Saturday, June 13, 2020

Kumpulan Cerita Dewasa Menikmati Tubuh Bahenol Cina


Kumpulan Cerita Dewasa - Namaku Hengky, berasal dari kawasan Timur Indonesia, tinggal di Surabaya. Isteriku Shinta yang terpaut lima tahun dariku telah dipanggil menghadap hadirat penciptanya. Tinggal aku seorang diri dengan dua orang anak yang masih membutuhkan perhatian penuh.

Aku harus menjadi ayah sekaligus ibu untuk mereka. Bukan hal yang mudah. Sejumlah teman menyarankan untuk menikah lagi agar anak-anak memperoleh ibu baru. Anjuran yang bagus, tetapi saya tidak ingin anak-anak mendapat seorang ibu tiri yang tidak menyayangi mereka. Karena itu aku sangat hati-hati. Kehadiran anak2 jelas merupakan hiburan yang tak tergantikan. Trisnawati kini berusia 10 tahun dan Budi adiknya berusia enam tahun. Anak-anak yang lucu dan pintar ini sangat mengisi kekosonganku. Namun kalau anak-anak lagi berkumpul bersama teman-temannya, kesepian itu senantiasa menggoda. Ketika hari telah larut malam dan anak-anak sudah tidur, kesepian itu semakin menyiksa. Sejalan dengan itu, nafsu birahiku yang tergolong besar itu meledak-ledak butuh penyaluran.

Beberapa teman mengajakku mencari wanita panggilan tetapi aku tidak berani. Resiko terkena penyakit mengundurkan niatku. Terpaksa aku bermasturbasi. Sesaat aku merasa lega, tetapi sesudah itu keinginan untuk menggeluti tubuh seorang wanita selalu muncul di kepalaku.

Tidak terasa 3 bulan telah berlalu. Perlahan-lahan aku mulai menaruh perhatian ke wanita-wanita lain. Beberapa teman kerja di kantor yang masih lajang kelihatannya membuka peluang. Namun aku lebih suka memiliki mereka sebagai teman. Karena itu tidak ada niat untuk membina hubungan serius. Di saat keinginan untuk menikmati tubuh seorang wanita semakin meningkat, kesempatan itu datang dengan sendirinya.

Senja itu di hari Jumat, aku pulang kerja. Sepeda motorku santai saja kularikan di sepanjang Jalan Darmo. Maklum sudah mulai gelap dan aku tidak terburu-buru. Di depan hotel Mirama kulihat seorang wanita kebingungan di samping mobilnya, Suzuki Baleno. Rupanya mogok. Kendaraan-kendaraan lain melaju lewat, tidak ada orang yang peduli. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak tahu apa yang hendak dilakukan. Rupanya mencari bantuan. Aku mendekat.

“Ada yang bisa saya bantu, Mbak?” tanyaku sopan. Ia terkejut dan menatapku agak curiga. Saya memahaminya. Akhir-akhir ini banyak kejahatan berkedok tawaran bantuan seperti itu.
“Tak usah takut, Mbak”, kataku.”Namaku Hengky. Boleh saya lihat mesinnya?”

Walaupun agak segan ia mengucapkan terima kasih dan membuka kap mesinnya. Ternyata hanya problema penyumbatan selang bensin. Aku membetulkannya dan mesin dihidupkan lagi. Ia ingin membayar tetapi aku menolak. Kejadian itu berlalu begitu saja. Tidak kuduga hari berikutnya aku bertemu lagi dengannya di Tunjungan Plaza. Aku sedang menemani anak-anak berjalan-jalan ketika ia menyapaku. Kuperkenalkan dia pada anak-anak. Ia tersenyum manis kepada keduanya.

“Sekali lagi terima kasih untuk bantuan kemarin sore”, katanya,”Namaku Selly. Maaf, kemarin tidak sempat berkenalan lebih lanjut.”

“Aku Hengky”, sahutku sopan. Harus kuakui, mataku mulai mencuri-curi pandang ke seluruh tubuhnya. Wanita itu jelas turunan Cina. Kontras dengan pakaian kantor kemarin, ia sungguh menarik dalam pakaian santainya. Ia mengenakan celana jeans biru agak ketat, dipadu dengan kaos putih berlengan pendek dan leher rendah. Pakaiannya itu jelas menampilkan keseksian tubuhnya. Buah dadanya yang ranum berukuran kira-kira 38 menonjol dengan jujurnya, dipadu oleh pinggang yang ramping. Pinggulnya bundar indah digantungi oleh dua bongkahan pantat yang besar.

“Kok bengong”, katanya tersenyum-senyum,”Ayo minum di sana”, ajaknya.

Seperti kerbau dicocok hidungnya aku menurut saja. Ia menggandeng kedua anakku mendahului. Keduanya tampak ceria dibelikan es krim, sesuatu yang tak pernah kulakukan. Kami duduk di meja terdekat sambil memperhatikan orang-orang yang lewat. “Ibunya anak-anak nggak ikut?” tanyanya.

Aku tidak menjawab. Aku melirik ke kedua anakku, Tisnawati dan Budi. Trisnawati menunduk menghindari air mata.

“Ibu sudah di surga, Tante”, kata Budi polos. Ia memandangku.
“Isteriku sudah meninggal”, kataku. Hening sejenak.
“Maaf”, katanya,”Aku tidak bermaksud mencari tahu”, lanjutnya dengan rasa bersalah.

Pokok pembicaraan beralih ke anak-anak, ke sekolah, ke pekerjaan dan sebagainya. Akhirnya aku tahu kalau ia manajer cabang satu perusahaan pemasaran tekstil yang mengelola beberapa toko pakaian. Aku juga akhirnya tahu kalau ia berusia 32 tahun dan telah menjanda selama satu setengah tahun tanpa anak. Selama pembicaraan itu sulit mataku terlepas dari bongkahan dadanya yang menonjol padat. Menariknya, sering ia menggerak-gerakkan badannya sehingga buah dadanya itu dapat lebih menonjol dan kelihatan jelas bentuknya. Beberapa kali aku menelan air liur membayangkan nikmatnya menggumuli tubuh bahenol nan seksi ini.

“Nggak berpikir menikah lagi?” tanyaku.
“Rasanya nggak ada yang mau sama aku”, sahutnya.
“Ah, Masak!” sahutku,”Aku mau kok, kalau diberi kesempatan”, lanjutku sedikit nakal dan memberanikan diri.”Kamu masih cantik dan menarik. Seksi lagi.”
“Ah, Hengky bisa aja”, katanya tersipu-sipu sambil menepuk tanganku. Tapi nampak benar ia senang dengan ucapanku.

Tidak terasa hampir dua jam kami duduk ngobrol. Akhirnya anak-anak mendesak minta pulang.

Selly, wanita Cina itu, memberikan alamat rumah, nomor telepon dan HP-nya. Ketika akan beranjak meninggalkannya ia berbisik,

“Saya menunggu Hengky di rumah.”

Hatiku bersorak-sorak. Lelaki mana yang mau menolak kesempatan berada bersama wanita semanis dan seseksi Selly. Aku mengangguk sambil mengedipkan mata. Ia membalasnya dengan kedipan mata juga. Ini kesempatan emas. Apalagi sore itu Trisna dan Budi akan dijemput kakek dan neneknya dan bermalam di sana.

“OK. Malam nanti aku main ke rumah”, bisikku juga, “Jam tujuh aku sudah di sana.” Ia tersenyum-senyum manis.

Sore itu sesudah anak-anak dijemput kakek dan neneknya, aku membersihkan sepeda motorku lalu mandi. Sambil mandi imajinasi seksualku mulai muncul. Bagaimana tampang Selly tanpa pakaian? Pasti indah sekali tubuhnya yang bugil. Dan pasti sangatlah nikmat menggeluti dan menyetubuhi tubuh semontok dan selembut itu.

Apalagi aku sebetulnya sudah lama ingin menikmati tubuh seorang wanita Cina. Tapi apakah ia mau menerimaku? Apalagi aku bukan orang Cina. Dari kawasan Timur Indonesia lagi. Kulitku agak gelap dengan rambut yang ikal. Tapi.. Peduli amat. Toh ia yang mengundangku. Andai kata aku diberi kesempatan, tidak akan kusia-siakan. Kalau toh ia hanya sekedar mengungkapkan terima kasih atas pertolongaku kemarin, yah tak apalah. Aku tersenyum sendiri.

Jam tujuh lewat lima menit aku berhasil menemukan rumahnya di kawasan Margorejo itu. Rumah yang indah dan mewah untuk ukuranku, berlantai dua dengan lampu depan yang buram. Kupencet bel dua kali. Selang satu menit seorang wanita separuh baya membukakan pintu pagar. Rupanya pembantu rumah tangga.

“Pak Hengky?” ia bertanya, “Silahkan, Pak. Bu Selly menunggu di dalam”, lanjutnya lagi.

Aku mengikuti langkahnya dan dipersilahkan duduk di ruang tamu dan iapun menghilang ke dalam. Selang semenit, Selly keluar. Ia mengenakan baju dan celana santai di bawah lutut. Aku berdiri menyambutnya.

“Selamat datang ke rumahku”, katanya.

Ia mengembangkan tangannya dan aku dirangkulnya. Sebuah ciuman mendarat di pipiku. Ini ciuman pertama seorang wanita ke pipiku sejak kematian isteriku. Aku berdebaran. Ia menggandengku ke ruang tengah dan duduk di sofa yang empuk. Mulutku seakan terkunci.

Beberapa saat bercakap-cakap, si pembantu rumah tangga datang menghantar minuman.

“Silahkan diminum, Pak”, katanya sopan, “Aku juga sekalian pamit, Bu”, katanya kepada Selly.
“Makan sudah siap, Bu. Saya datang lagi besok jam sepuluh.”
“Biar masuk sore aja, Bu”, kata Selly, “Aku di rumah aja besok. Datang saja jam tiga-an.”

Pembantu itu mengangguk sopan dan berlalu.

“Ayo minum. Santai aja, aku mandi dulu”, katanya sambil menepuk pahaku.

Tersenyum-senyum ia berlalu ke kamar mandi. Di saat itu kuperhatikan. Pakaian santai yang dikenakannya cukup memberikan gambaran bentuk tubuhnya. Buah dadanya yang montok itu menonjol ke depan laksana gunung. Pantatnya yang besar dan bulat berayun-ayun lembut mengikuti gerak jalannya.

Pahanya padat dan mulus ditopang oleh betis yang indah.

“Santai saja, anggap di rumah sendiri”, lanjutnya sebelum menghilang ke balik pintu.

Dua puluh menit menunggu itu rasanya seperti seabad. Ketika akhirnya ia muncul, Selly membuatku terkesima. Rambutnya yang panjang sampai di punggungnya dibiarkan tergerai. Wajahnya segar dan manis. Ia mengenakan baju tidur longgar berwarna cream dipadu celana berenda berwarna serupa.

Tetapi yang membuat mataku membelalak ialah bahan pakaian itu tipis, sehingga pakaian dalamnya jelas kelihatan. BH merah kecil yang dikenakannya menutupi hanya sepertiga buah dadanya memberikan pemandangan yang indah. Celana dalam merah jelas memberikan bentuk pantatnya yang besar bergelantungan.

Pemandangan yang menggairahkan ini spontan mengungkit nafsu birahiku. Kemaluanku mulai bergerak-gerak dan berdenyut-denyut.

“Aku tahu, Hengky suka”, katanya sambil duduk di sampingku, “Siang tadi di TP (Tunjungan Plaza) aku lihat mata Hengky tak pernah lepas dari buah dadaku. Tak usah khawatir, malam ini sepenuhnya milik kita.” Ia lalu mencium pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Aku merengkuh tubuh montok itu ketat ke dalam pelukanku. Tangaku mulai bergerilya di balik baju tidurnya mencari-cari buah dadanya yang montok itu. Ia menggeliat-geliat agar tanganku lebih leluasa bergerak sambil mulutnya terus menyambut permainan bibir dan lidahku. Lidahku menerobos mulutnya dan bergulat dengan lidahnya.

Tangannya pun aktif menyerobot T-shirt yang kukenakan dan meraba-raba perut dan punggungku. Membalas gerakannya itu, tangan kananku mulai merayapi pahanya yang mulus. Kunikmati kehalusan kulitnya itu. Semakin mendekati pangkal pahanya, kurasa ia membuka kakinya lebih lebar, biar tanganku lebih leluasa bergerak. Peralahan-lahan tanganku menyentuh gundukan kemaluannya yang masih tertutup celana dalam tipis. Jariku menelikung ke balik celana dalam itu dan menyentuh bibir kemaluannya. Ia mengaduh pendek tetapi segera bungkam oleh permainan lidahku. Kurasakan badannya mulai menggeletar menahan nafsu birahi yang semakin meningkat.

Tangannya pun menerobos celana dalamku dan tangan lembut itu menggenggam batang kemaluan yang kubanggakan itu. Kemaluanku tergolong besar dan panjang. Ukuran tegang penuh kira-kira 15 cm dengan diameter sekitar 4 cm. Senjata kebanggaanku inilah yang pernah menjadi kesukaan dan kebanggaan istriku. Aku yakin senjataku ini akan menjadi kesukaan Selly. Ia pasti akan ketagihan.

“Au.. Besarnya”, kata Selly sambil mengelus lembut kemaluanku.

Elusan lembut jari-jarinya itu membuat kemaluanku semakin mengembang dan mengeras. Aku mengerang-ngerang nikmat. Ia mulai menjilati dagu dan leherku dan sejalan dengan itu melepaskan bajuku. Segera setelah lepas bajuku bibir mungilnya itu menyentuh puting susuku. Lidahnya bergerak lincah menjilatinya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tangannya kembali menerobos celanaku dan menggenggam kemaluanku yang semakin berdenyut-denyut. Aku pun bergerak melepaskan pakaian tidurnya. Rasanya seperti bermimpi, seorang wanita Cina yang cantik dan seksi duduk di pahaku hanya dengan celana dalam dan BH.

“Ayo ke kamar”, bisiknya, “Kita tuntaskan di sana.”

 KLIK DISINI

Aku bangkit berdiri. Ia menjulurkan tangannya minta digendong. Tubuh bahenol nan seksi itu kurengkuh ke dalam pelukanku. Kuangkat tubuh itu dan ia bergayut di leherku. Lidahnya terus menerabas batang leherku membuat nafasku terengah-engah nikmat. Buah dadanya yang sungguh montok dan lembut menempel lekat di dadaku. Masuk ke kamar tidurnya, kurebahkan tubuh itu ke ranjang yang lebar dan empuk. Aku menariknya berdiri dan mulai melepaskan BH dan celana dalamnya.

Ia membiarkan aku melakukan semua itu sambil mendesah-desah menahan nafsunya yang pasti semakin menggila. Setelah tak ada selembar benangpun yang menempel di tubuhnya, aku mundur dan memandangi tubuh telanjang bulat yang mengagumkan itu. Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dengan mata agak sipit seperti umumnya orang Cina. Rambutnya hitam tergerai sampai di punggungnya. Buah dadanya sungguh besar namun padat dan menonjol ke depan dengan puting yang kemerah-merahan. Perutnya rata dengan lekukan pusar yang menawan. Pahanya mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang besar bulat padat. Di sela paha itu kulihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan yang indah dan menggairahkan birahi.

“Ngapain hanya lihat” protesnya.
“Aku kagum akan keindahan tubuhmu”, sahutku.
“Semuanya ini milikmu”, katanya sambil merentangkan tangan dan mendekatiku.

Tubuh bugil polos itu kini melekat erat ditubuhku. Didorongnya aku ke atas ranjang empuk itu. Mulutnya segera menjelajahi seluruh dada dan perutku terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahaku. Tangannya lincah melepaskan celanaku. Celana dalamku segera dipelorotinya. Kemaluanku yang sudah tegang itu mencuat keluar dan berdiri tegak. Tiba-tiba mulutnya menangkap batang kemaluanku itu. Kurasakan sensai yang luar biasa ketika lidahnya lincah memutar-mutar kemaluanku dalam mulutnya.

Aku mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi gila itu.

Puas mempermainkan kemaluanku dengan mulutnya ia melepaskan diri dan merebahkan diri di sampingku. Aku menelentangkannya dan mulutku mulai beraksi. Kuserga buah dada kanannya sembari tangan kananku meremas-remas buah dada kirinya. Bibirku mengulum puting buah dadanya yang mengeras itu. Buah dadanya juga mengeras diiringi getaran jantungnya. Puas buah dada kanan mulutku beralih ke buah dada kiri. Lalu perlahan tetapi pasti aku menuruni perutnya. Ia menggelinjang-linjang menahan desakan birahi yang semakin menggila. Aku menjilati perutnya yang rata dan menjulurkan lidahku ke pusarnya.

“Auu..” erangnya, “Oh.. Oh.. Oh..” jeritnya semakin keras.

Mulutku semakin mendekati pangkal pahanya. Perlahan-lahan pahanya yang mulus padat itu membuka, menampakkan lubang surgawinya yang telah merekah dan basah. Rambut hitam lebat melingkupi lubang yang kemerah-merahan itu. Kudekatkan mulutku ke lubang itu dan perlahan lidahku menyuruk ke dalam lubang yang telah basah membanjir itu. Ia menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalaku sehingga lidahku lebih dalam terbenam. Tubuhnya menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatnya menggeletar hebat sedang pahanya semakin lebar membuka.

“Aaa.. Auu.. Ooo..”, jeritnya keras.

Aku tahu tidak ada sesuatu pun yang bakalan menghalangiku menikmati dan menyetubuhi si cantik bahenol nan seksi ini. Tapi aku tak ingin menikmatinya sebagai orang rakus. Sedikit demi sedikit tetapi sangat nikmat. Aku terus mempermainkan klitorisnya dengan lidahku.

Tiba-tiba ia menghentakkan pantatnya ke atas dan memegang kepalaku erat-erat. Ia melolong keras.

Pada saat itu kurasakan banjir cairan vaginanya. Ia sudah mencapai orgasme yang pertama. Aku berhenti sejenak membiarkan ia menikmatinya. Sesudah itu mulailah aku menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhnya itu. Kembali erangan suaranya terdengar tanda birahinya mulai menaik lagi. Tangannya terjulur mencari-cari batang kejantananku. Kemaluanku telah tegak sekeras beton. Ia meremasnya. Aku menjerit kecil, karena nafsuku pun sudah diubun-ubun butuh penyelesaian.

Kudorong tubuh bahenol nan seksi itu rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan aku bergerak ke atasnya. Ia membuka pahanya lebar-lebar siap menerima penetrasi kemaluanku. Kepalanya bergerak-gerak di atas rambutnya yang terserak. Mulutnya terus menggumam tidak jelas. Matanya terpejam. Kuturunkan pantatku. Batang kemaluanku berkilat-kilat dan memerah kepalanya siap menjalankan tugasnya. Kuusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Ia semakin menggelinjang.

“Cepat.. Cepat.. Aku sudah nggak tahan!” jeritnya.

Kuturunkan pantatku perlahan-lahan. Dan.. BLESS!

Kemaluanku menerobos liang senggamanya diiringi jeritannya membelah malam. Tetangga sebelah mungkin bisa mendengar lolongannya itu. Aku berhenti sebentar membiarkan dia menikmatinya. Lalu kutekan lagi pantatku sehingga kemaluanku yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam liang surgawi miliknya. Ia menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar lebih dalam menerima diriku. Sejenak aku diam menikmati sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan aku mulai menggerakkan kemaluanku. Balasannya juga luar biasa.

Dinding-dinding lubang kemaluannya berusaha menggenggam batang kemaluanku. Rasanya seberti digigit-gigit. Pantatnya yang bulat besar itu diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Buah dadanya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di kemaluannya. Matanya terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis mulutnya menahankan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan kemudian jeritan panjang terlontar membelah udara malam. Kubungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kemaluanku leluasa bertarung dengan kemaluannya, di sini lidahku pun leluasa bertarung dengan lidahnya.

“OH..”, erangnya, “Lebih keras sayang, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!”

Tangannya melingkar merangkulku ketat. Kuku-kukunya membenam di punggungku. Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir kemaluannya seirama dengan gerakan pantatku. Di saat itulah kurasakan gejala ledakan magma di batang kemaluanku. Sebentar lagi aku akan orgasme.

“Aku mau keluar, Selly”, bisikku di sela-sela nafasku memburu.
“Aku juga”, sahutnya, “Di dalam sayang. Keluarkan di dalam. Aku ingin kamu di dalam.”

Kupercepat gerakan pantatku. Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya. Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua buah dadanya. Diiringi geraman keras kuhentakkan pantatku dan kemaluanku membenam sedalam-dalamnya. Spermaku memancar deras. Ia pun melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima diriku sedalam-dalamnya. Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Ia pun mencapai puncaknya. Kemaluanku berdenyut-denyut memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya. Inilah orgasmeku yang pertama di dalam kemaluan seorang wanita sejak kematian isteriku. Dan ternyata wanita itu adalah Selly yang cantik bahenol dan seksi.

Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan-lahan aku mengangkat tubuhku. Aku memandangi wajahnya yang berbinar karena birahinya telah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku.

“Hengky, kamu hebat sekali, sayang”, katanya, “Sudah lebih dari setahun aku tidak merasakan lagi kejantanan lelaki seperti ini.”
“Selly juga luar biasa”, sahutku, “Aku sungguh puas dan bangga bisa menikmati tubuhmu yang menawan ini. Selly tidak menyesal bersetubuh denganku?”
“Tidak”, katanya, “Aku malah bangga bisa menjadi wanita pertama sesudah kematian isterimu. Mau kan kamu memuaskan aku lagi nanti?”

“Tentu saja mau”, kataku, “Bodoh kalau nolak rejeki ini.” Ia tertawa.
“Kalau kamu lagi pingin, telepon saja aku,” lanjutnya, “Tapi kalau aku yang pingin, boleh kan aku nelpon?”
“Tentu.. Tentu..”, balasku cepat.
“Mulai sekarang kamu bisa menyetubuhi aku kapan saja. Tinggal kabarkan”, katanya.

Hatiku bersorak ria. Aku mencabut kemaluanku dan rebah di sampingnya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Lapar katanya dan pingin makan.

Malam itu hingga hari Minggu siang sungguh tidak terlupakan. Kami terus berpacu dalam birahi untuk memuaskan nafsu. Aku menyetubuhinya di sofa, di meja makan, di dapur, di kamar mandi dalam berbagai posisi. Di atas, di bawah, dari belakang. Pendek kata hari itu adalah hari penuh kenikmatan birahi. Dapat ditebak, pertemuan pertama itu berlanjut dengan aneka pertemuan lain. Kadang-kadang kami mencari hotel tetapi terbanyak di rumahnya. Sesekali ia mampir ke tempatku kalau anak-anak lagi mengunjungi kakek dan neneknya. Pertemuan-pertemuan kami selalu diisi dengan permainan birahi yang panas dan menggairahkan.

Satu malam di kamar tidurnya. Setelah beberapa kali orgasme iseng aku menggodanya.

“Selly”, kataku, “Betapa beruntungnya aku yang berkulit gelap ini bisa menikmati tubuhmu bahenol, seksi, putih dan mulus seorang wanita Cina.”

Kumpulan Cerita Dewasa Sms Nyasar Berujung Di Kamar Hotel


Kumpulan Cerita Dewasa - Perkenalkan nama saya Didi (nama samaran saya), lulus kuliah baru bulan kemarin di suatu perguruan tinggi terkemuka di Jogja, cerita ini baru saya alami dalam beberapa bulan kemarin tepatnya bulan Januari, dimulai dari saya kirim SMS ke seorang cewek yang sudah lama tidak berjumpa, karena sudah lama tidak berhubungan saya kehilangan nomor kontaknya, kemudian saya meminta temanku nomornya (katanya dia sih punya) suatu ketika langsung saya kirimkan SMS kepada dia yang berisi bahwa saya kangen ingin bertemu dengannya.

Saat sudah aku kirimkan SMS tadi saya tunggu berjam juga tidak ada balasan, dan ketika itu saya mengirimkan ulang lagi dengan saya kasih nama saya di belakangnya, selang beberapa waktu yang saya SMS miss call ke hapeku, karena saya dalam perjalan naik motor, kemudian saya kirim SMS lagi ke dia yang isinya “bentar saya lagi dalam perjalanan nanti saya hubungi setelah sampai ketujuan”

Setelah yang kujanjikan tadi saya baru telepon si dia, Hallo Dewi “tanya saya” dia menjawab “maaf anda salah orang”, ternyata yang saya telepon salah orang, sambil menahan malu saya mau kumatikan teleponku, tetapi lawan bicara saya segera bertanya “yang anda cari siapa? dengan nada mendesah” saya jawab “saya sedang mencari teman lama saya yang hampir 6 tahun tidak ada kabarnya” singkat kata kami kemudian berkenalan ternyata yang saya telepon salah sambung namanya Sumiati.

Sejak saat itu, kami sering berkirim SMS. Kadang-kadang gw malah menelponnya. Namun, tidak ada niat sedikitpun dalam diriku untuk menemuinya, atau melihat wajahnya. Toh tidak ada maksud apa-apa, pikirku. Dua bulan berjalan sejak perkenalan itu, entah mengapa, isi pesan SMS berubah menjadi hal-hal yang agak menjurus ke sex.

Tiga bulan berjalan sejak perkenalan kami lewat telepon. Tiba-tiba, Sumiati mengirim SMS yang menyatakan ingin bertemu. Mengapa tidak, kupikir. Toh tidak ada ruginya untukku. Saat itu pikiranku belum berpikir jauh sampai ke sex. Kami janjian sore pukul 17.00. Kebetulan hari itu hari libur. Setelah tiba di tempat yang dijanjikan, gw segera meneleponnya. Gua pake sweater pink, kata Sumiati.

Segera kutemui Sumiati yang sedang berdiri menunggu. Hai, Sumiati ya?, tanya gw. Sumiati segera tersenyum. Wajahnya memang tidak cantik, tubuhnya pun tidak aduhai seperti poster swimsuit di majalah Popular. Namun, gw memang tidak terlalu mempermasalahkan penampilan fisik. Segera ku perkenalkan diriku. Gua Didi, kata gw. Memang pergaulanku dengan wanita tidak intens, sehingga saat itu gw sedikit gugup. Namun, segera kututupi kegugupanku dengan sedikit jaim (jaga image).

Kami segera menjadi akrab. Kami berbicara sebentar sambil menikmati makanan di sebuah food court. Didi, suka nyanyi-nyanyi gak?, tanya Sumiati setelah kami selesai makan. Suka, tapi tidak di depan umum, begitu jawabku. Sama dong. Kalo gitu, mau gak kamu saya ajak utk nyanyi di karaoke? Kita bisa pesan private room kok, jadi tidak ada orang lain. tanya Sumiati. Kupikir, asyik juga ya, untuk melepas lelah. Segera kami meluncur ke sebuah karaoke terdekat menggunakan mobilku.

Setibanya di sana, kami memesan tempat untuk dua orang. Kami segera dituntun masuk oleh seorang wanita. Ruangannya agak remang-remang, dan ditutupi gorden, jadi memang tidak akan terlihat dari luar. Sambil waitress menyiapkan ruangan, kami memesan minuman. Sumiati permisi kepadaku untuk ke toilet. Tepat setelah waitress menyiapkan ruangan dan minuman, Sumiati kembali. Kurasa agak aneh waktu itu karena aroma wewangiannya kian tajam. Namun, tidak kupedulikan. Segera kami mulai memasang lagu kesukaan kami, dan kami bernyanyi-nyanyi. Sampai tibalah kami di lagu yang kelima. Sumiati memesan lagu yang lembut, dan agak romantis.

Sebelum lagu tersebut dimulai, tak sengaja punggung tanganku menyentuh punggung tangan Sumiati. Halus sekali, pikirku. Sayang sekali tanganku untuk berpindah dari punggung tangannya, sehingga kubiarkan saja di situ. Sumiati pun diam saja, tidak berusaha melepaskan sentuhan tangannya dari tanganku. Dingin ya?, tanya Sumiati, kepada gw, sambil melihat tanganku. Iya, jawabku mengangguk lemah. Segera Sumiati mendekatkan tanganku ke tangannya. Tanganku segera menggenggam jari-jarinya.

Kami bernyanyi sambil menikmati kehangatan tersebut. Pelan-pelan, naluriku mulai berjalan. Ingin sekali gw mengelus pipinya yang lembut, namun gw agak takut-takut. Perlahan-lahan Sumiati mendekatkan bahunya ke bahuku sehingga kami duduk sangat dekat. Wangi aroma tubuh Sumiati segera membius diriku. Tak kupedulikan lagi ketakutanku. Segera kubelai pipi dan kening Sumiati. Ia menatapku. Gw balas menatapnya. Lalu kuusap lembut rambutnya. Darah kelelakianku segera berdesir. Kukecup keningnya. Sumiati diam saja. Kukecup rambut dan pipinya, segera aroma tubuhnya kembali membius diriku. Sumiati benar-benar kuperlakukan seperti pacarku sendiri. Tiba-tiba timbul gelora yang besar untuk memeluknya. Sumiati sepertinya mengerti karena dia segera mengubah posisi duduknya sehingga memudahkanku untuk memeluknya.

Segera kupeluk Sumiati dengan rasa sayang.Tiba-tiba Sumiati menarik tanganku ke dada kirinya. Segera kurasakan bagian lembut kewanitaannya tersebut. Nikmat sekali, namun dengan rasa agak takut. Pelan-pelan kusentuh buah dadanya yang lembut itu. Sumiati diam saja. Gw mulai berani. Ku elus-elus buah dadanya, perlahan-lahan, dengan gerakan memutar, tanpa menyentuh bagian putingnya. Gw semakin berani. Tangan kananku kumasukkan ke dalam sweater merahnya. Segera ku elus bukit lembut tersebut di bagian pinggirannya.

Ku putar-putar tanganku mengelilingi putingnya. Setelah beberapa saat, kusentuh putingnya. Ternyata putingnya sudah mengeras. Lalu kuremas dengan lembut. Sumiati mendesah. Ssshh, desahnya. Kulanjutkan penjelajahanku ke dada kanannya. Kuulangi hal yang sama. Lagi-lagi Sumiati mendesah. Segera ia memagut bibirku, dan melumatnya. Saat kujulurkan lidahku, segera dihisapnya kuat-kuat. Oh, nikmat sekali berciuman seperti ini, pikirku karena memang gw belum pernah berciuman dengan wanita. Badanku bergetar hebat, karena gw belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Kami lanjutkan permainan kami beberapa saat. Setelah itu, kami berhenti untuk menikmati minuman kami.

Kusodorkan sedotan minumanku untuk diminum terlebih dulu oleh Sumiati. Kemudian kami lanjutkan nyanyian kami sambil berpelukan. Nyaman sekali rasanya saat itu. Kuteruskan permainan tanganku dengan lembut, mengelus dan meremas dengan lembut buah dada Sumiati. Sumiati kembali memagut bibirku. Kami berciuman hebat. Tiba-tiba Sumiati menarik tanganku, dan memasukan tanganku ke dalam celana panjangnya. Segera terasa bulu-bulu halus kemaluannya tersentuh oleh tanganku. Pelan-pelan kudorong tanganku ke bawah, menuju organ intimnya. Segera terasa tanganku menyentuh vaginanya yang hangat dan basah. Montok kan punya gua?, begitu ungkap Sumiati saat tanganku mengelus lembut vaginanya. Segera kuiyakan pertanyaannya itu, padahal gw tidak bisa membedakan seperti apa vagina yang tidak montok. Kuusap terus vaginanya, seraya desahan Sumiati mengiringi gerakanku. Sssh.. Oh, Didi.

Baru kamu laki-laki yang bisa memperlakukanku dengan lembut, begitu terus desahnya. Tersanjung juga gw dipuji dirinya.Kami terus bercumbu sampai tak terasa dua jam berlalu. Didi, kamu jangan pulang dulu ya. Gw ingin dikelonin sama kamu. Temani sebentar gw di hotel ya?, tanya Sumiati kepadaku. Saat itu, gw agak takut. Takut gw tidak bisa menahan diri untuk tidak tidur dengannya. Segera kuingat ajaran2 agama yang melarangku melakukannya. Namun sepertinya Sumiati mengerti ketakutanku. Gw cuma minta dibelai kok. Tidak lebih. Ya, Didi?, tanyanya dengan mata memohon. Berat sekali rasanya untuk mengiyakan permintaannya. Di satu sisi, gw takut sekali melanggar ajaran agama. Lagipula, gw banyak tugas yang malam itu harus kuselesaikan. Namun sisi kemanusiaanku membuat gw tidak tega menolaknya. Baiklah, tapi tidak lebih dari itu ya?, jawabku. Iya, gua janji deh, kata Sumiati lagi.

Kami segera keluar dari ruangan, membayar ke kasir, dan meluncur ke sebuah hotel menggunakan mobilku. Sumiati menjadi penunjuk jalan. Setelah membayar uang deposit di kasir hotel, kami segera melenggang ke dalam kamar. Di dalam kamar, gw menyalakan televisi. Sejenak kami menikmati sebuah film. Tak lama kemudian, Sumiati membentangkan tubuhnya di kamar tsb. Didi, sini dong, kata Sumiati. Gw mengubah posisi duduk ku di ranjang mendekati Sumiati.

 KLIK DISINI

Gw dalam posisi duduk, sementara Sumiati sudah telentang. Didi, belai gw lagi ya, kata Sumiati. Segera tanganku mengelus dahi Sumiati. Kuelus-elus dahinya beberapa lama, turun ke pipi, lalu ke rambutnya yang panjang.Sumiati menikmati gerakanku sambil menutup mata. Lalu kusandarkan tubuhku ke ranjang, kukecup lembut kening dan dahinya. Sumiati membuka matanya, tersenyum. Lalu kucium kelopak matanya. Sumiati benar-benar menikmati perlakuanku. Perlahan kukecup lembut bibirnya. Gw hanya menyentuhkan bibirku di bibirnya. Namun segera Sumiati menjerat bibirku di bibirnya. Dilumat bibirku dengan bergairah, sementara tangannya dengan kuat memelukku. Kujulurkan lidahku untuk menyentuh bibir bawahnya, namun Sumiati segera menghisap bibirku tersebut.

Segera kuarahkan ciumanku ke bagian telinganya, dan kujilat bagian dalam daun telinganya dengan lidahku.Sumiati meronta-ronta dan mendesah. Aduh Didi, geli sekali. Teruskan Didi, katanya. Kucumbu Sumiati terus di telinganya. Kemudian kuarahkan cumbuanku ke lehernya. Sumiati mendesah hebat. Ssshh.. sshh.. ohh, desah Sumiati. Gw tidak bisa menahan diriku lagi. Sumiati, boleh kubuka bajumu?, tanya gw pelan kepada Sumiati. Sumiati mengangguk, tersenyum. Perlahan-lahan kubuka kancing bajunya. Terlihatlah tubuhnya yang putih mulus, dengan bra berwarna biru. Kulanjutkan ciumanku di seputar payudaranya.

Tak lupa kukecup pelan ketiaknya yang bersih tanpa bulu. Sumiati mengerang. Didi, buka BH gua dong, pinta Sumiati. Segera kuarahkan tanganku ke punggungnya untuk membuka BHnya. Sulit sekali membuka BHnya. Maklum, belum pernah gw membuka BH wanita. Setelah terbuka, pelan-pelan kutanggalkan BHnya. Segera tampak bukit indahnya yang putih bersih, tanpa cacat, dengan puting kecoklatan. Indah sekali, pikirku. Ingin sekali gw menciumnya. Kupindahkan BHnya dan bajunya ke meja supaya tidak kusut.

Lalu, pelan-pelan kubasahi buah dadanya dengan lidahku. Kuputar wajahku memutari toketnya. Sumiati mendesah lagi. Gerakan itu terus kuulang beberapa kali, lalu berpindah ke toket kanannya. Di sana kuulangi lagi gerakanku sebelum akhirnya lidahku tiba di puncak tokednya. Kubasahi putingnya dengan lidahku, kumain-mainkan, kukulum, dan kuhisap. Sumiati mengerang-ngerang. Aduh, Diii..ssh..ssh.. geli sekali. Terus Didi… Sambil mengulum putingnya, pelan2 kuelus bagian perutnya. Auw.. enak Didi.., Sumiati menekan wajahku ke dadanya. Kira-kira 15 menit Sumiati kuperlakukan seperti itu. Didi, bukain celanaku dong.., pinta Sumiati. Segera kubuka kancing celananya, dan kupelorotkan ke bawah. Terlihatlah pahanya yang putih bersih, dan kewanitaannya yang masih tertutupi Celana Dalam warna hitam. Masih mengulum putingnya, segera kuarahkan tanganku ke selangkangannya. Kuelus-elus perlahan.

Kugerakan tanganku dari dekat lututnya, terus bergerak sedikit demi sedikit ke arah pangkal pahanya.ohh.., rintih Sumiati menahan kenikmatan yang kuberikan. Kuelus vaginanya yang masih tertutupi CD. Ternyata CD-nya sudah basah. Kubelai pelan-pelan bagian tersebut. Sumiati meronta-ronta, dijepitnya tanganku dengan kedua belah pahanya. Oh.. ohh.. ronta Sumiati. Gantian tangan Sumiati yang masuk ke celana dalamku. Dipegangnya Kontolku, lalu dikocok pelan-pelan. Uuh, nikmat sekali rasanya..

Didi, buka celana dalam gua.., pinta Sumiati. Jangan Sumiati, gua gak berani melakukan itu.. kata gw. Gw bukan bermaksud munafik, tapi gw memang benar-benar takut saat itu, karena belum pernah melakukannya. Tak apa-apa, Didi, tidak usah dimasukin. Gua cuma minta diciumi aja, pinta Sumiati memohon. Akhirnya kubuka celana dalam Sumiati. Kunikmati pemandangan indah dihadapanku. Oh, indah sekali makhluk bernama wanita ini, pikirku. Elus lagi, Didi.., pinta Sumiati.

Perlahan-lahan, tanganku mulai mengelus bibir vaginanya yang sudah basah. Kuputar-putar jariku dengan lembut di sana. Lagi-lagi Sumiati meronta. Ohh..ohh. Ke atas lagi Didi. Elus klitorisku, begitu desahnya perlahan. Gw tidak tahu persis di mana klitoris. Gw terus mengelus bibir vaginanya. Segera tangan Sumiati membimbing tanganku ke klitorisnya. Baru sekali itu gw tahu bentuk klitoris.

Mungil dan menggemaskan. Dengan lembut kuputar-putar jariku di atas klitorisnya. Setiap 5 putaran, Sumiati langsung mengepit tanganku dengan pahanya. Sepertinya ia benar2 menikmati perlakuanku. Didi, tolong hisap klitorisku, yah?, pinta Sumiati. Gw sedikit ragu, dan jijik. Pake tangan aja yah, Sumiati.., gw berusaha menolak dengan halus. Tolong dong, Didi. Sekali ini saja. Nanti gantian deh , pinta Sumiati. Gw masih berat hati menghisapnya. Sumiati, maaf ya. Tapi kan itu kemaluan. Apa nanti… Belum selesai gw bicara, Sumiati segera memotongku. Kemaluanku bersih kok, Didi. Gw selalu menggunakan antiseptik. Tolong ya.. sebentar saja, kok, pinta Sumiati lagi. Perlahan-lahan kudekatkan mulutku ke memeknya Sumiati.

Segera tercium aroma yang tidak bisa kugambarkan. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku ke klitorisnya. Gw takut sekali kalau rasanya tidak enak atau bau. Kukecap lidahku ke vaginanya. Ternyata tawar, tidak ada rasa apa-apa. Terus, Didi..ohh.. enak sekali, desah Sumiati. Kuulangi lagi, pelan-pelan. Lama-lama rasa takut dan jijik ku hilang, malah berganti dengan gairah. Kuulang-ulang menjilati vaginanya. Sumiati makin mendesah. ooh.. oohh.. ohh.. ohh.

Sumiati menggenggam jari telunjukku, lalu memasukkan ke dalam liang vaginanya. Kamu nanti tidak kesakitan?, tanyaku kepadanya. Ia menggeleng pelan. Lalu, kuputar-putar jariku di dalam vaginanya. Ahh.., Sumiati menjerit kecil. Kuputar jariku tanpa menghentikan jilatanku ke vaginanya. Saat kuarahkan jariku ke langit-langit memeknya, terasa ada bagian yang agak kasar. Kuelus pelan bagian tersebut, berkali-kali. ‘Ya, terus di situ Didi.. ahh.. enak sekali..

Kuteruskan untuk beberapa saat. Sumiati makin membuka lebar-lebar pahanya. Tiba-tiba Sumiati menggerakkan pantatnya ke atas dan bawah, berlawanan dengan arah jilatanku. Ah Didi.. gw mau keluaar.. erang Sumiati. Sumiati makin mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba gerakan pantatnya dia hentikan, lalu dikepitnya kepalaku dengan pahanya. Ahh.. Didi..gw keluar, desahnya. Segera kupeluk tubuh Sumiati, dan kugenggam tangannya erat.

Kubiarkan Sumiati menikmati orgasmenya. Setelah beberapa saat, kuelus-elus dahi dan rambutnya. Didi, enak sekali, kata Sumiati. Gw diam saja. Sekarang gantian, ya, kata Sumiati. Gw mengangguk pasrah, antara mau dan takut. Diputarnya tubuhku sehingga tubuhnya menindih tubuhku sekarang. Dibukanya celana dan celana dalamku. Malu sekali rasanya saat itu. Segera kututupi Kontolku yang masih terduduk lemas.

Sepertinya Sumiati mengerti perasaanku. Ia segera mematikan lampu kamar. Gw merasa lebih tenang jadinya. Lalu, dibukanya paha gw yang menutupi Kontolku. Sumiati segera meraba-raba Kontolku. Oh, geli sekali rasanya. Rasa geli itu membuatku secara refleks menggelinjang. Sumiati tertawa. Enak kan, Didi ? tanyanya menggodaku. Sial nih orang, pikirku. Dikerjain gua. Mau diterusin gak, Didi ? tanya Sumiati sambil menggoda lagi. Gw hanya mengangguk. Saat itu Kontolku belum berdiri. Aneh sekali. Padahal biasanya kalo melihat adegan yg sedikit porno, punya gw langsung keras.

Akhirnya Sumiati mendekatkan mulutnya ke Kontolku. Dikecupnya ujung Kontolku perlahan. Ada getaran dahsyat dalam diriku saat kecupannya mendarat di sana. Didi, punya kamu enak. Bersih dan terawat, ujar Sumiati. Geer juga gw dipuji begitu. Dipegangnya gagang Kontolku, lalu Sumiati mulai menjilati Kontolku. Ya ampun, pikirku. Geli sekali.. Secara reflek gw meronta, melepaskan Kontolku dari mulut Sumiati. Kenapa, Didi ?, tanya Sumiati. Gua gak tahan. Geli banget, sih?, kata gw protes. Ya udah, pelan-pelan aja, ya?, kata Sumiati. Gw mengangguk lagi. Sumiati mulai memperlambat tempo permainannya. Rasa geli masih menjalari tubuhku, tapi dengan diikuti rasa nyaman. Kuperhatikan Sumiati menjilati Kontolku, tak terasa Kontolku segera mengeras. Sumiati senang sekali melihatnya. Segera dilahap kembali Kontolku itu, kali ini sambil dikocok-kocok dengan tangannya.

Sekali lagi gw disiksanya dengan rasa geli yang amat sangat. Kunikmati permainannya, tak terkira nikmatnya. Ya ampun, baru sekali ini kurasakan kenikmatan yang tiada tara seperti ini. Ah.., tak kuasa gw menahan desahanku. Didi, kumasukan ya punyamu?, tanya Sumiati. Nanti kamu sakit, gak?, tanya gw. Gw sudah tak bisa menguasai diri lagi.

Ingin sekali rasanya Kontolku dikepit oleh vaginanya. Ya, kalau gw yang ngontrol sih, gak sakit, kata Sumiati. Ya udah, kamu yang di atas aja, kata gw kepadanya. Sumiati segera mengubah posisi tubuhnya. Ia kangkangkan pahanya di atas tubuhku, lalu pelan-pelan dibimbingnya Kontolku menuju liang memeknya. Ditekannya sedikit, masuklah sedikit ujung Kontolku ke dalam. Terasa sedikit basah dan licin kemaluannya. Didiamkan punya gw di sana utk beberapa saat. Gw diam menunggu. Lalu ditekannya sedikit lagi. Kali ini punya gw masuk lebih dalam dan makin terasa cairan pelicin kemaluannya.

Sudah sepertiga dari panjang Kontolku yang berada dalam vaginanya. Dia diamkan lagi Kontolku di sana beberapa saat. Ia sedikit Sakit?, kutanya. Iya, tapi gak apa2. , jawab Sumiati. Kemudian ia mendorong Kontolku makin dalam, hingga akhirnya semua Kontolku tertelan di dalam vaginanya. Terasa basah dan hangat vaginanya. Nikmat dan geli sekali rasanya. Setelah beberapa saat, Sumiati mulai menggerakkan pinggulnya naik dan turun. Ahh.. enak sekali menikmati Kontolku terjepit dalam vagina Sumiati.

Gerakan pantat Sumiati membuat Kontolku terkocok, dan segera gw merasakan kenikmatan yang tiada tara. Sumiati pun seakan-akan begitu. Ohh.. ohh.. ohh.. ohh, Sumiati mengerang-ngerang.

Sumiati terus menggerakan pinggulnya naik dan turun selama beberapa saat dengan diiringi desahan. Tiba-tiba ia berhenti. Entah mengapa tiba-tiba ada perasaan kesal dalam diriku. Namun, ternyata Sumiati tidak berhenti begitu saja. Kini pinggulnya digerakan tidak naik-turun lagi, tapi maju mundur, dan terkadang berputar. Sepertinya Sumiati sangat menikmati gerakan ini, terbukti erangannya semakin sering. Ah.. ah.. ahh.. ahh.., desahnya terus, tanpa henti. Kuremas dengan lembut payudaranya, Sumiati makin merintih. Sssh.. ssh.. sshh.. enak Didi.

Makin lama gerakan Sumiati makin cepat. Didi, gw mau keluar lagi, Didi.. rintihnya. Gw pun merasa Kontolku berdenyut kencang. Sumiati, tolong lepaskan, gw mau keluar, kata gw. Gw takut sekali kalau sampai Sumiati hamil. Tapi Sumiati tidak mau melepaskan Kontolku. Ditekannya kuat tanganku dengan kedua tangannya sehingga gw tidak bisa melepaskan diri darinya. Tiba-tiba kurasa Kontolku menyemburkan cairan kuat di dalam vaginanya. Aduh, Sumiati, jangan.. nanti kamu hamil.., teriakku, sesaat sebelum cairanku keluar. Tapi semua sudah terlambat. Semua cairanku sudah keluar dalam vaginanya.

Nikmat sekali rasanya, namun terasa lemas tubuhku sesudahnya. Segera otot-otot Kontolku mengerut, dan menjadi kecil kembali. Sumiati dengan kecewa melepaskan Kontolku. Sumiati, kalo kamu hamil gimana, tanya gw dengan setengah takut. Tenang aja, Didi. Gua pake alat kontrasepsi kok. Kamu gak perlu takut, ya?, kata Sumiati menenangkan diriku. Kemudian, Sumiati segera memijat-mijat Kontolku. Dielus, dan di kulum lagi seperti tadi.

Tak lama, Kontolku segera mengejang lagi. Segera Kontolku dimasukan lagi oleh Sumiati ke vaginanya. Kembali Sumiati melakukan gerakan maju mundur tadi. ohh.. ohh.. ohh.. oohh, erangnya. Kuremas lembut toketnya. Ssshh.. sshh.. sshh, begitu terus rintihannya. Selama beberapa saat Sumiati mengocok Kontolku dengan vaginanya, sampai akhirnya ia berteriak. Didi, gw hampir keluar, desah Sumiati. Segera Sumiati mempercepat gerakannya. Gw pun membantunya dengan menggerakan pinggulku berlawanan dengan arah gerakannya. Ahh.. Didi, gw keluar, desahnya agak keras.

Sejenak ia menikmati orgasmenya, sebelum rubuh ke dalam pelukanku. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya, kuelus rambutnya, dan kukecup keningnya. Kami berpelukan, dan tidur tanpa busana sampai pagi hari. Alangkah Indahnya Hidup ini dibuat oleh Sumiati dan gw tak akan pernah melupakan kenangan terindah di malam pertama bersama Sumiati walaupun kini gw ga tau kabarnya si Sumiati ini!  nasib2 salah kirim sms dapat ngentot cewek gratis!

Kumpulan Cerita Dewasa Feli Janda Haus Kontol


Kumpulan Cerita Dewasa - Jam weker dimeja kamarku berdering pada jam 09.00 pagi, memang aku mensetting pada jam itu, karena tadi sampai terdengar adzan subuh aku masih belum bisa memejamkan mata untuk tidur. Aku menggeliatkan tubuhku terdengar kerotokan pada pinggangku, dengan malas aku bangkit dari tempat tidur… ups.. aku lupa kalau aku tadi tidur dengan tubuh telanjang bulat… kuliat tubuhku dari pantulan cermin besar.. mmm… dalam usia hampir kepala 4, kulihat tubuhku masih bagus dilihat… buah dadaku yang berukuran bra 36 B masih cukup kenyal, pinggangku masih ramping tak berlemak, pinggul dan pantatku kata mas Romy, almarhum suamiku adalah bagian yang terindah dari tubuhku, sangat seksi dan serasi dengan sepasang kakiku yang panjang… wajahku…? kata mas Romy lagi, katanya wajahku lebih pantas dibilang seksi daripada cantik… entahlah penilaian lelaki memang susah dijabarkan oleh perempuan….Sssssshhh… ooohhh… gila, lagi-lagi gairah birahiku meletup dengan tiba2… di depan cermin besar itu aku meremasi buah dada montokku sendiri yang kian mengencang… ammpuuuun… sudah 2 hari 2 malam ini aku sangat menderita karena birahi gila ini.

Entah berapa belas kali selama 2 hari 2 malam ini aku bermasturbasi…sampe tubuhku benar-benar loyo. Bahkan pada hari pertama aku sempat melakukan masturbasi di belakang kemudi mobil di tengah keramaian jalan tol, saking ngga ketahan… Semalam, dengan diiringi adegan-adegan syur film bokep koleksi almarhum mas Romy… aku melampiaskan hasrat birahiku secara swalayan, mungkin lebih dari 10 kali sampai pagi menjelang…Maka betapa jengkelku, sekarang belum setengah jam mataku terbuka, gejolak birahi itu meletup lagi… kali ini aku melawan, aku masuk kamar mandi, kuguyur tubuhku dengan shower air dingin… agak menggigil juga tubuhku…. Aku memang wanita berlibido tinggi. Sejak ABG aku sudah mengenal masturbasi… menjelang lulus SMU aku mengenal persetubuhan dan berlanjut menjadi doyan disetubuhi… Masa kuliahku adalah masa euphoria sex, karena aku kuliah di Bandung sementara orang tuaku di Jakarta… pada awal masa kuliahku, aku pantas dijuluki Pemburu Seks… beberapa kali aku diusir dari tempat kost yg berbeda, dengan sebab yg hampir sama… yang aku ingat, sore pulang kuliah diantar teman kuliahku, aku lupa namanya… pokoknya keturunan Arab… aku lupa bagaimana awal mulanya, aku bisa nyepong kemaluan Arab ganteng itu di dalam kamarku dalam keadaan pintu ngga terkunci dan pembantu ibu kost yg nyinyir itu nyelonong masuk kamarku utk menaruh pakaianku yg habis diseterikanya.

Aku tengah terkagum-kagum dengan volume batang kemaluan Arab ganteng yang lebih besar dari lenganku dan minta ampun panjangnya. Malam itu juga aku disidang dan harus keluar dari rumah kost itu. Tapi buatku ga ada masalah karena malam itu si Arab ganteng memberikan tumpangan sementara di rumah kontrakannya… tentu saja gairah birahiku yang binal dimanjakan oleh Arab ganteng itu… sepanjang hari… bahkan sampai beberapa hari aku tinggal di rumah kontrakan si Arab ganteng yang berantakan… Kejadian yang lain pernah juga tengah malam, lagi seru-serunya ML sama cowok baruku… tiba-tiba pintu didobrak petugas ronda yang rupanya sudah lama memperhatikan kebiasaanku masukin cowok malam-malam… cowokku dengan tengilnya berhasil kabur… sementara aku lagi-lagi terpaksa harus cari kost baru lagi.

Satu lagi yang ga bakal aku lupa, affairku dengan bapak kost, biar sudah tua tapi ganteng dan kontolnya gede.. dan yang membuatku bertekuk lutut… mmm… aksi ranjangnya boo’… selalu membuatku bangun kesiangan esoknya… sayang aku menikmati kencan ranjang dengan bapak kost baru tiga kali keburu ketangkap basah sama istrinya… abis siang bolong bapak itu ngajakin naik ranjang… apesnya lagi aku ga akan mampu menolak, kalo tetekku sudah kena diremasinya… baru mau dua kali aku mendapatkan orgasme… eeh…pintu di ketok-ketok dari luar dan terdengar suara ibu kost memanggil namaku… mendengar itu bapak kost yang sedang memainkan batang kemaluannya di liang memekku, jadi gugup dan efeknya justru membuatnya orgasme, untung gak telat nyabut… pejunya berhamburan di atas perutku banyak sekali…. bisa ditebak endingnya… aku harus angkat kaki dari rumah kost saat itu juga… Nasihat sahabat-sahabatku, banyak merubah perilaku seksualku yang liar… Dengan susah payah aku berhasil menekan hasrat birahiku yang memang luar biasa panas dan aku mengumbarnya… awalnya mana sanggup aku menahan seminggu tanpa aktivitas seksual… bakal uring-uringan dan kepala terasa pecah…

Sampai akhirnya aku ketemu dengan mas Romy aktivis mapala kakak kelasku… ngga hanya sosoknya yang jantan… permainan ranjangnya pun luar biasa… permainannya yang agak kasar, mampu membuatku mengerang-erang histeris… Aku ga nyesel, harus nikah dengan mas Romy karena keburu hamil. Buktinya aku berhasil menyelesaikan kuliah, walaupun sambil mengasuh Bella buah cintaku dengan mas Romy. Status ekonomi kami pun tergolong bagus… Sampai akhirnya 5 tahun yg lalu, kecelakaan mobil di jalan tol merenggut mas Romy dari kami berdua… Selama 5 tahun menjanda, mungkin karena kesibukanku mengurus dan melanjutkan usaha mas Romy yang sedang menanjak pesat dan keberadaan Bella anak tunggalku sudah menginjak usia gadis remaja, aku hanya 2 kali terlibat affair dengan lelaki yg berbeda, itupun juga hanya having fun semata, penyegaran suasana disela-sela kesibukan bisnis… Kehidupan seksualku datar, tanpa gejolak… sesekali aktivitas masturbasi cukup memuaskanku… Setelah tubuh terasa segar, kukenakan kimono dan keluar kamar… ” Heee… Deka kamu disini..? kok ga sekolah..?” Kudapati Deka di belakang komputer Bella. Deka adalah kakak kelas Bella yang hampir setahun ini akrab dengan anak gadisku itu. Anak muda yang sopan dan pandai cerminan produk dari keluarga yang cukup baik dan mapan.

” Iya tante, saya hari ini kebetulan banyak pelajaran kosong jadi bisa pulang lebih awal dan tadi Bella minta tolong saya nungguin tante yang lagi sakit.. kali aja butuh apa-apa” Sahut Deka sopan, membuatku terharu… Lumayan ngobrol dengan Deka, penderitaanku agak berkurang… ” Deka, kamu bisa mijit ga..? tolongin pijitin tante dong bentar… leher tante kaku…” pintaku ke Deka tanpa canggung, karena memang kami sudah akrab sekali, bahkan buatku Deka kaya anakku sendiri. Deka duduk menghadap punggungku pijatan demi pijatan kurasakan… tanpa kusadari sentuhan tangan lelaki muda itu terasa nikmat selayaknya sentuhan lelaki yang tengah membangkitkan birahi perempuan… aku mulai mendesah resah… percikan api birahi dengan cepat membakarku tanpa ampun…. sementara tanpa kusadari kimonoku sudah semakin melorot, terdesak tangan Deka yang kini memijit daerah pinggangku, atas permintaanku sendiri untuk memijit lebih turun…. uuuhh… dadaku terasa sesak.. akibat tete’ku yang semakin mengencang…. aku ingin ada yang meremasinya… Sssshhh.. ooohhh… gilaaa… ngga tahaann… kupegang kedua tangan Deka, tangan kiriku memegang tangan kirinya dan tangan kananku memegang tangan kanannya kutarik kedepan melingkari tubuhku dan kutangkupkan di buah dadaku… ” Eehh… tante…?” bisik Deka bingung dari belakang tubuhku ”Deka… tolong remasi tete’ tante…” desisku resah… merasakan sentuhan tangan lelaki pada buah dadaku yg tengah mengencang….

Benar-benar hilang sosok Deka yang sehari-hari adalah pacar Bella anakku.. yang ada dibenakku saat itu Deka adalah lelaki muda bertubuh tegap… Ooouuh… Deka mulai meremasi kemontokan buah dadaku… ” Yaaaaahh.. hhh…hhh… enaaaak Dekkaa.. ulangi lagi sayaaang.. oooohhh….” tubuhku menggeliat resah… kugapai kepala Deka dan kutarik ke arah tengkukku yang terbuka karena rambutku kusanggul keatas… Deka tak menolak dan melakukan permintaanku untuk menciumi tengkukku.. ” Ciumi leher tante… hhhmmm..sssshhh.. yaaahh.. kecupin sayaaang.. aaaaccchh… sssshhh..” bisikan dan desah mesraku menuntun Deka melakukan apa yg kuminta…Aku makin gemas, tubuhku gemetaran hebat… baju kimonoku tinggal menutupi tubuh bawahku karena tali pinggangnya masih terikat. Kubalikkan tubuhku, sejenak kupandangi wajah ganteng Deka yang matanya terbelalak liar menatap tubuh bagian depanku dengan mimik yang tidak karuan. Kulingkarkan kedua lenganku di lehernya dan dengan penuh gairah kusedot bibir manisnya… anak muda ini gelagapan menghadapi liarnya bibirku yang mengulum bibirnya dan nakalnya lidah ku yang menggeliat menerobos masuk rongga mulutnya… Tapi insting lelakinya segera mengantisipasi, segera dapat mengatasi seranganku. Baju seragam Deka dengan cepat kulepaskan dan… ooohh… dada yg gempal dan bidang dari salah satu tim inti basket di sekolahnya ini membuat gairahku semakin binal… Kudorong tubuh Deka untuk rebah di sofa… nafas jantannya mulai tak beraturan.. Mmm… pejantan muda ini mulai mengerang-erang dan tubuhnya menggelepar, tatkala bibir dan lidahku menjelajahi permukaan kulit dadanya, bongkahan dada jantannya kuremas dengan gemas.. Aksi bibir dan lidahku terus melata sampai ke pusarnya… Sssshhh… celananya tampak menggembung besar.. entah ada apa dibaliknya..? jantungku berdegup semakin kencang melihatnya… dan mataku terbelalak dibuatnya, sampai aku harus menahan nafas, ketika resleting celana abu-abu itu terbuka… kepala kemaluan jantan menyembul keluar dari batas celana dalamnya….

Aku dengan tergopoh-gopoh karena tak sabar melorotin celana seragam sekalian dengan celana dalam putihnya sampai ke lutut Deka… Ohhh my God..! teriakku dalam hati… menyaksikan batang kemaluan Deka yang mengacung di antara pahanya… begitu macho, begitu gagah, begitu indah bentuknya… dengan kepala kemaluannya yang besar tampak mengkilat… Tanganku terasa gemetaran ketika hendak menyentuh nya… Kembali tubuh Deka menggerinjal kecil ketika tanganku bergerak mengocok batang kemaluannya… aku makin binal, kudekatkan wajahku untuk mengulum kepala kemaluan yang menggemaskan itu, sambil tetap tanganku bergerak mengocok batang kemaluannya… mendadak tubuh tegap itu meregang hebat diiringi erangan keras… dan bibirku yang setengah terbuka dan tinggal beberapa sentimeter dari kepala kemaluan itu merasakan semburan cairan hangat dengan menyebarkan aroma khas yg sangat kukenal dan kurindukan… apalagi kalo bukan peju lelaki… tanganku refleks mengocok batang kemaluan Deka makin cepat sambil tanganku yang lain mengurut lembut kantung pelirnya… Sementara kubiarkan peju yang sangat kental itu menyembur wajahku…. sesekali kusambut dengan lidahku… mmmm… rasa khas itu kembali dikecap oleh lidahku…

Terus terang aku sempat kecewa, dengan bobolnya peju Deka….Tapi beberapa saat batang kemaluan yang masih dalam genggamanku, kurasakan tak menyusut sedikitpun masih tetap keras… tanpa buang waktu, aku merangkak diatas tubuh Deka yang menggelosor di sofa… dengan posisi tubuh jongkok mengangkangi tubuh Deka, di atas kemaluan Deka… kutuntun batang kemaluan perkasa yang masih belepotan peju itu kearah liang memek ku yang sudah basah kuyup dari tadi… wooohh… ternyata kepala kemaluan itu terlalu besar untuk masuk ke liang memek ku… Akhirnya dengan sedikit menahan perih, akibat otot liang sanggama yang dipaksa membuka lebih lebar.. kujejalkan dengan sedikit memaksa ke liang sanggamaku yang sudah tak sabar untuk segera melahap mangsanya…. ” Iiiiihhh… bantu dorong sayang…. Oooooowwwwww…” Aku merengek panjang ketika sedikit demi sedikit amblas juga batang kemaluan Deka menembus liang sanggamaku.. diiringi rasa perih yang menggemaskan… ” Sssshhh… mmmhh… ayun pinggulmu keatas sayaaang..” kembali aku menuntun pejantan muda ini untuk memulai persetubuhan… ” Aaaww… aahh… ooww.. perlahan duluuu sayaaang… burung kamu gede banget… perih tauuk..” aku ngedumel manja… ketika Deka mengayun pinggulnya kuat sekali…

 KLIK DISINI

Terasa tubuhku bagaikan baterai yang baru dicharge… aliran energi aneh itu mengalir menyebar ke seluruh tubuhku… membuat aku semakin binal memainkan goyangan pinggulku… sementara Deka ternyata cukup cerdas menyerap pelajaran, bahkan mampu segera mengembangkan… dengan posisi tubuhku diatas, membuatku sangat cepat mencapai orgasme… entahlah atau karena besarnya batang kemaluan Deka yang menyungkal rapat liang memek ku, sehingga seluruh syaraf dinding memek ku rata dibesutnya… Luar biasa..! dalam waktu kurang dari 5 menit setelah orgasmeku yang pertama, kembali aku tak dapat menahan jeritku mengantar rasa nikmatnya orgasme yang kedua… dan… hhwwwoooo…. aaaammmpppuuunnn..!!!! Rupanya Deka tak mampu menahan lebih lama jebolnya tanggul pejunya… tubuhku dihentak-hentakkan kuat sekali… seakan ingin memasukkan seluruh batang kemaluan sepeler-pelernya ke memek ku… diiringi erangan mirip suara binatang buas sekarat… Aku menangis menyesal setelahnya, berkali-kali Deka memohon maaf atas kejadian yang terjadi siang itu…Tapi anehnya gairah seksualku yang meletup-letup tak terbendung itu, mereda setelah kejadian siang itu… Aktivitas berjalan normal kembali, tapi sudah hampir seminggu ini, aku tak pernah melihat Deka datang ke rumah. ” Dia lagi sibuk Ma… dapat tugas antar jemput saudara sepupunya yang masih SD…” Jawab Bella ketika aku menanyakan tentang Deka yang tak pernah muncul…

Terus terang saja, sejak kejadian itu… pikiranku sangat kacau, disisi aku sebagai Mama Bella aku sangat menyesal dan sedih atas kejadian itu, tapi disisi aku sebagai seorang wanita yang masih punya hasrat dan naluri betina yang utuh… aku tak ingin melupakan kejadian itu… bahkan aku berharap kejadian itu terulang lagi…. Hampir sebulan lamanya Deka tak muncul ke rumah, aku pun maklum, Deka sebagai remaja hijau, tentu mengalami shock dengan kejadian itu… disitulah muncul rasa berdosaku kepada Deka dan Bella anakku… Tapi jujur sejujurnya ada terselip rasa rinduku memandang wajah anak muda itu… Aku sering mengintip dari balik gorden jendela, saat Bella turun dari boncengan Deka… kenapa hatiku berdebar-debar dan sedikit desiran birahiku menggelegak… Pikiranku makin kacau… setelah beberapa kali kulihat Deka mulai nongkrong lagi dirumah… kulihat Deka masih salah tingkah di depanku, walaupun aku sdh berusaha menetralisirnya.. iiihhh tapi buat aku… otakku jadi ngeres begitu melihat wajah Deka yg innocent… betapa tidak… terbayanglah ekspresi wajahnya ketika tengah menyetubuhiku beberapa waktu yang lalu… ekspresi wajahnya yang begitu sensual dimataku pada saat dia melepas semburan spermanya… suara erangan dan nafas birahinya seakan nempel di telingaku…

Maka kekacauan inilah yang mendorongku menerima tawaran Diego seorang rekan bisnisku untuk makan siang di sebuah hotel berbintang dan setelahnya akupun tak menolak ketika ia mengajakku memasuki sebuah president suite di hotel itu, dengan alasan untuk mencari ketenangan membicarakan pekerjaan… walaupun yang terjadi kemudian adalah rayuan-rayuan mautnya yang kusambut positif… dari remasan tangan… kecupan bibir… jilatan lidahnya yang nakal pada leherku… desah resahku… remasan gemasku… dan… lolosnya pakaian kami satu persatu… payudaraku yang mengencang akibat remasan tangan dan cumbuan bibirnya… hhmmm… jilatannya pada clitorisku… batang kemaluannya yang berbentuk indah, perkasa… memaksa bibirku untuk mengulumnya… ooowww… nikmat hentakan tubuhnya menekan tubuhku… sodokan kejantanannya pada liang kemalukanku mengantarkan kenikmatan orgasmeku dua kali berturut-turut… 2 jam kami melewatkan waktu untuk bercumbu siang itu, kekaguman Diego atas permainan ranjangku yang begitu hot dan lihay… beberapa kali aku berkencan ranjang dengan Diego lelaki tinggi besar berstyle dandy… kepuasan sex kuraih dengan sempurna dengan kelihayannya dia memperlakukan perempuan di atas ranjang… tapi bayangan sensual wajah bocah innocent bernama Deka itu tak juga sirna… Sampai pada suatu malam hujan turun dengan deras…

Rupanya malam itu Deka sedang dirumah, berbincang dengan Bella di ruang tamu… sedangkan aku nonton TV diruang belakang… ” Ma, mas Dekaa mo pulang tuh…” terdengar suara Bella dari belakangku… ” Eh… pulang..? hujannya gede banget, tunggu reda aja.. jauh lagi rumah Deka..” jawabku spontan sambil bangkit dari dudukku berjalan ke ruang depan… kulihat jam memang sudah terlalu malam untuk bertamu… ” Dekaa… ujan begini lebat, udah malem lagi… ntar ada apa-apa di jalan… sudah deh Mama kasih kamu nginap disini, tidur di kamar atas, besok subuh Mama bangunin kamu…” ujarku, terdorong rasa sebagai orang tua yg khawatir kepada anaknya… Deka menunduk salah tingkah ga berani menolak.. ” Tapi Deka harus telpon rumah dulu tante…” sahutnya pelan… dan akhirnya justru aku yang menelpon kerumah Deka memintakan ijin orang tua Deka, yang ternyata menyambut baik… Malam semakin larut, sementara hujan semakin lebat disertai guntur dan kilatan petir… Aku tergolek di ranjang, tak dapat menutupkan mata… Siang tadi kembali Aku melewati kencan ranjang dengan Diego…. tapi… entah kenapa kali ini… susah sekali aku mencapai orgasme… sampai 2 kali Diego menumpahkan spermanya… sedangkan aku tak sekalipun.. Gilaaa… kenapa justru sekarang wajah bocah itu yang terbayang-bayang di malam dingin ini… iiihhh… birahiku meletup- letup gila… ampuuunn…

Sekarang bocah itu ada di lantai atas… tunggu apa lagi..??? mmmm… bisikan setan.. aku tak mampu menahan tubuhku yang berjalan menapaki tangga… dan kini aku di depan pintu kamarnya… tanpa mengetuk kubuka pintu… ternyata Deka pun masih belum tidur… ” Deka kamu belum tidur..?” tanyaku gagap… kenapa aku jadi salah tingkah sekarang…? ” Tante juga belum tidur…?” sahutnya… iiihh… jawabannya begitu tegas… aahh… siapa yg menuntunku duduk di ranjangnya… mmm… darahku berdesir ketika tahu mata Deka menatap dada montokku yang memang tak mengenakan bra, sehingga puting susuku tercetak menonjol dibalik gaun tidurku yg memang berbahan tipis, sehingga semburat kecoklatan aura puting susuku pun nampak jelas, kembali aku kehilangan kontrol… dan entahlah bagaimana awalnya dan siapa yang mengawali…. bibirku sudah dalam lumatan bibir Deka… sergapan nafsu birahiku tak dapat kuelakkan dan remasan lembut tangan lelaki muda pada buah dadaku melambungkan gairah seksualku… gelitikan lidah nakalnya pada puting susuku membuat tubuhku menggeliat erotis disertai erangan manjaku… satu demi satu pakaian beterbangan meninggalkan tubuh kami…

Aku begitu hot dan bergairah mencumbui tubuh pacar anakku itu… tapi aku sudah melupakan siapa Deka, yang aku tahu Deka adalah lelaki muda yang siap memenuhi kebutuhanku ooowww… aku tak menyangka kali ini Deka lebih lihay dan lebih berinisiatif melakukan serangan, sampai aku hampir tak percaya ketika Deka menyurukkan wajahnya di selangkanganku dan mencumbui bibir kemaluanku… ” Dekaaa…. sssshhh…. kamu piiiinteer sekarangg… ooohh.. ammpuunn nikmaaaatnyaa…” desahku merasakan nikmat cumbuan lidahnya pada clitorisku, membuat Deka tambah semangat… Ketika permainan yang sesungguhnya berjalan… sebagai wanita dewasa yang telah berpengalaman menghadapi gairah lelaki… aku dibuat megap-megap menghadapi serangan pejantan muda ini… hajaran batang kemaluannya yang perkasa pada memek ku tak kenal ampun… membuat aku mengerang merintih bahkan menjerit setengah histeris… untung suara hujan yang lebat di timpa suara guruh meredam suaraku…. luluh lantak tubuhku dihajar aksi ganas Deka… tapi buatku adalah sebuah sensasi seksual yg sangat luar biasa.. yang mengantarku meraih dua kali kenikmatan orgasme…. tubuh telanjang kami terkapar lunglai di ranjang yang kusut spreinya, tak ada sesal kali ini… “Deka jujur sama Tante… setelah waktu itu kamu main sama perempuan mana…?” tanyaku datar dengan nada dingin. ” Aaah… nggak, sekali-sekalinya cuma sama Tante Feli..” jawab Deka agak gugup

Menyebut namaku.. ” ga mungkin, kamu mendadak bisa begitu canggih mencumbu Tante…?” desakku… dan akhirnya Deka menceritakan pengalaman setelah pengalaman seksualnya yang pertama, Deka banyak nonton blue film dan otak cerdasnya banyak menyerap gaya dan cara bercinta dari film-film biru yang ditontonnya… “Mmmmm… kaciaaan… kamu tentunya kangen mencumbui Tante ya sayaang…?” bisikku sambil kudaratkan kecupanku ke bibirnya, tubuhku bergerak menindih tubuh atletis Deka, tubuhku direngkuh dan tubuh kami menempel ketat… kuajarkan permainan lembut… mmmm… anak pintar ini dengan cepat menguasai permainan baru yg kuajarkan… dengan telaten setiap inci tubuhku dirambahnya dengan remasan, gerayangan tangannya yang nakal… jilatan dan kecupannya merambah setiap bagian tubuhku yang sensitif… tubuhku menggeliat erotis… kadang menggelepar liar… rintihanku mulai terdengar… tak dapat kutahan desah gelisahku… diselingi jeritan gemas… ” Ayo sayaang…ahh..ahhh… Tante udah ga tahan…” bisikku lembut, setelah aku nggak tahan lagi merasakan kuluman dan jilatan Deka pada clitorisku… ” Aoooouuuhhh…Dekaaa….aahhh…aahhhh…” suaraku terdengar bergetar memelas… mataku meredup sayu menatap wajah imut Deka.

Manakala memek ku untuk kesekian kalinya ditembus batang kemaluan bongsor milik Deka, namun kali ini Deka menekan pelan sekali, sehingga terjadi gesekan nikmaaaaat yang lama sekali… sehingga kedua kakiku yang melingkari pinggangnya seakan mengejang, tak tahan menahan kenikmatan yang luar biasa… “Enaaak Tante..?” bisiknya lembut sambil tersenyum manis, ketika liang sanggamaku sudah tak ada tempat lagi bagi batang kemaluannya… iiih… menggemaskan bibirnya… aku menjawab dengan mengangkat alis… bibirku kembali menyambar bibir yang menggemaskan itu… ciuman dan kuluman panjang dimulai, dorongan gelegak birahi kami memang luar biasa, permainan semakin panas dan semakin liar, ekspresi kami total menyembur tanpa kendali…kembali tubuhku dihentak-hentak oleh tenaga perkasa Deka dengan garangnya… jeritan dan rintihan ku silih berganti ditimpa dengus nafas birahi Deka yang mengeros buas… “Aaaahhhkkk….

Dekaaa ssaayaang…. aammppuuunn…ooowww… ssshhh… niiikmaaat banggeet ssiih…???” rengekku dengan suara memelas, namun tarian pinggulku dengan gemulai masih dengan sengit mengcounter rajaman batang kemaluan Deka di liang sanggamaku sehingga terdengar bunyi berceprotan di selangkanganku… gillaaa.. susah untuk kuceritakan sensasi malam itu… “Tante…ahhh…ahh.. Deka ampiir… sssshhh..” desis Deka dengan suara bergetar… matanya garang menatapku… iiihhh mengerikan, tapi aku sngat menyukai ekspresi ini ” Ayoooo sayaanggg…. semburkan bareng Tante… ooouuuuhhhh….!!” Ya ammppuuun… mengerikan sekali… tubuhku terguncang-guncang hebat, akibat hentakan tubuh Deka menghajar liang sanggamaku pada detik puncak… mulutku menganga lebar tanpa suara, tanganku mencengkeram erat pinggiran ranjang…. dan entah apa yang terjadi, karena pada saat itu orgasmeku pun meletus dahsyat… Entah berapa lama suasana hening, hanya suara nafas kami terengah-engah yg terdengar…. hujan di luar rupanya sudah berhenti juga…. ” Tante… boleh Deka pulang sekarang, hujan kayaknya sudah berhenti…” suara Deka memecah keheningan… ” Hmmm… sebenernya Tante masih pingin meluk kamu, pingin cumbuin kamu sayaaang… ini ditinggal buat Tante aja yah..?” sambil kuremas batang kemaluan yg masih sembab…

Kumpulan Cerita Dewasa Permainan Sex Dengan Perawat Cantik


Kumpulan Cerita Dewasa - Ini terjadi beberapa bulan yang lalu, dimana saat itu aku sedang dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. aku masih duduk di kelas 2 SMA pada saat itu. Dan dalam urusan asmara, khususnya “bercinta” aku sama sekali belum memiliki pengalaman berarti. aku tidak tahu bagaimana memulai cerita ini, karena semuanya terjadi begitu saja. Tanpa kusadari, ini adalah awal dari semua pengalaman asmaraku sampai dengan saat ini.

Sebut saja nama wanita itu Susi, karena jujur saja aku tidak tahu siapa namanya. Susi adalah seorang suster rumah sakit dimana aku dirawat. Karena terjangkit gejala pengakit hepatitis, aku harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa hari. Selama itu juga mbak Susi setiap saat selalu melayani dan merawatku dengan baik. Orang tuaku terlalu sibuk dengan usaha pertokoan keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, aku lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.

Yang kuingat, hari itu aku sudah mulai merasa agak baikkan. aku mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidur pun rasanya sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak panas, dan pengap. Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup luas untuk diriku seorang diri. Namun, aku benar-benar merasa pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, aku memang sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun.

Akhirnya aku menekan bel yang berada disamping tempat tidurku untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Susi  yang kuanggap paling cantik dan paling baik dimataku itu masuk ke kamarku.

“Ada apa Dik?” tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali.

Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu tubuhku membuat aku dapat melihat bentuk payudaranya yang terlihat montok dan menggiurkan.

“Eh, ini Mbak. aku merasa tubuhku lengket semua, mungkin karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama aku tidak mandi. Jadi aku mau tanya, apakah aku sudah boleh mandi hari ini mbak?”, tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.

aku memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.

“Oh, begitu. Tapi aku tidak berani kasih jawabannya sekarang Dik. Mbak musti tanya dulu sama Pak dokter apa adik sudah boleh dimandiin apa belum”, jelasnya ramah.

Mendengar kalimatnya untuk “memandikan”, aku merasa darahku seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku membayangkan seandainya benar Mbak Susi mau memandikan dan menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar aku terbengong sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien rumah sakit yang tipis itu.

“Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih, pasti mikir yang ngga-ngga ya. hi hi hi”.

Mbak Susi ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. aku cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku dengan selimut.

“Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem kok”, elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis itu.

“Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa lengket Mbak bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban Mbak kerja disini. Tapi Mbak bener-bener ngga berani kalau Pak dokter belum mengijinkannya”, lanjut Mbak Susi lagi seolah memancing gairahku.

“Ngga apa-apa kok mbak, aku tahu Mbak ngga boleh sembarangan ambil keputusan” jawabku serius, aku tidak mau terlihat “nakal” dihadapan suster cantik ini. Lagi pula aku belum pengalaman dalam soal memikat wanita.

Suster Susi masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu, kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja disamping tempat tidurku.

“Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa lengket”, lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan melumuri telapak tangannya dengan bedak.

aku tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang. Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap bajuku. aku tidak menolak, karena dibedakin juga bisa membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Susi kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang aku dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.

Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak, terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama aku tidak membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani sebagaimana biasanya aku lakukan dirumah dalam keadaan sehat. Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak mungkin kulakukan karena ada Mbak Susi saat ini. fantasiku melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.

Beberapa saat kemudian Mbak Susi menyuruhku membalikkan badan. aku merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali melihat kontolku yang ereksi.

“Iya Mbak..”, jawabku sambil berusaha menenangkan diri, aku pun membalikkan tubuhku.

Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku, rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku dengan memejamkan mata.

Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Aku benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali telapak tangannya menyentuh putingku.

“Ahh, geli dan enak banget”, pikirku.
“Wah, kok jadi keras ya? he he he”, aku kaget mendengar ucapannya ini.
“Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?”

Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, aku benar-benar terangsang. Kontolku langsung berdiri kembali bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tapi aku tidak berani berbuat apa-apa, cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku.

 KLIK DISINI

aku cuma tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Susi semakin berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan sesekali dicubitnya putingku.

“Ahh, geli Mbak. Jangan digituin”, kataku menahan malu.
“Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau putingnya dimainkan gini”, lanjutnya sambil melepas jari-jari nakalnya.

aku benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu sisi aku ingin terus di”kerjain” oleh Mbak Susi, satu sisi aku merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin saja tiba-tiba masuk.

“Dik Kusumo sudah punya pacar?”, tanya Mbak Susi kepadaku.
“Belum Mbak”, jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah mana dia akan berbicara.
“Dik Kusumo, pernah main sama cewek ngga?”, tanyanya lagi.
“Belum mbak” jawabku lagi.
“hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih”, lanjutnya centil.

Aduh pikirku, betapa bodohnya aku bisa sampai terjebak olehnya. Memangnya “main” apaan yang aku pikirkan barusan. Pasti dia berpikir aku benar-benar “nakal” pikirku saat itu.

“Pantes deh, de Kusumo dari tadi Mbak perhatiin ngaceng terus, Dik Kusumo mau main-main sama Mbak ya?

Wow, nafsuku langsung bergolak. aku cuma terbengong-bengong. Belum sempat aku menjawab, Mbak Susi sudah memulai aksinya. Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku. Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku, dan dihisap sambil memainkan putingku di dalam mulutnya dengan lidah dan gigi-gigi kecilnya.

“Ahh, geli Mbak”m rintihku keenakan.

Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya mulutku. Awalnya aku cuma diam saja tidak bisa apa-apa, setelah beberapa saat aku mulai berani membalas ciumannya. Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan memelintir lidahnya dengan lidahku.

Kuhisap lidahnya dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali aku mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat aku mencoba menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.

“Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa gawat”, katanya.

Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak disudut kamar. Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak berisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai aku telanjang bulat.

Kemudian dia sendiri pun melepas topi susternya, digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing seragamnya sehingga aku sekarang dapat melihat bentuk sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang berwarna hitam.

Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini lebih panas dan bernafsu. aku belum pernah berciuman dengan wanita, namun Mbak Susi benar-benar pintar membimbingku. Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam berciuman.

Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan sesekali menggigitnya.

“Yes, enak.. ouh geli dik, ah.. kamu pinter banget sih”, desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan membenamkannya ke dadanya.

Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak aku dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat dan nikmat. aku pun melepas kulumanku di putingnya, kini ku duduk diatas closet sambil membiarkan Mbak Susi memainkan kontolku dengan tangannya. Dia jongkok menghadap selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua tangannya.

“Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh.. ahh..”, desahku menahan agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat.

Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya di selangkangannya sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri. Melihat aksinya itu aku benar-benar terangsang sekali. Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.

Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah, sementara aku sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit becek, padahal aku cuma menggosok-gosok saja dengan jempol kaki.

“Yes.. ah.. nakal banget kamu Kusumo.. em, em, eh.. enak banget”, desahnya keras.

Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga aku tidak khawatir didengar orang. aku juga membalas desahannya dengan keras juga.

“Mbak Susi, sedotin kontol aku dong.. please.. aku kepingin banget”, pintaku karena memang sudah dari tadi aku mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film BF yang biasa kutonton.

“Ih.. kamu nakal yah”, jawabnya sambil tersenyum.

Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala kontolku yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya itu. aku cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum pernah kurasakan sebelumnya.

Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang terbuka lebar, kemudian dikatup mulutnya sehingga kini kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang kontolku sehingga aku merasa sekujur tubuhku terasa mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.

“Ahh.. ahh..”, aku mendesah keenakkan setiap kali tarikan tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari jepitan bibirnya yang manis itu.

Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.

Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba aku merasa getaran di sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa aku akan segera “keluar”, Mbak Susi menghisap semakin kencang, disedot dan terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat enak sekali.

“AHH.. AHH.. Ahh.. ahh”, teriakku mendadak tersemprot cairan mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan itu kedalam mulut Mbak Susi.

Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya.

Sekarang dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia membuka lebar pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari mungilnya itu.

aku cuma terbelalak dan terus menikmati pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah aku melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis Mbak Susi. Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet sambil memandang aktifitas “panas” yang dilakukan Mbak Susi.

Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu menggoda. Saat melihat aku mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol sendiri, Mbak Susi tampak semakin terangsang juga.

Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih mengeras dan terlihat makin mancung itu.

“Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..”, canda Mbak Susi sambil mendekati diriku.

Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah mulai kering dari air ludah Mbak Susi, kini kembali basah. aku mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan jari-jari tanganku, tapi Mbak Susi menepisnya.

“Ngga usah, biar cukup Mbak aja yang puasin kamu.. hehehe”, agak kecewa aku mendengar tolakannya ini.

Mungkin dia khawatir aku memasukkan jari tanganku sehingga merusak selaput darahnya pikirku, sehingga aku cuma diam saja dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.

Kali ini aku bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh sementara kami masih asyik “bermain” di dalam sana. Dihisap, disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat, benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah oleh peluh keringat.

Mbak Susi pun tampak letih, keringat mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak Susi sungguh hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia juga sambil memainkan memeknya sendiri.

Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.

Dia merintih, “Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Dik, Mbak mau keluar”, teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.

“Sini mbak, aku mau menjilatnya”, jawabku spontan, karena teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.

Mbak Susi pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke arah mulutku.

“Nih.. cepet hisap Dik, hisap..”, desahnya seolah memelas.

Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok kontolku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini. Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.

“Ahh.. ahh..”, desah Mbak Susi disaat terakhir berbarengan dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan mulutku, hampir muntah aku dibuatnya saking banyaknya cairan yang keluar dan tercium bau amis itu.

Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian aku pun orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti membawaku terbang ke langit ke tujuh.

Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian ini dan membuat janji di lain waktu sebelum akhirnya kami keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan aman-aman saja.

Mbak Susi, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan seks. Sejak itu aku sempat menjalin hubungan gelap dengan Mbak Susi selama hampir 2 tahun, selama SMA aku dan dia sering berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya yang sepi.

Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek. Kini aku sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Susi masih kerja di Rumah sakit itu.

aku jarang menanyakan kabarnya, lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa “horny” menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya sesama suster. aku bahkan sempat beberapa kali bercinta dengan teman-teman Mbak Susi.

Pengalaman masuk rumah sakit, benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Susi, benar-benar fantastis menurutku.

Friday, June 12, 2020

Kumpulan Cerita Dewasa Hilangnya Keperjakaanku Di Memek Tante


Kumpulan Cerita Dewasa - Namaku Dimas dan aku tinggal di Jakarta. Di saat aku menulis cerita ini, aku baru saja menginjak umur 25 tahun. Aku bekerja di sebuah perusahaan marketing ternama di kawasan daerah Kuningan (Jakarta Selatan). Perusahaan kami ini adalah anak dari perusahaan marketing Inggris yang mana Head Office untuk Asia Pasific berada di negeri Singapore. Aku bisa bekerja di perusahaan ini atas bantuan ibu tiriku yang memiliki banyak kolega perusahaan-perusahaan ternama di Jakarta.

Ibu tiriku tergolong orang yang terpandang dan kaya raya. Bekas suaminya adalah pengusaha distributor minyak bumi dalam negeri yang punya akses mudah ke instansi-instansi pemerintah. Ibu tiriku cerai dengan bekas suaminya karena bekas suaminya memiliki banyak ’selir-selir’ di beberapa kota di pulau Jawa dan beberapa lagi di luar pulau Jawa. Karena tidak tahan dengan situasi yang dia hadapi, dia memutuskan untuk bercerai dengan bekas suaminya.

Menurut cerita ibu tiriku, urusan perceraiannya sangatlah rumit, berbelit-belit, dan memakan waktu berbulan-bulan. Seperti biasa pembagian harta gono-gini yang membuat urusan cerai menjadi lebih panjang. Sampai pada akhirnya hasil dari perceraian tersebut, ibu tiriku mendapat 30% dari seluruh aset dan kekayaan mantan suaminya. Namun setelah itu, ibu tiriku tidak diperbolehkan lagi untuk meminta jatah lagi kekayaan bekas suaminya setelah perceraiannya final di pengadilan.

Bisa para pembaca membayangkan seberapa besar warisan kekayaan ibu tiriku. Bagaimana dengan keluarga asliku? Ayah bercerai dengan ibu kandungku saat aku masih berumur 7  tahun. Masalah dari perceraian tersebut, aku masih kurang tau sampai sekarang ini. Ayah lebih memilih untuk tidak menceritakan masalah tersebut, dan aku pun tidak pernah lagi bertanya kepadanya. Aku mengerti perasaan ayah, karena saat itu kehidupan ekonomi keluarga masih sangat sulit dan ayah pada saat itu hanya seorang pegawai toko di daerah Mangga Besar. Meskipun hanya pegawai toko biasa, ayah memiliki bakat dan hobi mekNinik yang berhubungan dengan mesin motor.

Pendidikan ayah hanya sampai pada tamatan SD, dan dia mendapat ilmu montirnya dari kakek yang dulu sempat bekerja di bengkel reparasi mobil. Ayah selalu memiliki cita-cita untuk membuka bengkel sendiri. Setelah bercerai dengan ibu kandungku, aku dan ayah sering berpindah-pindah rumah kontrak. Ekonomi ayah juga tidak juga membaik. Sering istilah kehidupan kami bak ‘gali lubang tutup lubang’. Setiap tahun gaji ayah naik hanya sedikit saja, dan kebutuhan ekonomi selalu meningkat.

Namun ayah tidak pernah menyerah untuk berusaha lebih demi menyekolahkan aku. Untungnya aku tergolong anak yang suka sekolah dan belajar, oleh karenanya ayah tidak pernah mengenal lelah mencari uang tambahan agar aku menjadi orang yang berilmu dan mencapai karir indah di masa depanku. Cita-cita ayah membuka bengkel reparasi mobil sendiri bermula dari keisengannya melamar kerja di bengkel mobil dekat rumah kontrakan kami. Ayah kerja di toko hanya selama 6 hari seminggu bergantian, tapi ayah menetapkan untuk mengambil hari Sabtu libur agar dia bisa bekerja di bengkel mobil tersebut. Karena bakat dan cinta ayah terhadap mesin mobil dan motor, ayah menjadi tukang favorit di bengkel tersebut.

Perlahan-lahan ayah mengurangi hari kerja ayah sebagai pegawai toko menjadi 5 hari seminggu, kemudian 4 hari seminggu, dan terakhir 3 hari seminggu. Sampai pada akhirnya bengkel menarik banyak pelanggan tetap, dan ayah diminta untuk bekerja sebagai pegawai tetap di bengkel itu. Gaji ayah naik 3 kali lipat dari gaji sebagai pegawai toko plus bonus dan tip-tip dari pelanggan. Lebih bagusnya lagi ayah hanya bekerja 5 hari saja dari hari Senin sampai Jumat. Ayah sengaja tidak memilih hari Sabtu dan Minggu demi menghabiskan waktu berdua denganku. Setiap hari Sabtu ayah suka menjemputku sepulang sekolah, maklum biasanya sekolahku hanya masuk 1/2 hari di hari Sabtu dan kami berdua suka jajan di luar sebelum pulang ke rumah. Sejak bekerja di bengkel itu, aku menjadi dekat dengan ayah.

Dengan kondisi ekonomi yang semakin membaik dari hari ke hari, kini ayah mampu untuk membeli rumah sendiri meskipun tidak besar. Malaikat keberuntungan sedang berada disamping ayah. Ayah orang yang baik, tekun dan jujur, maka dari itu ayah diberi banyak rejeki dari yang di atas. Bengkel itu menjadi tumbuh pesat pula berkat kedatangan ayah. Demi menjaga hubungan baik antara ayah dengan bos bengkel itu, ayah diberi komisi 15% dari setiap pembayaran service/reparasi mobil. Motor yang dia urus plus bonus tahunan dan belum lagi tip-tip dari pelanggan. Nama bengkel menjadi terkenal karena rekomendasi dari mulut ke mulut, sampai pada suatu hari ibu tiriku ini menjadi pelanggan tetap bengkel itu.

Ibu tiriku mendengar nama bengkel dan nama ayahku dari teman dekatnya. Saat itu ibu tiriku memiliki 3 buah mobil. Seingatku waktu itu ada BMW, Mercedes, dan mobil kijang. Ibu tiriku sering mengunjungi bengkel ayah dengan alasan untuk check up antara mobil BMW-nya atau Mercedes-nya. Mobil kijangnya hanya datang dengan supir. Sebut saja nama ibu tiriku adalah Rica (nama singkatan). Saat itu aku memanggilnya tante Rica. Umur tante Rica 4 tahun lebih muda dari ayah. Kerutinan tante Rica ke bengkel menjadi awal dari romansa antara dia dan ayah. Ayah sering kencan berdua dengan tante Rica, dan terkadang mereka mengajakku pergi bersama- sama pula.

Terus terang sejak bersama tante Rica, wajah ayah lebih tampak berseri-seri dan lebih segar. Mungkin saat itu dia menemukan cinta keduanya setelah bertahun-tahun berpisah dengan ibu kandungku. Melihat perubahaan positif ayah, aku pun menjadi ikut senang. Aku juga senang bila tante Rica datang berkunjung, karena dia sering membawa oleh-oleh berupa makanan atau minuman yang belum pernah aku liat sebelumnya. Belakangan aku baru tau bahwa bingkisan itu adalah pemberian dari kolega bisnisnya. Salah satu rumah Tante Rica berada di daerah Jakarta Selatan, dan tentu banyak orang tau bahwa kawasan ini adalah kawasan elit.

Setelah bercerai, tante Rica membuka beberapa bisnis elit di sana seperti salon/spa kecantikan, dan butik. Para pelanggannya juga dari kalangan kaliber atas seperti pejabat dan artis. Dia menyewa beberapa prajurit terpercaya untuk menjalankan usaha-usaha bisnisnya. Dalam singkat cerita, ayah dan tante Rica akhirnya memutuskan untuk menikah. Setelah menikah aku disuruh memanggilnya ‘mama’. Perlu waktu beberapa minggu untuk memanggilnya ‘mama’, tapi lama-lama aku menjadi biasa untuk memanggilnya ‘mama’.

Untuk lebih singkatnya dalam cerita ini, aku akan menyebut ‘ibu tiriku’ sebagai ‘ibu’. Sejak setelah menikah, ibu tinggal di rumah kecil kami beberapa bulan sambil menunggu bangunan rumah baru mereka selesai. Lagi-lagi, rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah. Ayah menolak tinggal di rumah tante Rica karena alasan pribadi ayah. Setelah banyak proses yang dilakukan antara ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja, kini menjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya.

Ayah pernah memohon kepada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu adalah ‘business-minded person’. Aku semakin sayang dengan ibu, karena pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan. Kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut berperan besar di sana. Banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak lebih menarik. Pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini banyak dari kalangan orang-orang kaya. Ayah tidak memecat pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan memperlakukan mereka seperti saat dia diperlakukan oleh pemilik bengkel yang lama.

Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar- benar berubah 180 derajat. Kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah. Ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya bernama tante Nini. Tante Nini saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku. Semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan. Tanti Nini adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik ibu. Wajah tante Nini tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main.

Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. Tante Nini sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gossip dengan ibu berjam-jam. Tidak jarang tante Nini keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall. Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante Nini. Ibu bercerita bahwa tante Nini itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante Nini sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini. Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah.

Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman. Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan. Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante Nini menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya.

“Dimas kok ngga ikut papa mama ke Bandung?”tanya tante Nini.
“Kalo ke Bandung sih Dimas malas, tante. Kalo ke Singapore Dimas mau ikut.” jawabku santai.
“Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore.

Tante ada apartment di sana” tungkas tante Nini.

Aku pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh.

Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”.

“Kagak ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih. Dimas mau ngga temenin tante?”.

“Emang tante mau makan di mana?”
“Tante sih mikir Pizza Hut.”
“Males ah ogut kalo Pizza Hut.”
“Trus Dimas maunya pengen makan apa?”

“Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.”
“Oke deh. Mau cabut jam berapa?”
“Entaran aja tante. Dimas masih belom laper. Jam 7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.”

Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante Nini mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira- kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante Nini putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak seminggu 2 kali.

Bagian dada atasnya juga putih mulus. Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam 7 malam. Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante Nini suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante Nini bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai menganggap terlalu serius. Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante Nini semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dipakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu.

Tiba-tiba tante Nini berkata, “Dimas, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”.

“Huh? Mana enak?” tanyaku.
“Mau tante kitik kuping Dimas?” tante Nini menawarkan/
“Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi.

“Ga usah, pake bulu kemucing itu aja” tundas tante Nini.
“Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan.
“Alahh sok bersihan kamu Dimas. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante Nini. “Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.” lanjutnya.

Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante Nini. Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada tara. Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Suara lembut membisikkan telingaku.

“Dimas, bangun yuk. Tante dah laper nih.” kata tante.
“Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka.
“Udah jam 7 lewat Dimas. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.” kata tante sambil mengelus lembut rambutku.

“Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.”
“Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.”
“Oke oke, kasih Dimas lima menit lagi deh tante.” mintaku.
“Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.”

Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante Nini sedang membenarkan posisi roknya kembali. Alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe-sampe rok tante Nini tersingkap tinggi banget. Berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante Nini, begitulah aku berpikir. Ada rasa senang juga di dalam hati. Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur.

“Nih kamu yang setir mobil tante dong.”
“Ogah ah, Dimas cuman mau setir Baby Benz tante. Kalo yang ini males ah.” candaku. Waktu itu tante Nini membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya.

“Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.” balas tante Nini.
“No way … bisa digantung ogut ama papa mama.” jawabku.
“Iya udah kalo gitu setir ini dong.” jawab tante Nini sambil tertawa kemenangan.

Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. Tante Nini seperti bebek saja, ngga pernah stop ngomong and gosipin teman-temannya. Aku jenuh banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante Nini tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia.

Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante Nini mengajakku mampir ke rumahnya. Tante Nini tinggal sendiri di apartemen di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante Nini sendiri tinggal di Bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante Nini, yang tante Nini tidak pernah merasa kekurangan materi. Apartemen tante Nini lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Di sana tidak ada siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante Nini. Jadi aku bisa maklum apabila tante Nini sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen.

“Anggap rumah sendiri Dimas. Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.”
“Kalo begitu, Dimas mau yang ini.” sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel.
“Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.”

cegah tante Nini.

“Tapi Dimas dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud membela diri.
“Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.”.

Tiba-tiba suara tante Nini menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan.

“Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante Nini memecahkan suasana hening sebelumnya.

“Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah?!” jawabku kagum.
“Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal.

Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.” Aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante Nini tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut. Tante Nini ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis.

“Ok deh. Kalo begitu Dimas mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat aja dulu yah.” kataku.“Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.” mintanya sedikit memohon. Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante Nini yang tinggal sendiri di apartemen itu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante Nini sudah ingin tidur.

“Kita main UNO yuk?!” ajak tante Nini.
“Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran.
“Walah kamu ngga pernah main UNO yah?” tanya tante Nini. Aku hanya menggeleng- gelengkan kepala.

“Wah kamu kampung boy banget sih.” canda tante Nini. Aku hanya memasang tampak cemburut canda. Tante Nini masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman. Tante Nini membawa kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P. Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg aku minum sendirian. Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas. Melihat kejadian ini, tante Nini menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy sendirian.

“Tante, anterin Dimas pulang yah. Kepala ogut rada berat.”
“Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.” jawab tante Nini.

Aku merasa tante Nini berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante Nini minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut, tante Nini mulai terlihat lebih berani lagi. Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua. Paling tepat untuk bermain UNO itu berempat.

Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante Nini ralat menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus terang aja tante Nini sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin berani menanyakan yang bukan-bukan.

Sebaliknya dengan tante Nini, dia lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku. Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya buat tante Nini menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya. Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi. Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan.

Semuanya tanpa ragu-ragu tante Nini jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan. Kini permainan kami semakin wild dan berani. Tante Nini mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante Nini.“Yee, tante menang lagi. Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.” kata tante Nini dengan senyum kemenangan.

“Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh yah kalo kalah.” jawabku sambil melepas kaus kakiku. Selang beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi.”. Tante Nini kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan. “Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …” candaku sambil tertawa gembira.

“Jangan gembira dulu. Tante lepas anting tante.” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya. Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante Nini bugil juga. Aku pengen sekali menang terus. “Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-nari gembira. Terlihat tante Nini melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes “Loh, curang kok lepas yang itu?”. “Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih dianggap menempel dong.” jawabnya membela.

 KLIK DISINI

Aku rada gondok mendengar pembelaan tante Nini. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi. “Straight … Dimas … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas! Jangan malu-malu!” seru tante Nini girang. Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan. Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam. Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati. “Dimas Three kind … tante … one pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum.

Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya. Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudara-nya terlihat jelas, putih bersih. Dimas junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya. “Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya. Aku kaget sambil tersenyum malu. “Yes Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka”. Tampak tante Nini girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada.

“Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.” sindir tante Nini sambil tersenyum. Setelah menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante Nini kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang. Tak lama kemudian tante Nini membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh.

“Mari kita bergembira malam ini. Minum sepuas-puasnya.” ucap tante Nini. Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami. “Yesss … ” seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi. Tanpa disuruh, tante Nini melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante Nini hanya terliat mengenakan BH dan celana dalam saja. Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis di sekitar selangkangannya. Aku sempat berpikir apakah tante Nini mencukur semua bulu-bulu pubisnya. Muka tante Nini sedikit memerah. Kulihat tante Nini sudah menegak abis gelas winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malam ini? Aku kurang sedikit peduli dengan hal itu. Aku hanya bernafsu untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante Nini.

“Yes, yes, yes …” senyum kemenangan terlukis indah di wajahku.

Tante Nini kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya “Sekarang Dimas tahan napas yah. Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh”. Kali ini tante Nini melepaskan BH-nya dan serentak jantungku ingin copot. Benar apa kata tante Nini, aku seperti terkena setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang. Inilah pertama kali aku melihat payudara wanita dewasa secara jelas di depan mata. Payudara tante Nini sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang.

“Aih Dimas, ngapain liat susu tante terus. Tante masih belum kalah total. Mau lanjut ngga?” tanya tante Nini. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’. “Pertama kali liat susu cewek yah? Ketahuan nih. Dasar genit kamu.” tambah tante Nini lagi. Aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu. Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. Aku penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu. Tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba. Akibat tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante Nini meminta aku melepas celana yang aku kenakan.

Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja. Tante Nini hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi. Aku sengaja menolak tawaran tante Nini untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing lagi. Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya. Babak penentuan apakah tante Nini akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya. Aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku. Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante Nini. Aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante Nini.

Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante Nini mencegahnya.

“Tunggu Dimas. Tante ngga mau celana dalam mu dulu. Tante mau Dare Dimas dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini”

kata tante Nini.

Setelah meneguk wine-nya lagi, tante Nini terdiam sejenak kemudian tersenyum genit.

Senyum genitnya ini lebih menantang dari pada yang sebelum-sebelumnya.

“Tante dare Dimas untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang.” tantang tante Nini.
“Ahh, yang bener tante?” tanyaku.
“Iya bener, kenapa ngga mau? Jijik ama tante?” tanya tante Nini.
“Bukan karena itu. Tapi … Dimas belum pernah soalnya.” jawabku malu-malu.
“Iya udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Dimas.” kata tante Nini.

Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante Nini. Tante Nini kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante Nini. Tante Nini diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante Nini. Bau wine merah sempat tercium di hidungku. Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante Nini.

Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante Nini. Tante Nini dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante Nini, dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante Nini. Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya. Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. Tante Nini seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas tante Nini pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia terangsang.

“Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya” ajak tante Nini. Aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya. Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. Tante Nini menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja.

“Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Dimas bosan ama tante.” candanya.
“Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.” jawabku.
“Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante Nini kemudian terputus. Kalimat tante Nini ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Nini malam itu.

Aku semakin berani dan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante Nini sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh nafsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung.

“Dimas menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …” sambut tante Nini sambil menggoda.
“Hmm … apa yah.” pikirku sejenak.
“Gini aja, Dimas pengen emut-emut susu tante Nini.” jawabku tidak tau malu.

Ternyata wajah tante Nini tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata “Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Dimas.”. “Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran.

Tante Nini hanya mengangguk pertanda setuju. Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante Nini. Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante Nini dengan lembut. Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante Nini, memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante Nini. AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante Nini dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante Nini.

Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante Nini perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya. Kini aku bisa memastikan bahwa tante Nini saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’. “Dimasss … kamu nakal banget sih! … haahhh … Tante kamu apain?” bisik tante Nini dengan nada terputus-putus. Aku tidak menggubris kata-kata tante Nini, tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya. Tante Nini tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya.

Aku mencoba mendorong tubuh tante Nini perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante Nini tidak menahan/menolak, bahkan tante Nini hanya pasrah saja. Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante Nini. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante Nini, dan oh my, wangi betul leher tante Nini. Tante Nini memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini.

Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante Nini, dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante Nini. Tanganku tidak tinggal diam. Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante Nini, sedangkan tangan kananku meremas- remas payudara kiri tante Nini. Tubuh tante Nini seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante Nini tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante Nini memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya.

Aku ingin sekali melihat kemaluan tante Nini saat itu, namun tante Nini tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya. “Alamak …”, pikirku kaget. Ternyata kemaluan/ memek tante Nini mulus sekali. Ternyata semua bulu jembut tante Nini dicukur abis olehnya. Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya. Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji itil. Aku putar-putar itil tante Nini berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kini memek tante Nini mulai basah dan licin.

“Dimasss … kamu yah … aaahhhh … kok berani ama tante?” tanya tante Nini terengah-engah.
“Kan tante yang suruh tangan Dimas ke sini?” jawabku.
“Masa sihhh … tante lupa … aahhh Dimasss … Dimasss … kamu kok nakal?” tanya tante Nini lagi.
“Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante Nini.
“Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante Nini mulai serak-serak basah.

Aku tetap memainkan itil tante Nini, dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat. Tak lama kemudian tante Nini menjerit kencang seakan-akan terjadi gempa bumi saja. Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku. Untung saja tante Nini bukan tipe wanita yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante Nini tidak sakit buatku. “Dimasss … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante Nini. Aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu.

Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante Nini lemas dan nafasnya terengah-engah. Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang penisku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante Nini, tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante Nini. Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante Nini. Dengan lembutnya tante Nini berkata, “Dimas, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis. Tuh liat kontol Dimas dah tegak kayak besi. Sini tante pegang apa dah panas.”.

Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina tante Nini, dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan. Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante Nini. Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding memek tante Nini yang memuluskan jalan masuk penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang telah masuk di dalam sana.

“Uhhh … ohhh … Dimasss … ahhh …” desah tante Nini.

Aku coba mengocok-kocok memek tante Nini dengan penisku dengan memaju-mundurkan pinggulku. Tante Nini terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan. “Dimasss … Dimasss … aduhhh Dimasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante Nini. Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante Nini, tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante Nini, sehingga aku berhenti sejenak.

“Dimasss … kamu dah mau keluar belum … ” tanya tante Nini.
“Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi …” jawabku serius.
“Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam.

Tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang. Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.” pinta tante Nini.

“Beres tante.” jawabku.
“Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda tante Nini genit.

Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku bisa merasakan memek tante Nini semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku. Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas. Tante Nini pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante Nini 20 menit lama-nya. Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari penisku semakin mendekat saja.

“Dimasss … ampunnn Dimasss … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi… tante geliii banget nihhh …” kata tante Nini. “Tante … Dimasss dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku. Puting tante Nini semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante Nini, dan bibir kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi. Posisiku tetap di atas tubuh tante Nini.

Aku percepat kocokan penisku di dalam memek tante Nini. Tante Nini sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja. “Dimasss … tante datangggg … uhhh …ahhhhhh …” jerit tante Nini sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante Nini telah ‘orgasme’. Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante Nini agar spermaku dilepas diluar memek tante Nini

“Tante … Dimassss datangggg …” jeritku panik. Kutarik penisku dari dalam memek tante Nini, dan penisku memuncratkan spermanya di perut tante Nini. Saking kencangnya, semburan spermaku sampai di dada dan leher tante Nini. “Ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritan kepuasanku.

“Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …” canda tante Nini. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan tante Nini. Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante Nini. Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku melihat ke langit- langit apartment tante Nini. Aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia.

Tante Nini kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutnya tercium oleh hidungku. “Dimas puas ngga?” tanya tante Nini.

“Bukan puas lagi tante … tapi Dimas seperti baru saja masuk ke surga” jawabku.
“Emang memek tante surga yah?” canda tante Nini.
“Boleh dikata demikian.” jawabku percaya diri.
“Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran.

“Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya. Diapain emang ama Dimas?” tanya tante Nini manja. “Anuu … Dimas kasih si Dimas Junior … tuh tante liat jembut Dimas banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari memek tante tuh. Banjir keluar tadi.” kataku.

“Idihhh … mana mungkin …” bela tante Nini sambil mencubit penisku yang sudah mulai loyo.

“Dimas sering-sering datang ke rumah tante aja. Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tante Nini. “Sippp tante.” jawabku serentak girang. Malam itu aku nginap di rumah tante Nini. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante Nini, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya. Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelap tante Nini tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu.

Tante Nini senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartemennya sendiri. Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana). Tante Nini sangat menyukai dan menikmati seks. Menurut tante Nini seks dapat membuatnya merasa enak secara jasmani dan rohani, belum lagi seks yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu seks dan diet yang teratur.

Tante Nini paling suka ‘bermain’ tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi. Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam memeknya. Apabila di saat subur dan aku/tante Nini lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga).

Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya. Aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante Nini. Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante Nini menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante Nini bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. Tante Nini sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante Nini.

Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante Nini. Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. Tante Nini sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single. Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan pacarku, tante Nini sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian seks. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante Nini, namun tante Nini seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian. Jadi tante Nini tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya.