuarahkan torpedoku untuk menembak dengan tepat. Satu kali gagal rasanya melejit ke atas oleh karena licinnya cairan yang membanjir itu, dua kali masih gagal juga namun yang ketiga rasanya aku berhasil ketika tangan Fitri tiba-tiba memegang erat kedua pergelangan tanganku dengan erat dan desisnya seperti menahan sakit dengan bibir bawah yang ia gigit sendiri. Sementara batang kejantananku rasanya mulai memasuki liang yang sempit dan membuka sesuatu lembaran, sesaat kemudian seluruh batang kemaluanku sudah tertanam dalam liang surganya dan kaki Fitri pun sudah melingkari pinggangku dengan erat dan menahanku untuk bergerak. “Tunggu”, pintanya ketika aku ingin bergerak.

Beberapa saat kemudian aku mulai bergerak mengocoknya perlahan dan kaki Fitri pun sudah turun, mulanya biasa saja dan respon yang diberikan juga masih minimal, sesaat kemudian nafasnya kembali mulai memburu dan butir-butir keringat mulai tampak di dadanya, rambutnya sudah kusut basah makin mempesona dan gerakan mengocokku mulai kutingkatkan frekuensinya dan Fitri pun mulai dapat mengimbanginya. Makin lama gerakan kami semakin seirama. Tangannya yang pada mulanya diletakkan di dadaku kini bergerak naik dan akhirnya mengusap kepala dan punggungku. “Yach… ach… eeehmm”, desisnya berirama dan sesaat kemudian aku makin merasakan liang senggamanya makin sempit dan terasa makin menjempit kuat, gerakan tubuhnya makin liar.

Tangannya sudah meremas bantal dan menarik kain sprei, sementara keringatku mulai menetes membasahi tubuhnya namun yang kunikmati saat ini adalah kenikmatan yang makin meningkat dan luar biasa, lain dari yang kurasakan selama ini melalui masturbasi. Makin cepat, cepat, cepat dan akhirnya kaki Fitri kembali mengunci punggungku dan menariknya lebih ke dalam bersamaan dengan pompaanku yang terakhir dan kami terdiam, sedetik kemudian.. “Eeeggghhh…” jeritannya tertahan bersamaan dengan mengalirnya cairan nikmat itu menjalar di sepanjang kemaluanku dan, “Crooot… crooot”, memberikannya kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya bagi Fitri terasa ada semprotan kuat di dalam sana dan memberikan rasa hangat yang mengalir dan berputar serasa terus menembus ke dalam tiada berujung. Selesai sudah pertempuran namun kekakuan tubuhnya masih kurasakan, demikian juga tubuhku masih kaku.

Sesaat kemudian kuraih bantal yang tersisa, kulipat jadi dua dan kuletakkan kepalaku di situ setelah sebelumnya bergeser sedikit untuk memberinya nafas agar beban tubuhku tidak menindih paru-parunya namun tetap tubuhku menindih tubuhnya. Kulihat senyum puasnya masih mengembang di bibir mungilnya dan tubuhnya terlihat mengkilap licin karena keringat kami berdua. “Gus… thank you”, sesaat kemudian, “Ehmmm… Gus aku boleh tanya?” bisiknya perlahan. “Ya”, sahutku sambil tersenyum dan menyeka keringat yang menempel di ujung hidungnya. “Aku… gadis keberapa yang elu tidurin?” tanyanya setelah sempat terdiam sejenak. “Yang pertama”, kataku meyakinkannya, namun Fitri mengerenyitkan alisnya. “Sungguh?” tanyanya untuk meyakinkan. “Betul… keperawanan elu aku ambil tapi perjakaku juga elu yang ambil”, bisikku di telinganya. Fitri tersenyum manis.

“Fit, thank you juga”, itu kata-kata terakhirku sebelum ia tidur terlelap kelelahan dengan senyum puas masih tersungging di bibir mungilnya dan batang kemaluanku juga masih belum keluar tapi aku juga ikut terlelap.

Kumpulan Cerita Dewasa Ketagihan Dengan Kontol Gede


Kumpulan Cerita Dewasa - Malam semakin gelap saat aku menempuh perjalanan pulang dari Bali dengan mengendarai mobil. Terpaksa aku menyetir sendiri karena bosku akhirnya memutuskan untuk tinggal beberapa hari di sana. Aku melirik jam, hmmmm masih jam 9 malam dan aku baru sampai Surabaya. Wah, sampai Jakarta jam berapa nih, pikirku. Mataku pun sudah tidak bersahabat, seperti ditimpah 10kg. Dengan kondisi seperti ini kupikir tidak akan mungkin melanjutkan perjalanan sampai Jakarta, karena malah akan berbahaya. Kuputuskan harus mencari tempat istirahat. Lalu laju mobil pun mulai kupelankan, dan mataku mulai melihat di jalan barangkali ada tempat istirahat.

Kemudian mataku tertuju pada sebuah rumah Aku pun segera membelokkan mobil dan kuparkir tepat di depan rumah itu. Di terasnya kulihat sedang duduk 4 orang wanita dengan pakaian yang cukup sexy. Aku masih belum berpikir yang aneh-aneh waktu itu. Yang terpenting bagiku saat ini adalah beristirahat dan melepas lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.

Saat aku berjalan ke arah teras, salah seorang dari mereka menghampiriku dengan gaya yang centil dan manja,

“Cari apa bang??”

Mataku yang sedari tadi sudah cukup mengantuk sontak saja langsung melek lagi. Wanita itu kira-kira berusia 19-22 tahunan mengenakan kaus ketat berbelahan dada rendah warna abu2 itu, dipadu dengan bawahan rok jeans pendek. Sekilas kulihat 2 tonjolan di sana seperti terjepit ingin meronta keluar, dengan belahan yang masih indah di tengahnya. Mendapati pemandangan seperti itu, aku menjadi tergagap-gagap,

“mau nyari tempat istirahat, capek banget dari tadi nyetir mulu”
“yuk ikut Rena masuk dulu, Kalo pegel-pegel, kita juga bisa mijitin kok.”

Tangannya langsung menggandengku dan menempelkan payudaranya ke lenganku sembari tersenyum nakal. Rena berkulit putih bersih sekali, tubuhnya langsing montok, memakai kaus you can see berwarna putih dan pakai celana jeans pendek ketat. Wajahnya sangat cantik dan imut.

“Kita langsung kekamar aja yah, kalau masalah tarif mah gampang asal maknyosss” kataku karena sudah terpikat dengannya.
“aahh mass, yang penting mah puas.” kata Rena.

Kamar itu tidak terlalu besar dengan penerangan sebuah lampu kecil yang memberikan sensasi remang-remang. Disudut ruangan ada meja dan bangku kecil. Ketika masuk ke dalamnya aku disambut oleh wangi aroma parfum yang membuatku rileks dan nyaman.

Ketika aku masih termangu melihat keadaan sekeliling, suara Rena yang lembut mengejutkanku.

“Ayoo dibukaa bajunya sama celana mass, susah mijetnya kalau gitu”, jadi pijit ga? Kok malah bengong di pintu aja?”
“Eh, iya ya… Oke… Oke…” aku pun segera membuka bajuku dan celanaku lalu mengambil posisi di tempat tidur.

Masih ada sedikit rasa risih untuk hanya mengenakan boxer di depannya. Namun saat aku menatap wajah manis nan sensual serta melirik sedikit ke bawah lehernya di mana tergantung dua buah gundukan padat serta berisi itu, akal sehatku terkalahkan. Akhirnya kulepas juga celana panjangku dengan dibantu olehnya.

Dia lalu menuangkan sedikit lotion di tangannya lalu dia balurkan ke punggung dan mulai mengurutnya. Ah, nyaman nikmat sekali rasanya ketika tangan mungil nan halus itu mulai menyapu punggungku dari atas sampai hampir pada bokongku. Penat yang dari tadi pagi kurasakan seolah perlahan-lahan mulai sirna.

Selesai dengan punggung, dia lanjutkan dengan kakiku. Dia mulai mengurut otot kaki bagian bawah. Dari telapak kaki dia mulai bergerak ke atas menuju paha. Ketika mengurut pada pangkal pahaku, entah sengaja atau tidak sesekali dia menyentuh kedua pelerku. Aku pun sedikit terkejut, namun sepertinya dia menanggapinya dengan biasa.

“Ayo coba balik badan, Rena mau mengurut leher dan bagian depan” dia memintaku penuh kelembutan.

Aku pun segera menurutinya, kubalik badanku sehingga sekarang dalam posisi berbaring. Dia mulai mengusapi badanku dengan lotion. Saat itu baru kusadari bahwa dia sangat manis, dengan payudara yang bergoyang-goyang saat dia mengusap badanku dengan lotion.

Tiba-tiba tanpa diduga dia duduk diatas perutku, dan mulai mengurut leherku. Tapi aku hanya diam saja dan menikmati keadaan ini. Mataku tak lepas dari dua toket kembar yang sedari tadi bergoyang-goyang menantang, dan tampaknya dia mulai menyadari kalau aku memperhatikannya.

lalu dia mengambil tanganku, mengurutnya, sambil menempelkan punggung tanganku ke dadanya. Wow, kurasakan sesuatu yang masih kenyal dan kencang di sana, Kemaluanku yang dari tadi sudah setengah menegang menjadi full menegang.

Tanpa sadar tangan kananku mulai memegang-megang sambil sedikit meremas payudara yang masih padat itu.

“Ihh, Tangan mass nakall, Suka ya?” jawabnya nakal.
“Aku gemes banget ngeliatnya. Masih bagus banget ya? Boleh lihat ga?” entah setan mana yang merasukiku hingga aku berani berkata demikian.

 KLIK DISINI

Tanpa kuduga, dia pun segera melepas tank top-nya, sehingga kali ini kulihat dengan jelas dua bukit kembar itu bergantung dekat sekali dengan wajahku. Tanganku pun segera menangkapnya, bermain-main, serta memilin-milin lembut putingnya. Perlahan namun pasti puting kecil yang berwarna coklat kehitaman itu pun mengeras, dan payudara yang masih ranum itu mulai mengencang.

Rena mulai gelisah, wajahnya mulai memerah. Tanpa dia sadari, dia semakin bergeser ke arah bawah dari tubuhku. Dia terkejut ketika pantatnya menyenggol sesuatu yang sudah mengeras dari tadi. Lalu kurengkuh dia ke dalam pelukanku, kudaratkan ciuman di bibirnya yang lembut itu. Lidahku mulai menyapu bibirnya dan memaksa masuk ke dalam mulutnya. Kami pun saling memagut satu sama lain. Tanganku terus bergerilya dan mulai menurunkan rok pendeknya hingga kini dia hanya mengenakan celana dalam saja.

Kami pun segera bertukar posisi, dia kubaringkan di kasur dan segera saja kulepas celana dalamnya yang sudah mulai basah itu. Hmm, ada aroma khas yang kucium. Rena pun membuka kedua pahanya, dan tampaklah sebuah belahan merah dengan bibir yang masih cukup rapat berkilauan karena dihiasi oleh cairan memek. Rambut kemaluannya yang baru mulai dicukur semakin membuat gairahku bergelora.

Perlahan kujilati dari luar ke dalam, sambil sesekali memberikan gigitan kecil di luarnya. Akibat ulahku itu terkadang dia sedikit mengerang namun tertahan. Kusibakkan bibir itu dengan lidahku dan kurasakan ada tonjolan kecil di atasnya. Kuhisap dalam-dalam dan kumainkan dengan lidahku, sementara jariku mulai menyelinap ke dalam celah yang sudah basah dan hangat. Jariku mulai leluasa bergerak keluar masuk karena liang itu sudah licin. Ketika jariku semakin cepat dan lidahku semakin liar, Rena pun mulai menegang dan gelisah. Sampai akhirnya dia menjerit dengan sedikit tertahan,

“Aakkkkhh Maasss Aahhhss Mmmmhhhsss Laggiiii Bentar lagii renaaa keluuar!!”

Mendengar permintaannya, aku pun semakin menggila, dan kemudian dia menggelinjang. Tangannya menarik rambutku, sementara pahanya menjepit kepalaku, dan kurasakan denyut-denyut di jariku yang ada di dalam sana. Desahannya sangat lembut sekali aku jadi semakin gila melihatnya.

”Aaaakkkhhhh…. Ouuuuch….. Hufffhh… Aa’nakal……”

Kurasakan semacam cairan bening dan hangat mengalir di jariku. Tubuh Rena mulai melemas dengan nafas yang terengah-engah. Kusodorkan jari-jemariku yang masih basah ke mulutnya. Dengan serta merta dia pun menjilati jariku. Hal ini membuat kemaluanku semakin keras saja. Aku pun segera melepas celana boxerku, dan menyodorkan batangku yang sudah demikian keras ke mulutnya.

Rena pun tanggap dan segera mengulum kemaluanku. Mulutnya yang mungil itu terlihat penuh oleh batangku yang memang terbilang di atas rata-rata. Mulanya aku kasihan melihatnya, namun sepertinya dia malah menikmatinya dan hal itu mulai membangkitkan kembali hasrat birahinya. aku sedikit memaju mundurkan pantatku sehingga aku seperti mengentot mulutnya. Benar-benar luar biasa sensasi yang kurasakan,

“Masss, ayo buruan masukin, Renaa udah gak tahan lagi nih.” katanya memelas.

Lalu kucabut penisku dari mulutnya dan perlahan kugesekkan ke permukaan bibirnya yang memang sudah basah dari tadi. Dia sedikit mengejang ketika bibir licin nan sensitif itu bertemu dengan kepala penisku. Akhirnya setelah kurasa cukup licin, kumasukkan kemaluanku ke dalam liang memeknya secara perlahan. Awalnya dia melenguh, namun setelah beberapa kali kugerakkan tampaknya dia sudah mulai bisa menyesuaikan. Rasanya luar biasa ketika penisku berada di dalam rongga2nya, masih begitu ketat dan menggigit. Denyut-denyut di dinding vaginanya sangat bisa kurasakan.

“Aahhhss aahhhss Eennnakk Maass! mmmmhhh.” katanya memelas.

Gerakanku semakin lama semakin cepat, dan Rena pun semakin gelisah kembali. Dia mulai meremas pinggulku dan menarik-narik rambutku. Tubuhnya menegang dan menggelinjang sekali lagi. Denyut-denyut di dalam sana semakin kuat terasa dan tiba-tiba gerakanku terasa sangat licin. Kulihat banyak sekali cairan bening yang melumuri batangku. Tubuh Rena kembali melemas dan lunglai. Aku pun mulai mengurangi kecepatan gerakanku. Kucium keningnya, bibirnya, lehernya, dan kulumat habis kedua putingnya.

“Sayang sekarang gantiian ya, Rena yang diatas.” dia meminta.

Rupanya dia sudah mulai terangsang lagi oleh cumbuanku.

Kami pun segera bertukar posisi, kali ini dia berada diatasku. Dia pun mulai mengambil posisi berjongkok di atas perutku. Secara perlahan batangku sudah masuk di dalamnya. Rena mulai bergerak naik turun, dan sesekali menjepit batangku di dalamnya. Gerakan itu membuatku semakin gila. Sensasi yang dihasilkan sungguh luar biasa.

“Oouugg sshhh Sshhh aahh oouughh sshhtt” desahnya menikmati genjotanku.
“Aahhh mmmhh ennakk goyagannmu sayang” katanya memelas.
“mmmhh mmmmhh mmmmhh kontoll besaar emangg nikmattt” katanya memelas.

Gerakannya semakin lama semakin cepat. Rena pun mengenjot pantatnya naik turun dengan kencang membuatku semakin terangsang, tangannya meremas2 payudaranya sendiri, desah2nya muncul dengan lembut.

“Ahh..ahh..ahh… Aduh enak sekali, maass Punya mass gede banget, nikmat banget ada di dalem. Owh… renaa pengen keluar lagi….Ufhhh…”

Tubuhnya menegang dan menggelinjang lagi untuk yang ketiga kalinya. Setelah itu dia pun ambruk di atas dadaku dengan nafas yang terengah-engah. Hasrat birahiku yang sudah semakin tinggi dan akan segera meledak seolah memberikan kekuatan yang luar biasa. Dia hanya bisa pasrah sambil terus mendesah,

“Ahh..ahh..ahh… Ayo sayangg, keluarin di dalem aja… Rena udah ga tahan…”

Akhirnya semburan Spermmaa putih kental di dalam vaginanya. Seluruh ototku seperti berkelojotan melepaskan semua hasrat itu. Cairan putih itu mengalir melewati celah merah yang merekah itu dan sebagian jatuh ke kasur. Aku pun segera mengambil tempat disisinya, kupeluk erat dirinya. Rena pun seolah tidak mau aku tinggalkan, dia memelukku erat-erat. Kami pun berciuman dengan lembut di bibir.

Kumpulan Cerita Dewasa Aku Yang Dipuasin Cowok Lain


Kumpulan Cerita Dewasa - Aku telah lama tidak menikmati pelukan laki-laki sejak suamiku bekerja di Arab. Mulai saat itu suamiku hanya pulang setiap 6 bulan sekali. Itupun hanya 1 minggu di rumah. Waktu lainnya ia gunakan untuk keperluannya sendiri. Hidupku tenggelam dengan kesibukan kerja di tempat usahaku, sebuah rumah makan yang cukup ramai. Aku sering membayangkan betapa nikmatnya melakukan hubungan intim dalam suasana romantis.

Dorongan hati kadang-kadang tidak terbendung merasakan nikmatnya remasan, jilatan dan pelintiran tangan di puting susuku, ciuman yang menjalan dari leher turun ke bawah dan berhenti di vaginaku. Ooo… hhhh… kapan aku dapatkan?. Bayangan itu hanya aku nikmati dalam khayalan setelah membaca buku cerita sex romantis. Aku masih muda, aku baru berumur 32 tahun. Pada Sabtu pagi ketika anakku pamitan menginap dirumah kakakku, terasa hatiku sepi. Gerimis di luar menambah hatiku berontak, aku telah dibelenggu waktu. Apakah aku sedang menunggu? Apa yang sedang aku tunggu? Bukankah hidup ini berjalan terus tanpa putus? Mengapa aku menyia-nyiakan hidupku? Apa yang aku inginkan sekarang? Yah… aku ingin menikmati belaian laki-laki. Suamiku tidak mungkin memberikan, ia tidak ada disini, masih 5 bulan lagi baru bisa pulang. Kata teman-temannya disana juga banyak perempuan yang bisa diajak kencan. Pasti suamiku juga telah menggunakan sebagian penghasilannya menikmati perempuan disana. Sebagai wanita normal aku juga ingin laki-laki yang bisa memberi aku kepuasan. Tapi siapa dan dimana?

Rasa berat antara perasaan ya dan tidak, akhirnya aku keluar rumah, aku sengaja tidak membawa kendaraan, aku mau naik kendaraan umum saja. Aku naik taksi tanpa tujuan pasti, aku tidak tau mau kemana. Ketika sopir taksi menanyakan arah tujuan, aku menjadi kebingungan. Akhirnya dengan sekenanya aku katakan “ke Taman Ismail Marjuki”. Disana aku turun, meskipun aku telah lima tahun tinggal di Jakarta, tapi tempat ini baru pertama kali aku kunjungi. Aku ragu melangkah arah, mau kemana di Taman Ismail Marjuki? Akhirnya aku ke gedung bioskop, aku pura-pura melihat iklan film yang mau aku tonton. Sebenarnya pikiranku tidak nyambung dengan penglihatanku. Jadi apa yang aku lihat, tidak masuk ke otakku. Keinginan yang menggebu dari rumah untuk dapat menikmati laki-laki menjadi hilang.

Aku seperti orang linglung. Akhirnya aku duduk di tempat tunggu sambil merencanakan pulang. Keramaian pengunjung bioskop membawa pandanganku tertuju pada seorang laki-laki dengan umur kira-kira 40 tahun bersama anak-anak remaja perempuan. Kelihatan mereka berbincang membicarakan rencana kegiatan. Akhirnya remaja-remaja itu pergi meninggalkan laki-laki itu sendirian. Laki-laki itu kemudian melangkah duduk disebelahku sambil membuka koran. Mungkin karena yang duduk disitu hanya aku dan dia, maka ia menawari aku membaca majalah milik anaknya. “Terima kasih Pak…” dan aku meraih majalah itu. “Bapak mengantar anak-anak mau nonton film?” aku mencoba membuka pembicaraan.

“Tidak Bu.. anak saya kesini tidak untuk menonton film. Mereka kumpul dengan teman-temannya karena mau menjadi pager ayu di pesta kawinan”. “Ooo… wah bapak harus sabar juga menunggu mereka sampai selesai”. “Tidak Bu, mereka disini hanya rias wajah dan pakaian, kemudian mereka dijemput ke Taman Mini sampai malam. Pulangnya mereka diantar dari sana. Ibu juga sedang menunggu putra ibu? “Ooo.. tidak Pak, saya tadi ingin nonton film, tapi ternyata film yang mau saya tonton sudah tidak diputar lagi” aku menjawab sekenanya. Untung dia tidak menanyakan nama film itu. Kemudian aku dan dia tenggelam dalam obrolan biasa sampai obrolan rumah tangga.

Dari ceritanya aku tahu kalau Istrinya lagi keluar kota mengantar orang tuanya kembali ke kampung. Obrolan itu cukup mengasikkan sehingga melupakan mengapa aku sampai ke Taman Ismail Marjuki. Kemudian ia kembali asik membaca kembali korannya, tapi aku malah melamun.

“Ibu sendirian? Dimana rumah ibu?” kembali dia memecahkan lamunanku. Aku sedikit kaget mendengar suaranya. “Ya Pak, saya tinggal di daerah Rawamangun” jawabku.

“Kalau ibu mau pulang sekarang, kita bisa sama-sama, saya mau ke bengkel di Kelapa Gading.” Aku tidak menyambut tawaran itu karena aku belum ingin pulang. “Terima kasih Pak, ngak usah repot-repot, saya masih ada keperluan di tempat lain”.

“Oh begitu, barangkali tempat lain itu satu arah dengan tujuan saya, kita bisa melanjutkan obrolan tadi. Ibu kan belum cerita keluarga ibu?”. Akhirnya aku terima tawaran itu dan aku naik ke mobilnya. Ketika sudah ada di atas mobil, ia tidak segera menjalankan. Mungkin ada yang ditunggu? “Bu, maaf apakah ibu punya waktu kalau kita jalan-jalan sebentar sambil ngobrol? Saya kok merasa cocok dengan obrolan tadi”. “Boleh juga pak, saya hari ini juga tidak ada kegiatan yang perlu saya selesaikan”.

Akhirnya aku mengenali namanya “Siswanto” dan aku mengenalkan diri “Dewi”. Keakraban kami berdua menyebabkan cerita itu berubah menjadi cerita pribadi, cerita kehidupan seks. Ia menceritakan hubungan dengan istrinya sangat terbatas, karena istrinya seorang pramugari jalur luar negeri, sehingga sering ditinggalkan. Umur istrinya 3 tahun lebih tua dari Mas Siswanto. Sedangkan aku menceritakan suamiku bekerja di luar negeri dan kontrak kerja baru berakhir tahun depan. Mulai saat itu kita sepakat, aku memanggilnya Mas Siswanto dan ia memanggilku Dewi.

“Masih lima bulan lagi saya bisa ketemu suami” kataku. Entah awalnya bagaimana, tangan kami saling meremas. Sambil menyetir, tangan kiri mas Siswanto meraba pahaku. Aku diam saja ketika tangan kiri itu menyusup dibawah rok.

Namun ketika jarinya berusaha meraih celana dalamku, aku pegang dan aku tampik. “Jangan Mas” aku menolak. “Kemana kita Dewi… aku ingin bisa ngobrol dengan tenang” katanya. “Terserah Mas Siswanto..” Saat itu birahiku bangkit kembali, aku melirik ke mukanya, dalam hati aku berkata, apakah laki-laki ini yang akan memberiku kepuasan? Aku tidak punya pengalaman mengenai ini. Ia kembali meletakkan tangannya di pahaku sambil menarik rokku. Ia dengan bebas memegang paha mulusku. Sesekali tangannya lebih ke atas sehingga menyentuh celana dalam bagian tengah agar bisa mengusap barang yang ada diantara pahaku. Aku tidak memperhatikan jalan lagi ketika mobil itu masuk ke jalan tol. Dia meminta tanganku membuka celananya. Yah saat itu birahiku juga mulai muncul.

Ketika aku kesulitan membuka resletingnya, Mas Siswanto meminggirkan mobilnya dan dia sendiri yang membuka resleting celananya, kemudian mengeluarkan kontolnya yang telah berdiri tegak. Ketika mobil bergerak kembali, tangan kananku diminta memegangi kontolnya, aku merasakan kontol itu panas dengan denyut nadinya yang keras. Tiba-tiba aku merasa ngantuk dan aku tertidur di sandaran mobil. Dalam tidurku aku masih bisa merasakan tangan Mas Siswanto sesekali menyentuh bibir dan hidungku, kemudian meraba susuku yang tertutup baju dan BH, kadang-kadang mengelus pahaku dan mengusap-usap memekku yang tertutup celana dalam. Rasa kantuk ku lebih kuat sehingga pegangan tanganku di kontolnya lepas. Aku tidur, aku kantuk sekali, aku masa bodoh dengan rabahannya.

Entah berapa lama kemudian, aku terbangun dan mobil sudah terparkir di suatu penginapan yang tertutup di wilayah Puncak. Mas Siswanto turun dan membimbingku menuju kamar. Aku duduk ditepi tempat tidur sambil makan pisang dan minum jus yang telah tersedia diatas meja kamar hotel. Tiba-tiba Mas Siswanto merebahkan aku di kasur. Kakiku masih menjuntai di lantai ketika Mas Siswanto mencium dengan ganas. Aku pasrah ketika tangannya menyusup diantara Bhku mencari susuku.

“Aku pengin banget Dewi…” ia membisikkan di telingaku. Aku didorong rebah ke tempat tidur.

Aku pura-pura jual mahal, aku pegangi bajuku agar dia tidak mudah membuka. Aku masih ingin memperoleh ciuman Mas Siswanto lebih lama sebelum dimulai dengan yang lebih intim. Ternyata ia tidak memaksaku. Sambil menindih badanku, Mas Siswanto mulai menciumi kembali mukaku, leherku dan bibirku dikecup dengan kuat. Kemudian ciuman itu bergeser ke telinga terus ke belakang telinga, sehingga membuat aku merinding nikmat. “Ooohhh…… sss… ttttt” eranganku mulai terdengar.

Setelah puas menciumi belakang telinga, ciuman itu bergeser ke arah pundak. Rasanya nikmat sekali seperti terbang, yah aku haus kenikmatan seperti ini. Geseran bibirnya semakin turun ke dada. Tangan mas Siswanto mulai membuka satu persatu kancing baju atasanku. Kemudian ciumannya bergerak di dada. Badanku digulingkan sedikit ke kiri agar tangannya dapat melingkar ke badanku untuk membuka kancing Bhku. Sekali raih Bhku terlepas dan kedua susuku tersembul.

Mata mas Siswanto terbelalak memandangi susuku yang tidak begitu besar tapi kencang dan putingnya yang berwarna coklat tampak sudah mengeras karena sudah terangsang. Ia kelihatan kagum memperhatikan susu yang masih ranum. Dengan pelan-pelan hidungnya diusapkan di puting susuku kemudian kumisnya ia geser-geserkan. Aku bagaikan melayang…

“Maa.. sss… oo… hhhh…” aku mengerang nikmat. “Ter… r.. uss mas, kenyot yang kuat… M.. a.. s… oo.. hhh” pintaku keenakan. Tangannya meremas susuku semakin kencang, sehingga nafasku terengah semakin memburu.

Ketika puas menikmati susuku, mulut panas itu bergeser ke bawah diantara pusarku. Tangannya langsung menjambret rok bawah. Untung rok itu pakai karet sehingga ketika ditarik tidak rusak. Tanpa menunggu waktu, tangan satunya telah memelorotkan celana dalamku. Terpampang pemandangan indah mempesona dan sangat menggairahkan dihadapan Mas Siswanto, memekku yang ditutupi rambut-rambut jembut yang sangat lebat dan keriting itu, sekarang telah ada dimuka Mas Siswanto siap dihidangkan. Mas Siswanto menarik napas panjang dan meloncat turun membuka baju dan celananya sendiri.

 KLIK DISINI

Kini hanya tertinggal celana dalam saja yang belum dibuka. Dada bidang berbulu milik Mas Siswanto sangat mempesona. Vagina, dalam bahasa daerahku disebut turuk, di dalamnya ada daging sebesar ujung kelingking terjepit diantara bibir vagina. Daging itu namanya klitoris atau kelentit dan dalam bahasa daerahku disebut itil. Turukku dan itilku terasa tebal karena aku sudah sangat terangsang.

Dengan penuh nafsu Mas Siswanto kembali meremas susuku, menghisap pentil susuku. Hisapan itu dengan perlahan turun ke perut, ke pusar terus ke turukku. Namun kemudian Mas Siswanto mengalihkan hisapan ke pangkal pahaku. Ia menjilati dan menghisap pangkal pahaku sampai puas, sedangkan tangan kanannya mengusap-usap bagian luar turukku.

Aku masih dalam posisi rebah di tepi tempat tidur. Badanku ada di atas kasur sedangkan kedua kakiku terjuntai ke bawah.

Posisi ini sangat pas buat Mas Siswanto yang mulai berjongkok dihadapan selangkanganku dan mendekatkan mulutnya ke turukku. Tangan Mas Siswanto membuka bibir turukku yang membasah oleh lendir birahi dan lidah Mas Siswanto mulai menyentuh itilku. Aku menjerit nikmat….. “Haa… ooo…… hhhh… ssttttt… haa… ooo… hhhh… ssttttt…… haa… ooo…… hhhh… ssttttt” aku mengangkat pantatku biar lidah Mas Siswanto bisa lebih leluasa menjilat itilku. Aku belum pernah senikmat ini memperoleh dari suamiku.

Aku bermain cinta dengan suamiku tanpa ada rangsangan, begitu buka baju, langsung kontol suamiku ditancapkan. Baru kali ini aku menikmati kewanitaanku, aku benar-benar wanita yang merasakan gairah cinta yang sebenarnya. “Haa… ooo…… hhhh… ssttttt… haa… ooo… hhhh… ssttttt…… terruuusss… ter… us” Ooo… hhhh… ssttttt…… terruuusss… ter… us” Mas Siswanto tidak berhenti disitu. Tiba-tiba itilku dihisap lembut. Aku kembali menjerit nikmat. “Aaaaa…… ooohh… hhh…… Mas……… ss”

“Ttt… ee…… r.. r r… uuusssssss……” Aku terengah-engah merasakan geseran bibir dan hisapan yang bergantian. Kemudian hisapan itu semakin kuat, kuat dan kuat…… aku menjadi tidak tahan, kepalaku aku goyangkan ke kanan dan kiri, pantatku aku naikkan lebih ke atas, tanganku meremas kasur busa… dan…… tiba-tiba denyutan yang tiada tara nikmatnya menjalar melalui pinggulku menuju arah itilku. Nikmat… nikmat sekali. Denyutan itu terjadi beberapa kali dan semakin memanjang… akhirnya hilang.

Aku mencapai puncak orgasme, puncak kenikmatan yang tertinggi. Aku baru sekali ini merasakan. Tujuh tahun dalam hidup rumah tanggaku aku belum pernah merasakan senikmat ini dengan suamiku. Badanku lemas.. dan mataku terpejam nikmat melepas denyutan. Tiba-tiba Mas Siswanto berdiri, ia membuka celana dalamnya… ia merapatkan pinggulnya ke pinggulku. Tangannya memegang kontol yang telah mengacung tegak. Aku belum sadar saat itu, aku masih menikmati orgasmeku. Ketika ia membuka kedua pahaku, mataku terbuka aku harus bergantian memberikan kepuasan kepada Mas Siswanto.

Aku bangkit, aku pegang kontol itu… kencang seperti batu. Mas Siswanto membisikkan kata-kata agar aku mengenyot kontolnya. Aku ragu, aku belum pernah seperti itu. Tapi bukankah tadi Mas Siswanto menjilati turuk dan itilku? Bukankah aku telah menerima kenikmatan birahi dari jilatannya? Dengan rasa ragu aku mendekatkan mulutku dan memasukkan kontolnya ke dalam mulutku. Mas Siswanto mendorong kontolnya masuk lebih dalam ke mulutku, aku malah terbatuk sehingga mau muntah. Akhirnya Mas Siswanto mengurungkan permintaannya. Kembali Mas Siswanto merebahkan aku di pinggir tempat tidur. Ia tidak lagi meminta aku mengenyot kontolnya.

Ia membuka selangkanganku dan kontolnya ia pegang dengan tangan kanan mulai digosok-gosokkan ke bagian itilku. Mungkin maksudnya agar kepala kontolnya basah dengan cairan birahiku. Mula-mula terasa geli. Kemudian geli itu berubah menjadi nikmat. Aku mulai terangsang lagi. Kepala kontolnya digeser-geser semakin dalam. Aku mulai mendesah nikmat. Setelah cukup lama dengan permainan itu, kedua tangan Mas Siswanto meraih kakiku diangkat ke pundaknya. Aku belum pernah menikmati permainan senggama seperti ini.

Mas Siswanto mulai menggerakkan maju mundur kontolnya. Separuh kontolnya sudah masuk ke liang peranakanku. Tiba-tiba ia mendorong dengan satu gerakkan dan kontolnya amblas masuk seluruhnya ke turukku. Aku menjerit ketika menerima hentakan itu, ada sedikit rasa ngilu ketika kontol itu masuk seluruhnya. Kembali gerakkan maju mundur dilakukan sangat pelan……… aku merasakan turukku mulai berdenyut menjepit kontol Mas Siswanto. Tampaknya Mas Siswanto menikmati sekali denyutan turukku yang memeras kontolnya sehingga terasa lebih sempit.

“Aaaaa… ooo… hhh… hhaaahhhhh… haaahhhhhh…………” “Aaaaa… ooo… hhh… hhaaahhhhh… haaahhhhhh………… te… rus…………” Mulutku tidak bisa diam… rasa nikmat menjalar dari dalam pinggangku… ke paha dan kaki. Susuku yang mengencang ingin sekali diremas. Turukku yang berdenyut-denyut ingin diberi gerakkan kontol yang lebih cepat. Aku menarik tangan Mas Siswanto yang bertumpu di kasur ke arah susuku. Aku minta dia meremas.

“Ma.. sss… r.. e.. Mas…… rem… aaa… sss k.. u.. a…t”. Mas Siswanto mulai meremas susuku sambil menggerakkan maju mundur pinggulnya.

Jepitan turukku semakin kuat ketika jari Mas Siswanto menarik puting susuku yang tampak sudah mengacung dengan tingginya karena sudah sangat-sangat terangsangnya oleh persetubuhan ini. Aku mulai menggoyang pantatku untuk menambah kenikmatanku.

Begitu juga kepalaku mulai bergerak ke kanan dan kiri. kontol Mas Siswanto memompa keluar masuk turukku semakin cepat, aku semakin merasakan nikmatnya persetubuhan ini. Kelihatannya Mas Siswanto tidak tahan lama, karena kelihatan dari gerakkannya yang semakin cepat. Ganti suara erangan kenikmatan Mas Siswanto yang lebih keras dari eranganku.“Aaa… aaaa.. hhhh… Aaa… aaaa.. hhhh… Aaa… aaaa.. hhhh… Aaa… aaaa.. hhhh…”“akuu.. mm..aa..uu.. ke..lll..uu..aa..rr “Sa.. ma… s.. a… m.. a……… ki.. ta… b a r.. e… n.. g…… M a a.. a… a…… a………”

Aku menjerit tidak bisa bisa meneruskan kata-kataku. Ketika gerakan, Mas Siswanto sangat cepat, terasa badanku berkontraksi.. dengan kenikmatan yang lebih hebat dibandingkan kenikmatan sebelumnya. Begitu juga aku Mas Siswanto mengejang, mendorong kontolnya sampai ke pangkal paha. Aku merasakan peju Mas Siswanto menyemprot beberapa kali membasahi rahimku. Mas Siswanto jatuh tertelungkup lemas menindih dalam pelukanku, ia merangkul kuat dan mukanya dibenamkan diantara kedua susuku.

Setelah beberapa lama, Mas Siswanto kembali mengenyot susuku, menciumi leherku, memainkan kumisnya di daguku serta menyedot lembut bibirku. Pelukan Mas Siswanto semakin mengendor, begitu juga kontol dalam turukku ikut mengendur. Kemudian Mas Siswanto berdiri mencabut kontolnya dan merebahkan badannya di kasur. Ia tertidur pulas tanda puas. Aku juga tertidur pulas sambil berpelukan.