Saturday, April 3, 2021

Kumpulan Cerita Dewasa Selalu Menggodanya Pembantu Bohay


Kumpulan Cerita Dewasa - Beberapa waktu yang lalu, karena telah berulang kali dipanggil oleh anaknya di kampung, maka pembantu kami yang sudah tua, Mbok Iyem akhirnya pulang juga ke kampungnya di Jawa Tengah, tetapi sebelum pulang ia berjanji akan membantu kami untuk mencarikan seorang pembantu lain yang berasal dari kampungnya juga, jadi pada saat Mbok Iyem pulang kampung, tidak terjadi kekosongan pembantu di rumah kami. Hal ini penting bagi kami, karena kami berdua, suami isteri bekerja sehingga kami memerlukan seorang pembantu untuk beres-beres di rumah.

Pada hari yang telah ditentukan, maka datanglah seorang pembantu baru yang dijanjikan oleh Mbok Iyem, yaitu seorang gadis kampung yang telah putus sekolah, berumur 18 tahun bernama Lastri. Sulastri bertubuh sedang dengan kulit bersih dan berambut panjang, yang dengan malu-malu memperkenalkan dirinya kepada kami, setelah menerima instruksi ini itu dari isteriku, Lastri pun mulai bersiap untuk kerja.

Memasuki hari Senin, secara kebetulan saya mendapat cuti kantor selama tiga hari, yang mana bisa saya pergunakan untuk beristirahat di rumah. Setelah isteriku berangkat kerja, sayapun santai di rumah sambil baca koran dan mendengarkan radio, sedang Lastri sibuk membersihkan rumah sehabis mencuci pakaian.
Sedang saya asyik membaca, tiba-tiba dikejutkan oleh sapaannya, “Maaf Pak.., Saya mau mengepel lantainya”.
“Oh iya, pel aja..”, kata saya sambil terus membaca, tetapi mataku memperhatikan pembantu ini dengan lebih seksama. Lastri mengepel lantai sambil berjongkok dan sesekali merangkak sambil terus mengayunkan tangannya. Saat ia merangkak, terlihat pinggulnya yang besar dengan pantat yang membentuk bulat bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan irama yang teratur, celana dalam yang dipakainya terbayang sangat jelas dari balik daster yang dipakainya. Saat ia berbalik untuk mengepel di bawah kaki saya, terlihat dari belahan dasternya dua buah bukit yang ranum, terbungkus oleh kutang ketat, yang kelihatannya sudah agak kekecilan. Tanpa terasa saya menggosok batang kemaluanku, yang tiba-tiba menjadi tegang. Konsentrasi saya untuk membaca menjadi hilang.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Lastri bersiap-siap untuk membersihkan dirinya dan mengambil handuk serta masuk ke kamar mandi, begitu terdengar suara air yang terguyur di kamar mandi, saya cepat-cepat meloncat bangun dan berjalan cepat-cepat ke arah kamar mandi. Dari sela-sela pintu kamar mandi terdapat celah yang bisa dipakai untuk mengintip ke dalam. Ternyata pemandangan di dalam kamar mandi begitu asyiknya, Sulastri ternyata mempunyai badan yang bersih mulus dengan kedua payudaranya yang ranum keras dengan puting yang mengarah ke atas berwarna coklat muda, pinggulnya yang besar sangat seksi dengan bulu-bulu halus di atas kemaluannya. Lastri sibuk menggosok-gosok badannya tanpa sadar ada mata yang sedang menikmati tubuhnya yang ranum. Dengan berdebar saya terus mengintip Lastri yang sesekali menunduk untuk menggosok kakinya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Nafsu saya naik ke kepala, saya mulai mengelus batang kemaluanku sampai tegang. “Aah, enaknya kalau bisa memeluk dan menancapkan batang penisku di vaginanya”.

Sedang asyik mengintip, saya teringat kalau di lemari saya masih ada menyimpan sebotol obat perangsang bermerek ‘Spanish fly’ oleh-oleh teman dari luar negeri. Cepat-cepat saya ke kamar mengambil obat tersebut dan membawanya ke dapur, dan benar saja dugaanku bahwa Lastri memang sudah menyiapkan teh hangat bagi dirinya sendiri di situ. Segera saya tuangkan spanish fly itu ke dalam minuman Sulastri dan saya tambahkan gula sedikit agar dia tidak curiga.

Saya kembali duduk di kursi depan dan pura-pura membaca sambil membayangkan tubuh mulus Lastri sambil mengelus batang penisku yang sudah tegang, saya benar-benar sudah bernafsu sekali untuk menyetubuhi Lastri. Sekitar setengah jam kemudian, saya mendengar erangan halus yang berasal dari kamar Sulastri, “Heehh.., heehh”.

Segera saya menghampiri kamarnya dan pura-pura bertanya, ” Lastri.., ada apa dengan kamu..?”.
Lastri sambil mengeluh menjawab, “Aduuh Pak.., perut Saya.., hheehh”.
“Kenapa..?”, sambil bertanya saya segera saja masuk ke dalam kamarnya, Lastri kelihatan pucat dan keningnya berkeringat, sedang dalam posisi merangkak sambil memegang perutnya.
“Aduuh.., aduuh.., perut saya.., Pak”.

“Mari Saya tolong..”, kata saya, sambil berdiri di belakangnya dan tunduk serta memegang perutnya dengan kedua tangan untuk mengangkatnya berdiri. Saat berdiri sambil memeluknya dari belakang, penisku yang sudah tegang dari tadi menempel pada celah pantatnya, Lastri agak kaget juga, tapi ternyata dia diam saja sambil terus mendesah.

“Ayo saya gosok perut kamu.., biar hangat”, kata saya sambil tangan kananku terus bergerak menggosok perutnya sedangkan tangan kiriku mengangkat dasternya dari bawah. Saya memasukkan tangan kiriku ke dalam daster itu dan berpura-pura akan menggosok perutnya juga tapi saya segera menurunkan tangan saya untuk menyibakkan celana dalamnya dan mulai meraba bulu-bulu halus yang bertebaran di sekitar vaginanya. Saat tangan saya menyentuh vaginanya, Lastri menggelinjang keras dan mendesah panjang, “aah.., Paak..”, seraya menekankan pantatnya yang montok ke penisku yang sudah menanti dengan tidak sabar. Tangan kananku pun mulai masuk ke dalam sela-sela kancing daster, naik terus ke atas dan menemukan payudaranya yang ranum, yang ternyata tidak terbungkus oleh kutangnya, segera saya meremas payudaranya.


“Las,.., ayo Saya gosok sambil tiduran”, kata saya.
“Hee.. Eeh”, katanya.
Saya tuntun Lastri ke tempat tidur dan membaringkannya dengan kedua kakinya tetap terjuntai di lantai. Secara cepat saya menyibak dasternya dan segera menarik turun hingga celana dalamnya terlepas. “Aduuh.., Paak”, katanya sambil menggerakkan pinggulnya.
“sst..”, kata saya sambil menundukkan kepala dan mencium vaginanya yang persis di depan mataku.

“aarkkh..”, seru Lastri sambil membuka kakinya lebih lebar lagi dan kemudian secara cepat menutupnya lagi sehingga kepalaku terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Saya mulai menjilat vaginanya, lidahku mulai menjalar ke kanan dan ke kiri menyibakkan kedua belah bibir vagina Lastri sampai akhirnya saya menemukan clitorisnya. Kedua tangankupun secara gencar mulai bergerilya meremas kedua payudaranya sambil sesekali mempermainkan putingnya yang langsung mengeras.

“Paak..”, Lastri keenakan sambil mulai menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan bagaikan sangat kegelian, dan tiba-tiba dari vaginanya memancar cairan, yang segera saya jilat habis.
“Las.., buka dulu yaa bajunya”, kata saya sambil berdiri dan dengan cepat mulai membuka celana dan kaosku. Sementara saya berdiri telanjang, penisku benar-benar tegang dan keras. Mata Lastri terbelalak memandang penisku yang besar dan berdiri.
“Paak.., Lastri takut”, katanya.
“sstt.., nggak apa-apa Las..”, kata saya sambil membantu Lastri membuka bajunya.

Karena kakinya masih menjuntai di pinggir tempat tidur, segera saya mengambil bantal dan mengganjal pantatnya sehingga vagina Lastri sekarang menyembul dengan clitorisnya yang mengkilap karena jilatan lidahku. Segera saya arahkan penisku ke lubang vaginanya dan berusaha untuk menekannya masuk, sementara tanganku meremas payudaranya sedangkan mulutku mulai memagut bibirnya. Ternyata lubang vagina Lastri sempit sekali, sehingga baru kepala penisku yang masuk, ia sudah menjerit kesakitan dan berusaha menggeliatkan badannya yang mungil. Saya menahan geliatan badannya dan terus berusaha memasukkan seluruh penisku ke vaginanya yang sempit dengan menarik keluar masuk kepala penisku. Biarpun vagina Lastri telah basah oleh cairan yang keluar dari tubuhnya, saya tetap juga mengalami kesulitan untuk menembus pertahanan vagina Lastri ini. Sambil memeluk tubuhnya, mulutku bergesar ke arah telinga Lastri, dan secara tiba-tiba saya menggigit cuping telinganya dengan agak keras. Secara refleks, Lastri kaget sekali, “Aduh..”, tetapi bersamaan dengan itu saya menekan penisku sekuat tenaga masuk ke dalam vaginanya. Lastri kaget dan terdiam, tetapi saya kembali memagut bibirnya dan menyedot lidahnya sambil mulai menaikkan pantatku sedikit sedikit, kemudian turun menekan sampai ke ujung. Aduh nikmatnya bukan alang-kepalang, vagina Lastri benar-benar sempit sekali bagaikan jepitan halus yang menjepit dengan ketat serta berdenyut-denyut terus-menerus. Setelah beberapa kali naik turun, cabut sedikit, tekan lagi.., Lastripun mulai menikmati permainan seks ini, sambil mengerang-erang, dia juga mulai menggoyangkan pinggulnya. Kedua belah kakinyapun turut menari-nari, kadang menjepit kakiku, kadang dia menjepit pinggangku.

“Aarkhh.., ppaak.., enaak”, kata Lastri, sambil terus menggoyangkan pinggulnya, sehingga penisku yang berada di dalam vaginanya terasa bagaikan diremas-remas dengan keras. Akhirnya sayapun tidak tahan lagi, saat badannya menjadi kejang karena dia sampai pada puncak kenikmatan, sayapun mempercepat gerakan naik turun sampai cairan maniku terasa menyembur-nyembur ke dalam vagina Lastri. Akh, kita berdua sungguh lunglai setelah tiba pada puncak kenikmatan. Ternyata setelah selesai baru saya tahu kalau ternyata Lastri masih perawan dan belum pernah dijamah oleh lelaki lain.

Selama masa cuti tiga hari, saya tetap betah di rumah. Dan kalau istriku sudah berangkat kerja, maka Lastri dan saya mulai mempraktekkan berbagai macam gaya bersetubuh. Lastri ternyata murid yang sangat pandai untuk diajar dan selalu bernafsu untuk mengulang dan mengulang lagi. Hal ini berlangsung selama enam bulan, kadang larut malam, kadang pagi hari kalau saya lagi kepingin menikmati tubuhnya, saya ijin dari kantor, sampai akhirnya Lastri dipanggil pulang oleh keluarganya untuk dikawinkan di kampung.

TAMAT

Kumpulan Cerita Dewasa Penjual DVD Porno Kena Kentot


Kumpulan Cerita Dewasa - Perkenalkan namaku Wawan. Umurku 23 tahun, dan aku adalah mahasiswa tingkat akhir sebuah PTS di Jakarta. Saat ini aku tinggal menyelesaikan skripsi, tetapi sampai sekarang masih belum selesai-selesai juga.

Mungkin karena aku saat ini terlalu fokus pada bisnis wiraswastaku. Hasilnya sangat lumayan sih, jadi membuatku agak mengabaikan skripsiku itu.
Tetapi aku berniat untuk mulai mengerjakannya lagi di tengah2 kesibukan mengerjakan proyek-proyek bisnisku. Bangga juga bila mempunyai gelar nanti, dan terlebih hal itu bisa membuat orang tuaku senang.

Semenjak aku kenal dengan Tante Sonya, seperti kuceritakan dulu di ‘Beli Mobil Berbonus Sex’, aku jadi ketagihan bermain sex. Aku selalu memikirkan hal itu, terutama bila setelah beberapa hari tidak ada penyaluran. Memang aku mempunyai pacar, tetapi dengan Monika pacarku itu, aku hanya bercumbu saja dan tidak sampai berhubungan lebih jauh. Dia memang ingin mempertahankan mahkotanya sampai menikah nanti.

Berhubung sekarang aku sudah mempunyai penghasilan, aku bisa menggunakannya sebagian sebagai ‘biaya’ kenakalanku. Kadang aku dan temanku pergi hunting ABG-ABG yang sering nongkrong di mall atau tempat nongkrong lainnya. Hanya saja aku lebih suka kalau mengencani Tante2 yang kesepian, selain banyak pengalaman, juga bebas risiko dari PMS.

Aku juga masih sering berhubungan dengan Tante Sonya, dan juga teman-temannya. Memang Tante Sonya ini memperkenalkanku dengan beberapa temannya yang kesepian. Mungkin lain kali aku akan menceritakan pengalaman nikmatku dengan mereka, tetapi saat ini aku ingin menceritakan kejadian lain beberapa hari yang lalu.

Malam itu aku sedang suntuk di tempat kosku. Aku perlu refreshing setelah mengerjakan salah satu proyek pesanan klienku. Kutelepon Monika untuk kuajak nonton, tetapi ternyata dia bilang bahwa dia sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya yang sudah mendekati deadline. agen poker

Akhirnya kuputuskan saja untuk membeli DVD sekalian makanan untuk malam nanti. Di dekat tempat kosku, memang terdapat penjual DVD bajakan. Sudah sering aku beli DVD di tempat itu, malahan aku sudah kenal cukup dekat dengan penjualnya. Kadang saat aku beli DVD, uang kembaliannya aku beri untuk dia. Umurnya sekitar 25 tahunan dan berbodi seksi. Namanya Sinta, dan orangnya memang agak genit. Kalau dilihat sekilas, ada miripnya dengan Della Puspita. Tidak mirip sekali sih, tapi lumayan cantik. Hanya bodinya jauh lebih seksi jika dibandingkan aktris sinetron itu.

“Hai.. Mbak. Ada film baru nggak?” tanyaku setelah sampai di tempatnya berjualan.
“Ada Wan.. Nih pilih aja sendiri” katanya sambil menyodorkan setumpuk DVD. Kulihat DVD tersebut satu persatu. Ada beberapa yang menarik, seperti ‘The Terminal’-nya Tom Hanks dan ‘Collateral’-nya Tom Cruise.
“Mbak, dicoba dulu dong” kataku sambil menyerahkan kedua DVD itu padanya.

Mbak Sinta pun kemudian mencoba DVD itu di playernya. Kuperhatikan malam itu dia tampak seksi sekali, dengan T-shirt ketat yang menonjolkan keindahan payudaranya. Tubuhnya tampak padat berisi, dengan rok mini dari bahan jeans yang semakin menambah keseksiannya.

“Ya udah deh.. Saya ambil Mbak”
“Sedang sendirian nih Wan? Nggak pergi sama pacar?” tanyanya.
“Iya Mbak. Sedang suntuk nih, makanya saya beli DVD” sahutku.
“Mau yang lebih seru nggak?” tanyanya lagi sambil tersenyum genit.
“Boleh.” jawabku.

Dia pun lalu mengambil bungkusan plastik hitam dari balik lacinya, dan menyerahkannya padaku. Kulihat isinya, ternyata DVD porno.

“Wah.. Kalau beli ini nontonnya nggak bisa sendirian nih” pancingku.
“Emang perlu Mbak temenin?” godanya.
“Siapa takut.. Bener nih?” tanyaku. Aku senang sekali mendengarnya. Aku merasakan penisku sudah mulai tegang membayangkan nikmatnya tubuh Mbak Sinta.
“Tapi nanti ya Wan.. Satu jam lagi aku off. Jemput aja aku nanti”

Akhirnya setelah janjian dan membayar DVD yang kuambil, 2 DVD biasa dan satu DVD porno, aku pun pergi dahulu untuk makan malam sambil menunggu Mbak Sinta pulang. Aku pergi ke restoran fast food yang berada tak jauh dari tempat penjualan DVD itu. Tak sabar aku menunggu satu jam lagi..

Singkat cerita, Mbak Sinta telah berada dalam mobilku. Aku pun memacu mobil kembali ke tempat kosku.

“Ih.. Kok ngebut sih Wan? Udah pengen ya?” godanya genit.
“Iya nih Mbak.. Wawan udah pengen diajarin Mbak” sahutku asal.
“Ah.. Pasti kau udah pinter kan..” jawabnya sambil menyilangkan kakinya. Paha mulusnya makin menambah gairahku.
“Kamu kalau main kuat berapa lama Wan? Jangan cepet lho.. Puasin Mbak dulu ya?” tanyanya lagi genit.
“Iya pasti Mbak puas deh..”
“Habis tunangan Mbak kalau main cepet banget..” katanya lagi. Pantas jadi genit begini, pikirku.

Sesampainya di tempat kosku, aku langsung masuk ke kamarku bersama Mbak Sinta. Memang di tempat kosku ini, kamarku agak terpencil hingga bebas saja membawa siapa pun masuk ke tempat kosku ini.

Kunyalakan AC dan TV-ku. Segera kupilih DVD porno yang berjudul ‘Sporty Babes 2′ dan kunyalakan DVD playerku. Aku pun kemudian beranjak menuju ranjang dimana Mbak Sinta telah menunggu. Kami kemudian menikmati tontonan seru itu. Di layar TV tampak seorang gadis bule cantik sedang disetubuhi di tempat permainan bowling. Desahan suara gadis itu begitu menggairahkan. Tampak lawan mainnya sangat menikmati keindahan tubuh gadis itu saat menyetubuhi sambil menghisapi payudaranya.

Nafas Mbak Sinta sudah memberat di sebelahku. Tangannya mulai meremasi tanganku. Kupalingkan wajahku menatapnya, dan Mbak Sinta langsung melumat bibirku. Diciuminya aku dengan penuh gairah. Lidahnya mulai menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, yang kemudian kuhisap gemas. Tanganku pun mulai meremasi payudaranya yang kenyal dari balik T-shirtnya yang ketat.

“Sebentar.. Mbak buka dulu ya” katanya sambil melepaskan T-shirt putih yang dipakainya. Tampaklah payudaranya yang besar dibungkus BH berwarna krem. Puting payudaranya tampak menonjol di balik kain BH-nya itu.
“Ayo kamu yang buka BH-nya Wan” ujarnya menggoda.

Tanganku langsung membuka kaitan BH di punggungnya. Lalu kuturunkan tali penyangga dari pundaknya, dan terpampanglah payudara Mbak Sinta di depanku. Payudara yang ranum dan besar, dengan putingnya yang menonjol menantang. Kuusap-usap dan kupilin perlahan puting payudara Mbak Sinta yang manis ini, sambil kemudian kuciumi lagi bibirnya.

“Ayo Wan, tunggu apa lagi. Isap susu Mbak dong” pintanya. Sambil berkata demikian, tangan Mbak Sinta agak menekan kepalaku ke bawah menuju dadanya. Tanpa menunda waktu lagi kujilati seluruh permukaan payudaranya.
“Ohh..” lenguh Mbak Sinta ketika lidahku mengenai putingnya yang telah menonjol keras.

Erangannya semakin menjadi ketika kuhisap putingnya sambil sesekali kugigit perlahan. Sementara aku menghisapi payudaranya yang sebelah kiri, tanganku mempermainkan payudara yang sebelahnya. Tangan Mbak Sinta mengusap-usap rambutku sambil terus mengerang nikmat.

“Iya Wan.. Bener gitu.. Aduh.. Enak.. Oh..” erang Mbak Sinta sambil meliuk-liukkan badannya. Aku pun semakin bernafsu menghisapi dan menjilati payudaranya yang kenyal itu.

Kulirik layar TV, dan di layar terpampang adegan dimana seorang gadis bule berambut pirang sedang dijilati vaginanya di atas sebuah meja billiard. Erangan gadis tersebut dari suara TV bercampur dengan suara lenguhan Mbak Sinta yang sedang kulahap payudaranya.

“Ayo Wan.. Mbak ajari seperti itu” ujarnya sambil menarik rambutku dan menunjuk ke layar TV. Kemudian didorongnya pundakku menuju ke arah bawah.
“Cepet buka celana Mbak” katanya lagi.

Aku pun kemudian mengangkat rok jeans mininya dan tampaklah celana dalam warna krem berenda yang dipakainya. Kubuka celana dalam itu, dan tampaklah liang kewanitaannya dengan rambut yang tercukur rapi. Tangan Mbak Sinta mengelus-elus kemaluannya sendiri, sambil matanya menatapku genit.

“Ayo Wan. Mbak pengen ngerasain jilatanmu di sini” katanya lagi sambil tangannya masih sibuk mengusap-usap vaginanya.

Kudekatkan kepalaku ke liang kewanitaannya, dan kujulurkan lidahku. Perlahan kujilati vaginanya. Tubuh Mbak Sinta menggelinjang hebat kala itu, sambil mulutnya mengerang dan meracau nikmat.

“Ohh.. Wan.. Ya.. Jilati terus Wan.. Enak.. Ohh..”.

Sambil melenguh, tangannya menekan kepalaku ke selangkangannya, dan akupun dengan penuh gairah menikmati liang vagina Mbak cantik ini. Erangannya semakin keras dan tubuhnya meliuk-liuk liar ketika aku menghisapi klitorisnya.

“Terus Wan.. Oh.. Oh..” sambil mengerang Mbak Sinta meremas-remasi payudaranya sendiri.
“Ayo Wan, kamu tidur di sini” katanya sambil bangkit dari ranjang.
“Mbak ajari posisi yang lebih enak”

Aku pun patuh dan tidur telentang di ranjang. Sementara kulihat sekilas di TV, si gadis bule cantik sedang disetubuhi secara doggy style di atas meja billiard. Erangan suara dari TV menambah erotis suasana di dalam kamarku. Mbak Sinta kemudian naik ke atas wajahku. Diturunkannya tubuhnya, sehingga liang kewanitaannya tepat berada di atas mulutku. Kujulurkan lidah, dan Mbak Sinta kemudian menggoyang-goyangkan pantatnya di atas wajahku. Erangan Mbak Sinta kembali bersaing dengan erangan dari DVD porno di TV.

“Oh.. Oh..” erang Mbak Sinta sambil pantatnya terus bergoyang-goyang mencari kepuasan.

Kujilat dan kuciumi dengan penuh gairah vagina Mbak manis ini. Tangan Mbak Sinta memegang pinggiran ranjang di atas kepalaku, sementara tubuhnya terus bergoyang mencari kepuasan birahi. Beberapa lama kemudian, goyangan pantat Mbak Sinta semakin menjadi.

“Oh.. Wan.. Mbak hampir sampai.. Ohh..” lenguhnya panjang. Tubuhnya menegang, dan saat itu banyak cairan nikmat keluar dari vaginanya. Kuhisap habis cairan kewanitaan itu, dan tak lama Mbak Sinta pun menjatuhkan tubuhnya di sebelahku.
“Kamu hebat Wan.. Dengan Mas Joko belum pernah aku orgasme seperti tadi” katanya sambil tangannya mengusap-usap dadaku.
“Mbak istirahat sebentar ya” katanya lagi.

Sebenarnya nafsuku sudah memuncak, tetapi aku tak mau memaksa Mbak seksi ini untuk melayaniku saat itu juga. Kami pun lalu kembali menonton DVD porno yang masih terpampang di layar TV.

Di layar tampak sekarang seorang gadis bule berambut pirang sedang bermain tenis dengan seorang pria. Setelah bermain, mereka beristirahat dan mulai bercumbu. Si gadis bule tersebut lalu membuka celana si pria dan tampak terkejut melihat ukuran penisnya yang besar.

“Oh.. my god.. I love it.. So big” desah si gadis sebelum memasukkan penis itu ke dalam mulutnya.

Tampak gairah Mbak Sinta kembali bangkit melihat adegan itu.

“Punyamu besar begitu nggak Wan?” tanyanya sambil tangannya mulai meraba kemaluanku.
“Lumayan deh Mbak. Memang Mbak suka yang besar ya?”
“Iya. Semakin besar Mbak semakin suka” jawabnya genit.
“Ya udah Mbak lihat aja sendiri” kataku.

Mbak Sinta tersenyum dan mulai membuka celana panjangku.

“Ih.. Besar juga punyamu Wan. Sampai celananya nggak cukup tuh”

Memang karena nafsuku sudah memuncak, kepala penisku tampak mencuat keluar tak tertampung celana dalamku. Mbak Sinta tak sabar membuka celana dalamku. Tangannya kemudian mengocok perlahan senjata kelelakianku itu.

“Ih.. Keras banget.. Mbak suka kontol yang kayak gini. Besar, panjang, dan keras. Pasti cewek kamu puas ya.” katanya lirih.

Wajah Mbak Sinta kemudian mendekati selangkanganku. Hembusan nafasnya terasa hangat di kulit kemaluanku ketika dia mengamati penisku dengan pandangan gemas. Rasa nikmat yang luar biasa menjalar tubuhku ketika lidah Mbak Sinta yang cantik ini mulai menari di kepala penisku. Dijilatinya kepala penisku berikut batangnya. Setelah itu dengan rakus dikulumnya batang kemaluanku. Srrpp.. Srpp.. Bunyi itu yang terdengar ketika Mbak Sinta memaju-mundurkan kepalanya menghisapi penisku.

“Ahh.. Kontolmu enak Wan.. Mbak suka.. Hmm” desah Mbak Sinta ketika dia menghentikan kulumannya untuk menjilati batang kemaluanku.

Sesaat kemudian, penisku kembali menyesaki mulutnya yang haus kejantanan lelaki itu. Sementara mulutnya menikmati kejantananku, tangan Mbak Sinta mengelus-elus buah zakarku. Aku tak kuasa lagi untuk menahan erangan nikmatku. Tanganku pun meremas-remas rambut Mbak Sinta gemas.

Mbak Sinta semakin cepat menghisapi penisku. Kadang mulutnya dimiringkan, sehingga penisku membuat pipinya tampak menggelembung. Tangannya pun semakin cepat mengocok batang kemaluanku. Kemudian dikeluarkannya penisku dari mulutnya, dan kembali dijilatinya seluruh permukaan penisku sambil tangannya mengurut-urut buah zakarku.

“Keluarin di mulut Mbak Wan.. Mbak pengen minum spermamu..” katanya dengan nada memerintah.

Aku tentu tak menolak perintahnya. Memang aku sudah tidak tahan lagi. Sambil mengerang nikmat, aku pun mengalami ejakulasi. Saat itu, Mbak Sinta malah kembali mengulumi kemaluanku, sehingga spermaku pun masuk ke dalam mulutnya. Mbak Sinta kemudian menjilati kemaluanku sampai bersih.

“Enak Wan..?” tanyanya sambil menjilati spermaku di sudut bibirnya.
“Enak Mbak..” jawabku lemas.

Kami pun lalu kembali beristirahat sambil menonton tayangan DVD. Kali ini dilayar tampak seorang gadis ABG bule berambut coklat sedang belajar memancing. Tak lama gadis itu sudah bercumbu dengan pelatihnya.

Si gadis ABG menaiki tubuh lawan mainnya, dan mulai memompa tubuhnya naik turun. Sementara si aktor, seorang lelaki setengah baya, meremasi payudara gadis tersebut yang bergelantungan indah. Adegan persetubuhan lalu dilanjutkan dengan gaya doggy style. Tak lama kami pun kembali terangsang.

“Wan.. Mbak pengen seperti itu. Mbak pengen ngerasain ngentotin kontolmu. Pasti lebih enak daripada punyanya Mas Joko” katanya sambil meraba kemaluanku dan mulai menciumi bibirku.

Mbak Sinta melepaskan rok mininya yang masih tersisa, lalu menaiki tubuhku dan mengarahkan kemaluanku pada lubang kewanitaannya.

“Ohh..” desahnya saat penisku mulai menerobos liang vaginanya.

Dia pun mulai memompa kemaluanku naik turun. Terkadang dia pun mengoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Suara deritan ranjang, erangan Mbak Sinta, serta erangan suara dari DVD memenuhi kamar kosku. Walaupun AC kamar telah dinyalakan, tetap saja tubuh kami berkeringat. Tetesan peluh itu mengalir dari wajah Mbak Sinta membasahi payudaranya. Aku segera membuka T-shirt yang masih aku pakai, ingin memamerkan tubuhku yang tekun kupahat di gym. Sementara itu, Mbak Sinta terus bergoyang menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan meremasi payudaranya yang kenyal. Cukup lama kami bersetubuh dengan gaya ini.

“Ayo Wan.. Sekarang Mbak pengen dientotin dari belakang” katanya setelah dia keluar untuk yang kedua kalinya, sambil bangkit dari tubuhku. Dia kemudian menungging sambil tangannya memegang ujung ranjang. Aku pun segera memasukkan penisku kembali ke dalam vaginanya.
“Ohh.. Enak Wan.. Terus Wan.. Ohh.. Yang cepat.. Ohh” desah Mbak Sinta saat kupompa tubuhnya. Tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang menggemaskan. Terkadang kuremas pula pantatnya yang bulat padat menantang.
“Ayo Wan.. Mbak hampir sampai.. Terus wan.. Oh.. Ohh.. Ohh..”

Tubuh Mbak Sinta kembali mengejang, lalu rebah lemas di atas ranjang. Kali ini aku tak mau lagi ‘menggantung’. Kubalikkan badan Mbak Sinta dan kuarahkan penisku kembali ke liang vaginanya yang telah licin oleh cairan orgasmenya. Kugenjot tubuh Mbak yang seksi ini dengan gaya missionary.

“Eh.. Eh..” demikian erangan yang keluar dari mulutnya seirama dengan genjotan tubuhku.
“Hisapi putingku Mbak” kataku.

Mulut Mbak Sinta pun kemudian menghisapi puting dadaku sementara aku menggenjot tubuhnya. Tak lama Mbak Sinta pun keluar untuk yang ketiga kalinya, dan aku memberikannya kesempatan sessat untuk beristirahat. Lalu kuminta lagi berganti posisi. Masih di atas ranjang, kubuka kakinya yang indah itu lebar-lebar, lalu kutumpangkan ke bahu bidangku. Lalu dengan dituntun tangannya, kudorong penisku masuk kembali ke liang surganya, dan mulai kupompa dia seperti tadi. Gerakan pompaanku semakin keras, liar, dan bertenaga seiring dengan mulai basahnya kemaluannya.

Dalam posisi ini, aku memegang kakinya erat-erat, sementara Mbak Sinta asyik mengerang-erang kenikmatan. Cukup lama menggenjotnya di posisi ini. Tak lama aku pun tak tahan lagi menahan ejakulasiku yang kedua. Wajah cantik Mbak Sinta ditambah dengan erangannya setelah orgasmenya yang keempat, serta jepitan vaginanya yang nikimat di kelaminku membuatku segera mencapai puncak.

“Aku sampai Mbak.. Ahh” jeritku tertahan ketika aku menyemburkan spermaku dalam rahimnya.

Kami pun terbaring lemas di atas ranjang. Puas sekali rasanya menyetubuhi Mbak Sinta nan ayu ini. Kunyalakan sebatang rokok untuknya. Kami kemudian mengobrol dan bercanda sambil tiduran di atas ranjang.

“Wan.. Anterin aku pulang ya” katanya setelah dia menghabiskan rokoknya.
“Lho.. Udah malam Mbak nanggung. Nginep di sini aja”
“Wah jangan Wan.. Besok pagi Mas Joko mau jemput aku berangkat kerja. Aku juga nggak bawa pakaian ganti” jawabnya.
Tetapi aku berniat untuk mulai mengerjakannya lagi di tengah2 kesibukan mengerjakan proyek-proyek bisnisku. Bangga juga bila mempunyai gelar nanti, dan terlebih hal itu bisa membuat orang tuaku senang.

Semenjak aku kenal dengan Tante Sonya, seperti kuceritakan dulu di ‘Beli Mobil Berbonus Sex’, aku jadi ketagihan bermain sex. Aku selalu memikirkan hal itu, terutama bila setelah beberapa hari tidak ada penyaluran. Memang aku mempunyai pacar, tetapi dengan Monika pacarku itu, aku hanya bercumbu saja dan tidak sampai berhubungan lebih jauh. Dia memang ingin mempertahankan mahkotanya sampai menikah nanti.

Berhubung sekarang aku sudah mempunyai penghasilan, aku bisa menggunakannya sebagian sebagai ‘biaya’ kenakalanku. Kadang aku dan temanku pergi hunting ABG-ABG yang sering nongkrong di mall atau tempat nongkrong lainnya. Hanya saja aku lebih suka kalau mengencani Tante2 yang kesepian, selain banyak pengalaman, juga bebas risiko dari PMS.

Aku juga masih sering berhubungan dengan Tante Sonya, dan juga teman-temannya. Memang Tante Sonya ini memperkenalkanku dengan beberapa temannya yang kesepian. Mungkin lain kali aku akan menceritakan pengalaman nikmatku dengan mereka, tetapi saat ini aku ingin menceritakan kejadian lain beberapa hari yang lalu.

Malam itu aku sedang suntuk di tempat kosku. Aku perlu refreshing setelah mengerjakan salah satu proyek pesanan klienku. Kutelepon Monika untuk kuajak nonton, tetapi ternyata dia bilang bahwa dia sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya yang sudah mendekati deadline. agen poker

Akhirnya kuputuskan saja untuk membeli DVD sekalian makanan untuk malam nanti. Di dekat tempat kosku, memang terdapat penjual DVD bajakan. Sudah sering aku beli DVD di tempat itu, malahan aku sudah kenal cukup dekat dengan penjualnya. Kadang saat aku beli DVD, uang kembaliannya aku beri untuk dia. Umurnya sekitar 25 tahunan dan berbodi seksi. Namanya Sinta, dan orangnya memang agak genit. Kalau dilihat sekilas, ada miripnya dengan Della Puspita. Tidak mirip sekali sih, tapi lumayan cantik. Hanya bodinya jauh lebih seksi jika dibandingkan aktris sinetron itu.

“Hai.. Mbak. Ada film baru nggak?” tanyaku setelah sampai di tempatnya berjualan.
“Ada Wan.. Nih pilih aja sendiri” katanya sambil menyodorkan setumpuk DVD. Kulihat DVD tersebut satu persatu. Ada beberapa yang menarik, seperti ‘The Terminal’-nya Tom Hanks dan ‘Collateral’-nya Tom Cruise.
“Mbak, dicoba dulu dong” kataku sambil menyerahkan kedua DVD itu padanya.

Mbak Sinta pun kemudian mencoba DVD itu di playernya. Kuperhatikan malam itu dia tampak seksi sekali, dengan T-shirt ketat yang menonjolkan keindahan payudaranya. Tubuhnya tampak padat berisi, dengan rok mini dari bahan jeans yang semakin menambah keseksiannya.

“Ya udah deh.. Saya ambil Mbak”
“Sedang sendirian nih Wan? Nggak pergi sama pacar?” tanyanya.
“Iya Mbak. Sedang suntuk nih, makanya saya beli DVD” sahutku.
“Mau yang lebih seru nggak?” tanyanya lagi sambil tersenyum genit.
“Boleh.” jawabku.

Dia pun lalu mengambil bungkusan plastik hitam dari balik lacinya, dan menyerahkannya padaku. Kulihat isinya, ternyata DVD porno.

“Wah.. Kalau beli ini nontonnya nggak bisa sendirian nih” pancingku.
“Emang perlu Mbak temenin?” godanya.
“Siapa takut.. Bener nih?” tanyaku. Aku senang sekali mendengarnya. Aku merasakan penisku sudah mulai tegang membayangkan nikmatnya tubuh Mbak Sinta.
“Tapi nanti ya Wan.. Satu jam lagi aku off. Jemput aja aku nanti”

Akhirnya setelah janjian dan membayar DVD yang kuambil, 2 DVD biasa dan satu DVD porno, aku pun pergi dahulu untuk makan malam sambil menunggu Mbak Sinta pulang. Aku pergi ke restoran fast food yang berada tak jauh dari tempat penjualan DVD itu. Tak sabar aku menunggu satu jam lagi..

Singkat cerita, Mbak Sinta telah berada dalam mobilku. Aku pun memacu mobil kembali ke tempat kosku.

“Ih.. Kok ngebut sih Wan? Udah pengen ya?” godanya genit.
“Iya nih Mbak.. Wawan udah pengen diajarin Mbak” sahutku asal.
“Ah.. Pasti kau udah pinter kan..” jawabnya sambil menyilangkan kakinya. Paha mulusnya makin menambah gairahku.
“Kamu kalau main kuat berapa lama Wan? Jangan cepet lho.. Puasin Mbak dulu ya?” tanyanya lagi genit.
“Iya pasti Mbak puas deh..”
“Habis tunangan Mbak kalau main cepet banget..” katanya lagi. Pantas jadi genit begini, pikirku.

Sesampainya di tempat kosku, aku langsung masuk ke kamarku bersama Mbak Sinta. Memang di tempat kosku ini, kamarku agak terpencil hingga bebas saja membawa siapa pun masuk ke tempat kosku ini.

Kunyalakan AC dan TV-ku. Segera kupilih DVD porno yang berjudul ‘Sporty Babes 2′ dan kunyalakan DVD playerku. Aku pun kemudian beranjak menuju ranjang dimana Mbak Sinta telah menunggu. Kami kemudian menikmati tontonan seru itu. Di layar TV tampak seorang gadis bule cantik sedang disetubuhi di tempat permainan bowling. Desahan suara gadis itu begitu menggairahkan. Tampak lawan mainnya sangat menikmati keindahan tubuh gadis itu saat menyetubuhi sambil menghisapi payudaranya.

Nafas Mbak Sinta sudah memberat di sebelahku. Tangannya mulai meremasi tanganku. Kupalingkan wajahku menatapnya, dan Mbak Sinta langsung melumat bibirku. Diciuminya aku dengan penuh gairah. Lidahnya mulai menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, yang kemudian kuhisap gemas. Tanganku pun mulai meremasi payudaranya yang kenyal dari balik T-shirtnya yang ketat.

“Sebentar.. Mbak buka dulu ya” katanya sambil melepaskan T-shirt putih yang dipakainya. Tampaklah payudaranya yang besar dibungkus BH berwarna krem. Puting payudaranya tampak menonjol di balik kain BH-nya itu.
“Ayo kamu yang buka BH-nya Wan” ujarnya menggoda.

Tanganku langsung membuka kaitan BH di punggungnya. Lalu kuturunkan tali penyangga dari pundaknya, dan terpampanglah payudara Mbak Sinta di depanku. Payudara yang ranum dan besar, dengan putingnya yang menonjol menantang. Kuusap-usap dan kupilin perlahan puting payudara Mbak Sinta yang manis ini, sambil kemudian kuciumi lagi bibirnya.

“Ayo Wan, tunggu apa lagi. Isap susu Mbak dong” pintanya. Sambil berkata demikian, tangan Mbak Sinta agak menekan kepalaku ke bawah menuju dadanya. Tanpa menunda waktu lagi kujilati seluruh permukaan payudaranya.
“Ohh..” lenguh Mbak Sinta ketika lidahku mengenai putingnya yang telah menonjol keras.


Erangannya semakin menjadi ketika kuhisap putingnya sambil sesekali kugigit perlahan. Sementara aku menghisapi payudaranya yang sebelah kiri, tanganku mempermainkan payudara yang sebelahnya. Tangan Mbak Sinta mengusap-usap rambutku sambil terus mengerang nikmat.

“Iya Wan.. Bener gitu.. Aduh.. Enak.. Oh..” erang Mbak Sinta sambil meliuk-liukkan badannya. Aku pun semakin bernafsu menghisapi dan menjilati payudaranya yang kenyal itu.

Kulirik layar TV, dan di layar terpampang adegan dimana seorang gadis bule berambut pirang sedang dijilati vaginanya di atas sebuah meja billiard. Erangan gadis tersebut dari suara TV bercampur dengan suara lenguhan Mbak Sinta yang sedang kulahap payudaranya.

“Ayo Wan.. Mbak ajari seperti itu” ujarnya sambil menarik rambutku dan menunjuk ke layar TV. Kemudian didorongnya pundakku menuju ke arah bawah.
“Cepet buka celana Mbak” katanya lagi.

Aku pun kemudian mengangkat rok jeans mininya dan tampaklah celana dalam warna krem berenda yang dipakainya. Kubuka celana dalam itu, dan tampaklah liang kewanitaannya dengan rambut yang tercukur rapi. Tangan Mbak Sinta mengelus-elus kemaluannya sendiri, sambil matanya menatapku genit.

“Ayo Wan. Mbak pengen ngerasain jilatanmu di sini” katanya lagi sambil tangannya masih sibuk mengusap-usap vaginanya.

Kudekatkan kepalaku ke liang kewanitaannya, dan kujulurkan lidahku. Perlahan kujilati vaginanya. Tubuh Mbak Sinta menggelinjang hebat kala itu, sambil mulutnya mengerang dan meracau nikmat.

“Ohh.. Wan.. Ya.. Jilati terus Wan.. Enak.. Ohh..”.

Sambil melenguh, tangannya menekan kepalaku ke selangkangannya, dan akupun dengan penuh gairah menikmati liang vagina Mbak cantik ini. Erangannya semakin keras dan tubuhnya meliuk-liuk liar ketika aku menghisapi klitorisnya.

“Terus Wan.. Oh.. Oh..” sambil mengerang Mbak Sinta meremas-remasi payudaranya sendiri.
“Ayo Wan, kamu tidur di sini” katanya sambil bangkit dari ranjang.
“Mbak ajari posisi yang lebih enak”

Aku pun patuh dan tidur telentang di ranjang. Sementara kulihat sekilas di TV, si gadis bule cantik sedang disetubuhi secara doggy style di atas meja billiard. Erangan suara dari TV menambah erotis suasana di dalam kamarku. Mbak Sinta kemudian naik ke atas wajahku. Diturunkannya tubuhnya, sehingga liang kewanitaannya tepat berada di atas mulutku. Kujulurkan lidah, dan Mbak Sinta kemudian menggoyang-goyangkan pantatnya di atas wajahku. Erangan Mbak Sinta kembali bersaing dengan erangan dari DVD porno di TV.

“Oh.. Oh..” erang Mbak Sinta sambil pantatnya terus bergoyang-goyang mencari kepuasan.

Kujilat dan kuciumi dengan penuh gairah vagina Mbak manis ini. Tangan Mbak Sinta memegang pinggiran ranjang di atas kepalaku, sementara tubuhnya terus bergoyang mencari kepuasan birahi. Beberapa lama kemudian, goyangan pantat Mbak Sinta semakin menjadi.

“Oh.. Wan.. Mbak hampir sampai.. Ohh..” lenguhnya panjang. Tubuhnya menegang, dan saat itu banyak cairan nikmat keluar dari vaginanya. Kuhisap habis cairan kewanitaan itu, dan tak lama Mbak Sinta pun menjatuhkan tubuhnya di sebelahku.
“Kamu hebat Wan.. Dengan Mas Joko belum pernah aku orgasme seperti tadi” katanya sambil tangannya mengusap-usap dadaku.
“Mbak istirahat sebentar ya” katanya lagi.

Sebenarnya nafsuku sudah memuncak, tetapi aku tak mau memaksa Mbak seksi ini untuk melayaniku saat itu juga. Kami pun lalu kembali menonton DVD porno yang masih terpampang di layar TV. Di layar tampak sekarang seorang gadis bule berambut pirang sedang bermain tenis dengan seorang pria. Setelah bermain, mereka beristirahat dan mulai bercumbu. Si gadis bule tersebut lalu membuka celana si pria dan tampak terkejut melihat ukuran penisnya yang besar.

“Oh.. my god.. I love it.. So big” desah si gadis sebelum memasukkan penis itu ke dalam mulutnya.

Tampak gairah Mbak Sinta kembali bangkit melihat adegan itu.

“Punyamu besar begitu nggak Wan?” tanyanya sambil tangannya mulai meraba kemaluanku.
“Lumayan deh Mbak. Memang Mbak suka yang besar ya?”
“Iya. Semakin besar Mbak semakin suka” jawabnya genit.
“Ya udah Mbak lihat aja sendiri” kataku.

Mbak Sinta tersenyum dan mulai membuka celana panjangku.

“Ih.. Besar juga punyamu Wan. Sampai celananya nggak cukup tuh”

Memang karena nafsuku sudah memuncak, kepala penisku tampak mencuat keluar tak tertampung celana dalamku. Mbak Sinta tak sabar membuka celana dalamku. Tangannya kemudian mengocok perlahan senjata kelelakianku itu.

“Ih.. Keras banget.. Mbak suka kontol yang kayak gini. Besar, panjang, dan keras. Pasti cewek kamu puas ya.” katanya lirih.

Wajah Mbak Sinta kemudian mendekati selangkanganku. Hembusan nafasnya terasa hangat di kulit kemaluanku ketika dia mengamati penisku dengan pandangan gemas. Rasa nikmat yang luar biasa menjalar tubuhku ketika lidah Mbak Sinta yang cantik ini mulai menari di kepala penisku. Dijilatinya kepala penisku berikut batangnya. Setelah itu dengan rakus dikulumnya batang kemaluanku. Srrpp.. Srpp.. Bunyi itu yang terdengar ketika Mbak Sinta memaju-mundurkan kepalanya menghisapi penisku.

“Ahh.. Kontolmu enak Wan.. Mbak suka.. Hmm” desah Mbak Sinta ketika dia menghentikan kulumannya untuk menjilati batang kemaluanku.

Sesaat kemudian, penisku kembali menyesaki mulutnya yang haus kejantanan lelaki itu. Sementara mulutnya menikmati kejantananku, tangan Mbak Sinta mengelus-elus buah zakarku. Aku tak kuasa lagi untuk menahan erangan nikmatku. Tanganku pun meremas-remas rambut Mbak Sinta gemas.

Mbak Sinta semakin cepat menghisapi penisku. Kadang mulutnya dimiringkan, sehingga penisku membuat pipinya tampak menggelembung. Tangannya pun semakin cepat mengocok batang kemaluanku. Kemudian dikeluarkannya penisku dari mulutnya, dan kembali dijilatinya seluruh permukaan penisku sambil tangannya mengurut-urut buah zakarku.

“Keluarin di mulut Mbak Wan.. Mbak pengen minum spermamu..” katanya dengan nada memerintah.

Aku tentu tak menolak perintahnya. Memang aku sudah tidak tahan lagi. Sambil mengerang nikmat, aku pun mengalami ejakulasi. Saat itu, Mbak Sinta malah kembali mengulumi kemaluanku, sehingga spermaku pun masuk ke dalam mulutnya. Mbak Sinta kemudian menjilati kemaluanku sampai bersih.

“Enak Wan..?” tanyanya sambil menjilati spermaku di sudut bibirnya.
“Enak Mbak..” jawabku lemas.

Kami pun lalu kembali beristirahat sambil menonton tayangan DVD. Kali ini dilayar tampak seorang gadis ABG bule berambut coklat sedang belajar memancing. Tak lama gadis itu sudah bercumbu dengan pelatihnya. Si gadis ABG menaiki tubuh lawan mainnya, dan mulai memompa tubuhnya naik turun. Sementara si aktor, seorang lelaki setengah baya, meremasi payudara gadis tersebut yang bergelantungan indah. Adegan persetubuhan lalu dilanjutkan dengan gaya doggy style. Tak lama kami pun kembali terangsang.

“Wan.. Mbak pengen seperti itu. Mbak pengen ngerasain ngentotin kontolmu. Pasti lebih enak daripada punyanya Mas Joko” katanya sambil meraba kemaluanku dan mulai menciumi bibirku.

Mbak Sinta melepaskan rok mininya yang masih tersisa, lalu menaiki tubuhku dan mengarahkan kemaluanku pada lubang kewanitaannya.

“Ohh..” desahnya saat penisku mulai menerobos liang vaginanya.

Dia pun mulai memompa kemaluanku naik turun. Terkadang dia pun mengoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Suara deritan ranjang, erangan Mbak Sinta, serta erangan suara dari DVD memenuhi kamar kosku. Walaupun AC kamar telah dinyalakan, tetap saja tubuh kami berkeringat. Tetesan peluh itu mengalir dari wajah Mbak Sinta membasahi payudaranya. Aku segera membuka T-shirt yang masih aku pakai, ingin memamerkan tubuhku yang tekun kupahat di gym. Sementara itu, Mbak Sinta terus bergoyang menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan meremasi payudaranya yang kenyal. Cukup lama kami bersetubuh dengan gaya ini.

“Ayo Wan.. Sekarang Mbak pengen dientotin dari belakang” katanya setelah dia keluar untuk yang kedua kalinya, sambil bangkit dari tubuhku. Dia kemudian menungging sambil tangannya memegang ujung ranjang. Aku pun segera memasukkan penisku kembali ke dalam vaginanya.
“Ohh.. Enak Wan.. Terus Wan.. Ohh.. Yang cepat.. Ohh” desah Mbak Sinta saat kupompa tubuhnya. Tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang menggemaskan. Terkadang kuremas pula pantatnya yang bulat padat menantang.
“Ayo Wan.. Mbak hampir sampai.. Terus wan.. Oh.. Ohh.. Ohh..”

Tubuh Mbak Sinta kembali mengejang, lalu rebah lemas di atas ranjang. Kali ini aku tak mau lagi ‘menggantung’. Kubalikkan badan Mbak Sinta dan kuarahkan penisku kembali ke liang vaginanya yang telah licin oleh cairan orgasmenya. Kugenjot tubuh Mbak yang seksi ini dengan gaya missionary.

“Eh.. Eh..” demikian erangan yang keluar dari mulutnya seirama dengan genjotan tubuhku.
“Hisapi putingku Mbak” kataku.

Mulut Mbak Sinta pun kemudian menghisapi puting dadaku sementara aku menggenjot tubuhnya. Tak lama Mbak Sinta pun keluar untuk yang ketiga kalinya, dan aku memberikannya kesempatan sessat untuk beristirahat. Lalu kuminta lagi berganti posisi. Masih di atas ranjang, kubuka kakinya yang indah itu lebar-lebar, lalu kutumpangkan ke bahu bidangku. Lalu dengan dituntun tangannya, kudorong penisku masuk kembali ke liang surganya, dan mulai kupompa dia seperti tadi. Gerakan pompaanku semakin keras, liar, dan bertenaga seiring dengan mulai basahnya kemaluannya.

Dalam posisi ini, aku memegang kakinya erat-erat, sementara Mbak Sinta asyik mengerang-erang kenikmatan. Cukup lama menggenjotnya di posisi ini. Tak lama aku pun tak tahan lagi menahan ejakulasiku yang kedua. Wajah cantik Mbak Sinta ditambah dengan erangannya setelah orgasmenya yang keempat, serta jepitan vaginanya yang nikimat di kelaminku membuatku segera mencapai puncak.

“Aku sampai Mbak.. Ahh” jeritku tertahan ketika aku menyemburkan spermaku dalam rahimnya.

Kami pun terbaring lemas di atas ranjang. Puas sekali rasanya menyetubuhi Mbak Sinta nan ayu ini. Kunyalakan sebatang rokok untuknya. Kami kemudian mengobrol dan bercanda sambil tiduran di atas ranjang.

“Wan.. Anterin aku pulang ya” katanya setelah dia menghabiskan rokoknya.
“Lho.. Udah malam Mbak nanggung. Nginep di sini aja”
“Wah jangan Wan.. Besok pagi Mas Joko mau jemput aku berangkat kerja. Aku juga nggak bawa pakaian ganti” jawabnya.

Akhirnya, aku mengantar dia ke rumahnya. Cuma aku menurunkannya agak sedikit jauh dari rumahnya agar tetangganya tidak curiga. Enak juga nonton DVD bareng Mbak Sinta. Mungkin aku akan semakin sering beli DVD XXX nantinya.

TAMAT

Kumpulan Cerita Dewasa Kontol Ayah Sangat Enak


Kumpulan Cerita Dewasa - Pertama kali aku ingin mengenalkan diriku sebagai Caroline. Aku sekarang ingin menceritakan pengalaman pertamaku sehingga aku menjadi menyukai berhubungan seks dengan laki-laki yang lebih tua 10-15 tahun dariku.

Aku adalah seorang wanita yang berusia 20 tahun di tahun 2000 ini. Ibuku adalah asli orang Indonesia karena dia dilahirkan di Bandung sedangkan ayahku adalah pendatang dari Shanghai sehingga aku bisa berkomunikasi dalam banyak bahasa dan logat termasuk bahasa Mandarin dan bahasa Sunda.

Aku boleh berbangga karena banyak sekali cowok-cowok di kampusku yang mengejarku bahkan ada yang terang-terangan ingin menjadikanku sebagai pacar mereka mungkin disebabkan karena wajahku yang seperti campuran Cecilia Cheung (mesti nonton FLY TO POLARIS jika ingin tahu siapa dia) dan almarhum Nike Ardilla, tetapi aku menolak mereka karena aku ingin menuruti semua perintah orang tuaku untuk memilih kuliah daripada pacaran.

Di antara ayah dan ibuku, aku sangat mengagumi ayahku karena dia termasuk orang yang gigih bekerja dari situasi yang tidak memiliki apa-apa menjadi seseorang yang bisa dianggap cukup kaya dan mewah.

Tentu saja, aku sebagai anaknya bahagia dan salut kepada jiwa pantang menyerah ayahku itu. Hal ini membuatku menjadi semakin akrab dan menumbuhkan keinginan untuk mencari kekasih seperti ayahku.

Mungkin hal ini pula yang membuatku tetap single karena tidak ada laki-laki di kampusku yang seperti dia. Sejujurnya rata-rata laki-laki di kampusku di Universitas **** (edited) yang aku kenal tidak mempunyai prinsip pemikiran masa depan bahkan ada beberapa dari mereka lebih menyukai kenikmatan Narkoba yang membuatku menjadi benci dengan mereka.

Pada suatu hari menjelang hari raya, ibuku pergi bersama temannya untuk pergi keluar negeri dan aku hanya di rumah bersama ayahku (oh ya, sebelum aku lupa, kami sekeluarga memiliki agama yang berbeda dan aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa terjadi). Sebelum pergi ke luar negeri, ibuku menyuruh ayahku untuk menjagaku dan dirinya sendiri.

Setelah kepergian ibuku ke luar negeri bersama temannya, ayahku menjadi lebih sering mengurung diri dan dia jarang sekali keluar rumah sampai suatu ketika, aku iseng-iseng mengintip kegiatannya sehingga terjadi hal yang indah tersebut.

Suatu sore, aku curiga sama ayahku karena selama seharian dia tidak keluar dari kamarnya dan aku takut terjadi apa-apa dengannya, sehingga aku memutuskan untuk mengintip dari pintu kamarnya. Ketika aku membuka pintu itu sedikit demi sedikit, aku sempat terbengong ketika mendengar dan melihat ayahku sedang menonton Blue Film dengan posisi setengah telanjang. Kulihat dengan jelas bahwa ayahku sedang mengocok dengan penuh ritme kemaluannya yang tidak begitu terlihat olehku karena dia sedang membelakangiku.

Desahan ayahku yang bercampur oleh suara TV membuatku mengalami perasaan gelisah (mungkin aku menjadi terangsang barangkali ya) sehingga pintu menjadi terbuka lebar dan ayahku cepat-cepat menghentikan aksinya dan mematikan TV.

Dia sempat marah karena aku mengganggu aktifitasnya.

Aku merasa bersalah dan aku menanyakan apa yang bisa kuperbuat untuknya. Akhirnya dia menjawab bahwa aku mesti dihukum dengan menuruti kemauannya dan aku tentu saja menolaknya karena bagaimanapun dia adalah ayah kandungku. Melihat penolakanku, ayahku tampaknya kesal dan hanya mencuekiku saja dan kembali menonton film itu tanpa peduli bahwa anaknya satu-satunya berada di dekatnya.

Selama film itu berlangsung, aku hanya diam saja dan aku tampaknya sudah terbuai dengan film itu karena aku sempat menelan ludahku berkali-kali dan aku merasakan celana dalamku sudah basah oleh cairan kewanitaanku apalagi disaat aku kembali melihat ayahku mengocok kemaluannya yang semakin lama semakin besar.

Entah setan dari mana, aku tiba-tiba saja memeluknya dari samping dan menempelkan payudaraku di tangannya. Ayahku berhenti dan memandangku, dia tidak menolak, tidak berkomentar apapun.

Dari dekat wajahnya sudah tampak guratan-guratan kulit tuanya, dihiasi kumis yang mulai tampak uban satu dua. Tampaknya beliau salah tingkah harus bersikap apa, aku kan anaknya.

Beliau tampak memandangiku dan perlahan-lahan menggerakkan tangannya menjamah payudaraku dan meremasnya perlahan sekali. Aku jadi agak risih, meskipun tidak menolak juga.

Dia menangkupkan telapak tangannya di gunung itu dan menekannya sambil meremasnya. Caranya agak lain tetapi entah kenapa aku merasakan sesuatu yang lain yang mulai mengaliri tubuhku.

Untuk orang seumur ayahku kemaluannya mungkin terlihat masih kokoh. Panjangnya mungkin sekitar 17 atau 18 cm, agak tebal kulitnya, terus ada urat besar di sisi kiri dan kanan yang terlihat seperti ada cacing di dalam kulitnya.

Kepala batangnya tampak kompak (ini istilahku!), penuh dan agak berkerut-kerut. Garis lubangnya tampak seperti luka irisan di kepala kemaluannya.

Aku memegangnya perlahan, terasa ada sedikit kedutan terutama di bagian uratnya.

Lingkaran genggamanku tampak tak tersisa memenuhi lingkaran batangnya. Ternyata beliau memang hebat meski sudah berumur. Aku mulai menggerakkan tanganku mengocok batangnya itu, saat itu yang terpikir segeralah beliau ejakulasi terus menyelesaikan urusan lainnya.

Eh tidak tahunya setelah beberapa lama, ayahku bangkit dan mendorongku perlahan-lahan sehingga berbaring di ranjang.

Beliau bangkit dan mengunci pintu. Aduh jangan.. jangan.. Entah terpengaruh apa, aku sudah tidak ingat lagi batasnya.

Ayahku perlahan-lahan menggerayangi tubuhku dimulai dari payudaraku.

Beliau menarik kaos ketat dan bra-ku ke atas sehingga berada di atas gundukan payudaraku yang menyebabkan payudaraku terlepas dan tanpa perlindungan. Jemarinya mulai meremas-remas payudaraku dan memilin-milin putingnya.

Saat itu separuh tubuhku masih belum total terhanyut tetapi ternyata ayahku jagoan juga dan mungkin karena alasan ini ibuku menyayanginya. Dalam waktu mungkin kurang dari 10 menit aku mulai mengeluarkan suara mendesis yang tak bisa kutahan. Kulihat dia tersenyum.

Dan menghentikan aktivitasnya. Tiba-tiba aku merasakan sabuk celanaku dibuka.

Belum selesai berpikir aku merasakan hawa dingin AC di kulit pahaku yang artinya celanaku telah lepas.

Beberapa saat kemudian aku merasakan tarikan lembut di pahaku yang berarti celana dalamku pun telah dilepas. Aku masih terhanyut oleh rasa nikmat dari ayahku di payudaraku tadi dan tak tahu harus bagaimana.

Tiba-tiba aku merasakan sepasang jemari menjembeng (membuka ke kiri dan ke kanan) bibir-bibir kemaluanku. Dan yang dahsyat lagi aku merasakan sebuah benda tumpul dari daging mendesak di tengah-tengah bentangan bibir itu. Aku mulai sedikit panik karena tidak mengira akan sejauh ini tetapi tentu saja aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku sendiri yang memulainya tadi dan juga aku sangat mengagumi ayahku dan sangat menyayanginya. Sementara itu batang kemaluan ayah kandungku mulai mendesak masuk dengan mantap. Untuk orang seusia dia, boleh juga. Aku mulai merasakan perasaan penuh di kemaluanku dan semakin penuh seiring dengan semakin dalamnya batang itu masuk ke dalam liangnya. Sedikit suara lenguhan kudengarkan dari beliau ketika seluruh batang itu amblas masuk.

Aku sendiri tidak mengira batang sebesar dan sepanjang tadi bisa masuk seluruhnya. Rasanya seperti terganjal dan untuk menggerakkan kaki saja rasanya agak susah. Sesaat keherananku yang sama muncul ketika melihat film biru dimana adegannya seorang cewek berada di atas cowoknya dan bisa bergerak naik turun dengan cepat. Padahal ketika seluruh batang kemaluan itu masuk, bergerak sedikit saja terasa aneh bagiku. Beberapa saat kemudian ayahku mulai menarik perlahan batang kemaluannya dan aku merasakan gesekan yang terasa agak geli di dinding lubangku. Sedikit demi sedikit aku mulai merasa nyaman.

Beliau terus bergerak dan sayang belum sampai 10 gerakan tusuk dan tarik, beliau menarik batang kemaluannya dan mengocoknya sendiri dan mengarahkannya ke meja yang tidak jauh dari ranjangnya. Sementara aku sendiri masih dalam kondisi menggantung, ketika semprotan-semprotan ganas itu terlontar seperti semprotan pemadam kebakaran. Ayahku tampak melenguh-lenguh tertahan ketika dari ujung kemaluannya menyemprot-nyemprotkan tak kurang dari 8 kali semprotan cairan putih kental, padahal tangannya hanya bergerak mengocok sekali untuk dua kali semprotan. Tampak dahsyat sekali yang dialami ayahku.

Sementara aku sendiri betul-betul masih menggantung, posisiku bahkan belum berubah, mengangkang di ranjang, sehingga dari sebelah meja kerja ayahku pastilah selangkanganku tampak terlihat jelas.

Ayahku duduk di ranjang di depanku sambil memegangi kepala kemaluannya yang tampak memerah. Diliriknya selangkanganku terus di rebahkannya dirinya di sana. Beberapa saat berlalu. Tiba-tiba di tengah kegamanganku, kesadaran moralku muncul. Aku bangkit dan mengambil pakaianku, memakainya cepat-cepat, merapikan rambut, terus duduk menunduk. Dan berucap, “Aku minta maaf Pi, aku nggak sengaja!” Ayahku hanya tersenyum kepadaku dan langsung menjawab ucapanku tadi, “Bantuin aku membersihkan ini, ya!” dia mengambil kain dan tissue dan mulai membersihkan sisa-sisa di atas meja dan sofa tadi. Aku mengambil tissue dan mulai ikut membersihkan, sekali aku memandanginya dan tanpa sadar beliau memandang balik dan kami saling berpandangan beberapa lama.

Setelah bersih aku berniat keluar kamarnya untuk mandi. Entah kenapa, dia membukakan pintu, dan sebelumnya dia membisikkan kata-kata ini. “Terima kasih anakku sayang, maaf Papi terlalu cepat, mungkin habis kamu mandi aku bisa memperbaikinya, kamu mandi dulu gih dan Papi juga mau mandi nih.” Hahh.. habis mandi? Ya.. ampun..! Masih dengan perasaan menggantung, aku berjalan menyusuri ruang tengah itu dan menuruni tangga untuk menuju ke kamar mandi untuk mandi. Setiap gerak langkah kakiku menggesekkan perasaan geli dan entah apa yang membuatku kadang-kadang menggelinjang sendiri. Mungkin karena sebenarnya aku pun menyimpan keinginan itu di bawah sadar sehingga -sama seperti ayahku- ketika ada penyaluran yang dibutuhkan adalah penyaluran total.

Ketika aku mandi, terlupakan sudah perasaan menggantung tadi, meskipun kadang-kadang kalau secara tidak sengaja saat mandi, menyabuni selangkanganku terasa begitu nyaman. Tiba-tiba saja rasa was-was muncul di hatiku, jangan-jangan aku mengidap kelainan (maksudku ayahku kan hampir 20 tahun lebih tua dariku, dan aku bernafsu padanya!). Atau mungkin hanya karena ‘itunya’ Ayahku yang tampak mempesona apalagi aku baru pertama kali merasakan kemaluan laki-laki (aku kehilangan perawan ketika waktu aku masih kecil karena aku suka sekali naik sepeda dan aku pernah jatuh dari sepeda sehingga hal ini merusak perawanku dan itu mungkin kenapa aku tidak mengeluarkan darah perawan ketika berhubungan dengan ayahku). Sampai suatu saat aku merasakan beberapa jemari meraba payudara dan paha bagian dalamku. Aku segera tersadar tapi ayahku telah merangkul anak kandungnya sendiri secara erat dari belakang. Entah bagaimana aku telah berada di pangkuannya di atas toilet bowl. Pantatku terasa sedang menduduki sesuatu yang keras.

Sementara tangan satunya sedang mengelus bagian paha dalamku hanya sekian centimeter dari area kemaluanku. “Pi.. jangan.. Tolong.. Pi!” Entah bagaimana kedengarannya kalimatku tadi, bernada menolak atau malah terhanyut. Yang pasti sentuhan di kedua titik tererotis dari tubuhku itu, seperti mengalirkan daya penghanyut yang dahsyat. Jadi sementara sebagian akalku menolak perbuatan papiku itu, seluruh tubuhku yang lain mulai terhanyut total. Ketika dari bibirku keluar kalimat-kalimat penolakan dan tanganku mulai bergerak memberontak, seluruh bagian yang tubuh yang lain malah pasrah dan terutama pahaku yang mulai terasa kesemutan mengiringi rasa seperti ingin kencing dari selangkanganku setiap kali jemari papiku menyapu seluruh permukaan kemaluanku yang tertutup oleh bulu-bulu pubic-ku yang banyak dan halus.

Akhirnya kira-kira seperempat jam kemudian seluruh tubuhku hanyut luruh, bahkan dari bibirku keluar suara mendesis dan rengekan manja setiap kali ayahku berbuat sesuatu di bagian tubuhku tadi. Mungkin kelebihan dari mereka yang telah berumur seperti ayahku di antaranya ialah kesabarannya dalam melakukan seluruh proses hubungan intim, tidak asal ingin segera menyelipkan itunya saja seperti kebanyakan anak-anak muda dan hal ini yang akhirnya membuat saya menjadi tergila-gila bersenggama dengan orang yang berusia seperti ayahku. Aku menyandarkan punggungku di atas dadanya. Sementara itu terasa bagiku sebuah silinder panjang, keras dan hangat, berdenyut-denyut di antara kedua bongkahan pantatku.

Ayahku menghentikan aktivitasnya dan berbisik lagi, “Kita ke kamar saja ya!” Beliau mendorongku berdiri dan merangkulku, terus menuntunku masuk ke dalam kamarku yang letaknya bersebelahan kamar mandi itu. Aku seperti tak berdaya mengikuti apa saja yang dilakukannya. Ada dorongan yang sangat kuat mengalahkan segala energi penolakanku. Dibaringkannya aku ditepi ranjang, separuh paha dan kakiku masih terjuntai di lantai sehingga hanya punggung sampai pantat saja yang berbaring di ranjang. Entah bagaimana rasanya laki-laki melihat seorang wanita telanjang bulat dalam keadaan pasrah (siap disenggamai) berbaring dalam posisi seperti posisiku saat itu? Yang pasti aku melihat Ayahku seperti tertegun beberapa saat memandangiku. “Kamu memang sempurna anakku sayang.” Aku melihat beliau melepas kaos oblongnya sehingga dapat kulihat tubuh ceking putih itu. Dalam keadaan seperti itu kulihat bahwa dari balik celana pendeknya tampak kemaluannya sudah menegang terlihat dari mencuatnya batangnya itu sehingga terlihat menonjol. Kemudian dibukanya juga celana pendeknya itu sehingga terlihat ayunan batang panjang dan besar itu tampak memerah kepalanya tegak mengacung ke depan di antara kedua pahanya yang ceking.

“Pii..” aku bahkan tidak tahu memanggilnya untuk apa. Sambil berlutut mendekatkan tubuhnya di antara pahaku, ayahku berbisik, “Sstt.. kamu diam saja, nikmati saja!” katanya sambil dengan kedua tangannya membuka pahaku sehingga selangkanganku terkuak tepat menghadap pinggulnya karena ranjangnya itu tidak terlalu tinggi. Itu juga berarti bahwa sekian saat lagi akan ada sesuatu yang akan menempel di permukaan kemaluanku. Benar saja, aku merasakan sebuah benda tumpul menempel tepat di permukaan kemaluanku. Tidak langsung diselipkan di ujung lubangnya, tetapi hanya digesek-gesekkan di seluruh permukaan bibirnya, membuat bibir-bibir kemaluanku terasa monyong-monyong kesana kemari mengikuti arah gerakan kepala kemaluannya. Tetapi pengaruh yang lebih besar ialah aku merasakan rasa nikmat yang benar-benar bergerak cepat di sekujur tubuhku dimulai dari titik gesekan itu. Beberapa saat ayahku melakukan itu, cukup untuk membuat tanganku meraih tangannya dan pahaku terangkat menjepit pinggulnya. Aku benar-benar menanti puncak permainannya.

Ayahku menghentikan aktivitasnya itu dan menempelkan kepala kemaluannya tepat di antara bibir labia mayora-ku dan terasa bagiku tepat di ambang lubang kemaluanku. Aku benar-benar menanti tusukannya. Oh.. God.. please! Tidak ada siksaan yang lebih membuat wanita menderita selain dalam kondisiku itu. Yang wanita dan yang sudah pernah melakukan senggama dan menikmatinya, pasti setuju, ya nggak! Akhirnya ayahku benar-benar mendorongkan pinggulnya mendorong terkuaknya lubang kemaluanku oleh batang kemaluannya.


Sedikit demi sedikit aku merasakan terisinya ruangan dalam liang kemaluanku. Aku benar-benar tergial ketika merasakan kepala kemaluannya mulai melalui area G-spot-ku, diikuti oleh gesekan dari urat-urat batangnya setelahnya.

Aku hanya mengangkang merasakan desakan pinggul ayahku membuka pahaku lebih lebar lagi. “Papi..!” lagi-lagi hanya kata itu yang terucap dari bibirku.

Sedikit bergetar aku ketika mengucapkannya. Saat itu seluruh batang kemaluan ayahku telah amblas masuk seluruhnya di dalam liang kemaluanku.

Tanpa sengaja aku terkejang seperti menahan kencing sehingga akibatnya seperti meremas batang kemaluan ayahku.

Beliau bahkan belum lagi bergerak. “Aduhh.. Caroline sayang.. kamu.. hebat sekali!” Ayahku ikutan menegang, mungkin akibat kejangan tadi. 

Beliau mencengkeramkan kedua tangannya di pinggulku, terasa sedikit kukunya di ujung kulitku.

Tapi itu hanya rasa yang kecil saja dibandingkan apa yang terjadi tepat di tengah-tengah tubuhku saat itu.

Kakiku masih menjuntai di lantai karpet kamarnya itu.

Tanganku memegangi lengannya yang mencengkeram pinggulku.

Aku mencakarnya ketika beliau menarik kemaluannya dan belum sampai tiga perempat panjangnya kemudian menghunjamkannya lagi dengan kuat.

Aku nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang disiramkannya secara tiba-tiba itu.

Begitulah beberapa kali ayahku melakukan hujaman-hujaman ke dalam liang terdalamku tersebut.

Setiap kali hujaman seperti menyiramkan rasa nikmat yang amat banyak ke tubuhku.

Aku begitu terangsang dan semakin terangsang seiring dengan semakin seringnya permukaan dinding lubang kemaluanku menerima gesekan-gesekan dari urat-urat batang kemaluan ayahku yang seperti akar-akar beringin yang menjalar-jalar itu.

Mungkin karena tenaganya yang mungkin sudah tidak sekuat masa mudanya.

Biasanya kalau orang bersenggama itu semakin lama semakin cepat gerakannya, ayahku malah semakin melambat sampai pada sebuah irama gerakan yang konstan tidak cepat dan tidak lambat.

Tapi anehnya justru bagiku aku semakin bisa merasakan setiap milimeter permukaan kulit kemaluannya.

Pada tahap ini, seperti sebuah tahap ancang-ancang menuju ke sebuah ledakan yang hebat, aku merasakan pahaku mulai seperti mati rasa seiring dengan semakin membengkaknya rasa nikmat di area selangkanganku.

Aku mulai mengejang, kedua tanganku meremas-remas lengannya sesekali mencakarnya, disertai jatuhnya tetesan keringat di dada dan perutku.

Aku mulai tidak terkontrol lagi, suaraku terdengar keras sekali.

Aku tak perduli lagi. Aku mulai secara tak sadar seperti memerintah ayahku.

“Cepatlah.. hh.. Papi.. Caroline sayang sama Papii!” sambil berkata demikian aku bangkit dari berbaringku dan menjepit pinggul ayahku dengan kedua pahaku sementara betisku kuangkat.

Aku meraih pinggul ayahku dan menggerak-gerakkannya secara kasar.

Ayahku seperti kedodoran menanganiku saat itu, beliau terengah-engah mengikuti gerakan tanganku di pinggulnya.

Tapi seperti kuceritakan di atas, beliau luar biasa sekali saat itu.

Bayangkan ini sudah hampir 20 menit, beliau terus bergerak kontinyu sampai pada suatu titik, “Ahh.. Pii.. hh..” (aku tidak bisa bercerita lagi pada bagian ini, kakiku mengejang, pinggulku terasa kesemutan rasa nikmat, nafasku memburu cepat, detak jantungku terasa cepat sekali, sementara di bawah sana aku terus merasakan gesekan-gesekan kuat dan mantap dari ayahku).

Ketika usai, aku masih berbaring di ranjang tetap dengan posisi seperti tadi, tapi kali ini lemas sekali.

Lemas yang sangat melegakan tubuhku, seperti separuh tubuhku telah menguap.

Aku memandangi langit-langit dan masih tetap belum bisa berpikir jernih.

Tiba-tiba aku mendengar bisikan dan sentuhan kulit basah di sampingku.

“Caroline anakku, bantuin Papi ya.. menyelesaikan ini!” Aku melirik ke samping dan yang pertama kulihat sebuah batang mengkilat yang tegak mengacung ke atas, separuh pangkalnya tergenggam oleh tangan keriput ayahku.

Beliau berbaring tepat di sampingku dan kelihatannya masih belum ejakulasi.

Gila apa ini? Ayahku menarik tangan kiriku dan menggenggamkannya di batang kemaluannya itu dan mengarahkannya untuk menggerak-gerakkan kocokan.

Aku mengikuti saja, tubuhku masih lemas sekali termasuk kedua tanganku. Jadi kugerakkan saja sekuat tenaga tangan kiriku menggerak-gerakkan kocokan dengan tangan kiri, pandanganku masih ke atas langit-langit.

Aku tidak perduli, pokoknya aku seperti menggerakkannya dengan cepat, hingga tak berapa lama kemudian, aku merasakan raupan tangan di dadaku, dan beberapa saat kemudian suara erangan disertai tetesan cairan hangat dan lengket di perut dan seluruh dadaku.

Sementara itu di telapak tangan kiriku aku merasakan seperti pompaan-pompaan cepat dan kuat yang mengalir dengan cepat dari dalam tubuh ayahku keluar dengan kuat dari ujung lubang batang kemaluannya yang karena gerakanku mengocok, mengarahkan semprotan ke atas dan jatuh di atas tubuhku.

Sensasi dari rasa hangatnya aku rasakan di seluruh kulit tubuhku, diperkuat dengan suara erangan tua dari mulutnya.

Setelah ia klimaks, kami akhirnya sama-sama tertidur dan saya tertidur di atas dadanya yang masih bidang, sungguh pengalaman yang tidak terlupakan.

Kami akhirnya selalu melakukan perbuatan itu sampai sekarang apalagi mamiku masih berada di luar negeri sekarang jadinya kita bebas melakukannya.

Papi, jika papi baca ini, Caroline sayang papi.

TAMAT

Kumpulan Cerita Dewasa Skandal Ima Si Cewek Imut


Kumpulan Cerita Dewasa - Ini pengalamanku dengan anak kelas 6 SD. Aku tuh paling suka sama anak sekitar kelas 6 SD sampai 2 SMP.

Kalau aku sendiri adalah mahasiswa tingkat satu di Bandung. Ceritanya pada waktu itu aku sedang jalan-jalan ke toko buku.

Aku sedang ingin cari buku komik.

Pas sedang cari itu, aku melihat anak yang manis, yah.. pokoknya cute banget deh! Putih, dan karena baju yang dipakainya agak ketat, buah dadanya yang agak baru tumbuh itu sedikit menjiplak di bajunya, jadi kelihatan runcing begitu.

Aku ajak kenalan saja dia, siapa tahu bisa dapat.

Tidak usah aku kasih tahu proses kenalannya ya, soalnya.. ya gitu deh.. pokoknya akhirnya aku tahu itu anak kelas 6 SD dan aku tahu nomor teleponnya.

Oh iya, namanya adalah Ima, aku jadi lumayan sering menelepon dia.

Habis ternyata anaknya asyik juga.

Kami sering ngobrol tentang Boys Band yang dia suka, (bukan berarti aku suka Boys Band, kebetulan adikku banyak tahu, jadi aku ikut-ikutan tahu).

Aku sudah beberapa kali ajak dia jalan-jalan ke Mall, tapi jarang mau.

Sepertinya tidak dibolehi sama ibunya. Tapi akhirnya bisa juga.

Sepertinya aku memang sedang falling in love sama si Ima.

Setiap pulang sekolah, dia sering aku jemput, lucu deh, jadi seperti jemput adik sendiri, nanti aku dikira pembantu pribadinya sama temennya.

Biarin deh, yang penting aku sayang sama Ima.

Nah, pada suatu hari waktu dia pulang sekolah, aku ajak saja ke rumahku.

Ternyata dianya mau. Asyik, pikirku. Habis dia tidak pernah mau aku ajak ke rumahku.

Dan pas ketika kuajak ke kamarku, dianya mau saja dan untung tidak ada yang melihatku bawa-bawa anak SD, kan malu juga kalau ketahuan punya cewek anak SD.

Setelah beberapa kali aku ajak ke rumah, baru kali ini dia mau dan mau lagi ke kamar.

Kan kalau di kamar suasananya jadi lebih romance dan tenang karena berdua saja.

Di kamar kustel kaset West Life, khan lumayan lembut tuh musiknya.

Dia suka banget sama itu Boys Band.

Pertama-tama kami ngobrol biasa tentang sekolahnya, guru-gurunya, temen-temennya, biasalah anak SD.

Eh, kami akhirnya ngobrol tentang pacaran, aku tanya saja.

“Pacar kamu siapa sih..?” sambil senyum.

“Bukannya kamu..” jawabnya.

Waduh, nih anak SD polos amat.. tapi aku seneng sih, dia ngakuin aku.

“Iya nih Ma, aku sayang banget ama kamu,” rayuku.

Dianya diam sambil menatapku malu. Waduh wajahnya itu lho, masih Fresh dan dia manis sekali.

Tiba-tiba, gara-gara meliat parasnya yang cute itu, aku jadi ingin mencium bibirnya, tapi dia mau tidak ya?

“Sayang, kamu pernah ciuman belum?” tanyaku.

“Belum, tapi suka deh ngeliat orang ciuman di film-film,” katanya.

“Mau nyobain tidak?” tanyaku, to the point saja.

Dia diam saja.

“Sama kamu? nggak ah, takut.. malu..” kata Ima.

“Nggak apa-apa lagi..” jawabku.

“Coba ya.. enak kok,” kataku lagi.

“Coba deh merem!” kataku.

Dia mencoba merem, tapi melek lagi, takut katanya.

Jantungnya terasa deg-degan, katanya.

“Santai saja, tidak usah tegang,” kataku.

Dia mulai merem, perlahan aku dekati wajahnya, mulai terasa hembusan nafasnya.

Lalu perlahan kusentuh bibirku dengan bibirnya.

Ketika bibir kami mulai bersentuhan, bibirku mulai bermain di bibirnya, dia belum merespon.

Dia hanya membiarkan bibirku memainkan bibirnya, terasa sekali hembusan nafasnya, bibirnya yang begitu lembut tapi akhirnya dia juga mulai memainkan bibirnya.

Sekitar lima menit kami berciuman.

Nafas dia terengah-engah ketika selesai berciuman. “Gimana enak tidak?” tanyaku.

Dia cuma tersenyum malu-malu, “Mau lagi tidak? tapi sekarang lebih seru lagi, kumasukkan lidah ke mulut kamu, terus kamu nanti isep lidahku di dalem mulut kamu ya.. dan nanti gantian kamu yang masukin lidah ke mulutku, nanti kuisep,” kata aku.

Dia merem lagi, aku dekati bibirku.

Begitu kena bibirnya, langsung aku masukkan lidahku, dia langsung menghisap, ah enak, geli dan nikmat, terasa di mulut.

Setelah itu dia masukkan lidahnya ke mulutku, kuhisap lidahnya lengkap beserta ludah yang ada di mulutnya.

Ketika sedang asyik berciuman itu, timbul ide nakal, aku mencoba meraba dadanya yang masih baru tumbuh.

Ternyata dia tidak menolak, dia masih terus menikmati berciuman dengan aku.

Aku masih terus meraba-meraba dadanya yang kalau dibilang sih masih kecil untuk ukuran buah dada, tapi aku suka sekali sama buah dada yang semacam itu, runcing dengan puting yang baru tumbuh.

Aku mulai nekat, kucoba masukkan ke dalam balik bajunya, di balik kaus singletnya (dia belum pakai BH, tapi karena tidak pakai BH, putingnya yang baru tumbuh itu jadi menonjol keluar, jadi kelihatan agak runcing dadanya) terdapat gundukan kecil imut nan segar.

Eh, ternyata dia mulai sadar dan menghentikan ciumannya.

“Jangan dimasukkin dong tangannya,” kata dia.

Wah, tampaknya dia belum berani.

“Maaf deh.. aku terlalu nafsu,” kataku.

“Eh, udah sore nih, kamu aku anter pulang dulu ya,” kataku.

Anak SD, kalau belum pulang sampai sore nanti dicariin, kan gawat kalau ibunya sampai tahu dia di kamarku.


Akhirnya hari pertama dia di rumahku diakhiri dengan belajar ciuman.

Besok-besoknya dia tidak pernah bisa main ke rumahku.

Soalnya ibunya menjemput terus.

Nah, seminggu setelah dia main ke rumahku, akhirnya dia mau lagi diajak ke rumahku.

Pas pulang sekolah aku ajak masuk lagi ke kamarku.

“Gimana sayang? masih mau terusin pelajaran ciuman kita minggu kemaren?” tanyaku.
Dia tersenyum.

“Mau dong.. yang pakai masukin lidah ya..” kata Ima.

“OK deh..” jawabku.

Dan mulailah kami ber-French kissing.

Kami berciuman sampai beberapa menit. Tapi aku kepikiran lagi sama dada dia.

Karena saking nafsunya aku ingin sekali merasakan dada cewekku ini.

Aku mencoba minta ke Ima. “Ma.. aku pengen liat.. liat dada kamu boleh nggak..? Entar enak deh, bisa lebih enak dari pada ciuman,” kataku.

Dia diam saja sambil menatap ke arahku.

Akhirnya dia mau juga setelah kubujuk. Dia aku suruh duduk di tempat tidurku.

“Kamu tenang aja ya..” dia mengangguk.

Aku perlahan-lahan membuka baju kemeja sekolahnya, satu per satu kancingnya kubuka.

Dia menatapku dengan perasaan yang tegang.

“Rilex aja lagi.. jangan tegang gitu.. tidak sakit kok,” kataku.

Akhirnya dia agak tenang.

Begitu kebuka semua, wah, ternyata masih ada kaus singletnya yang menghalangi buah dada mininya itu.

“Aku buka semua ya..” kataku.

Dia mengangkat tangannya ke atas, lalu kubuka singletnya.

Wow.. ternyata indah sekali man..! Kulitnya yang putih mulus, masih halus sekali, buah dadanya yang baru muncul itu menampakkan suatu kesan yang amat indah, putingnya berwarna pink itu, membuat lidahku ingin mengulumnya.

Dengan perlahan kusentuhkan lidahku ke putingnya yang berwarna pink itu.

(PS: Kalau mau mencoba sama anak yang baru tumbuh buah dadanya, hati-hati, soalnya daerah itu masih sensitif sekali.

Kalau kesentuh keras sedikit saja, terasa sakit sekali sama dia. Bener tidak?).

Lalu mulai kujilati dan tanganku mencoba menyentuh puting yang satu laginya.

Dia merem ketika aku menjilati putingnya, dia tinggal memakai rok merah, seragamnya.

Dia merem ketika aku menjilat, menghisap, menyentuh, meraba buah dada imutnya itu, dan dia mulai mendesah kenikmatan, “Ssshhssh.. mm..” desahnya, aku makin horny saja mendengarnya dan aku makin lancar mengerjai dadanya itu.

Aku jilati bergantian kanan dan kiri, dan aku juga menjilati perutnya dan pusarnya.

Sedang menjilati tubuhnya itu, eh, timbul lagi benak nakal.

Bentuk vaginanya gimana ya? aku jadi penasaran gitu.

Aku masukkan tanganku ke dalam roknya.

Kuusap-usap CD-nya yang melapisi vagina imut-imut milik seorang anak kelas 6 SD yang manis itu.

“Ima.. kamu mau tidak membuka rok kamu..?” tanyaku.

“Mau kan sayang..?” tanyaku lagi.

“Tapi tidak apa-apa kan?” tanya Ima.

“Nggak kok..” kataku.

Dia kusuruh tiduran.

Aku membuka roknya, aku peloroti roknya, dia tinggal memakai celana dalamnya yang berwarna pink (lucu deh, ada gambar Hello Kitty-nya), dan akhirnya aku peloroti CD-nya.

Terlihatlah sekujur tubuh telanjang seorang anak SD yang membuatku ingin menidurinya.

Terlihat vagina yang masih mulus, belum ada bulunya dan bibir vaginanya yang mulus juga, dan aku nafsu sekali.

Aku jilati vaginanya, dianya kegelian, sehingga badannya bergoyang ketika aku jilati bagian dalam vaginanya.

Tapi lama-lama kupikir, aku jahat sekali, nih anak kan cewekku, masa aku tega sih.

Ya sudah, aku selesai saja.

Kalau aku sampai ML, berarti aku menghancurkan masa depan seorang anak.

Aku terus menjilati vaginanya, dan aku terus menjilati bagian klitorisnya sampai dia bergoyang-goyang.

Akhirnya dia mengalami orgasme, “Aahh.. aku lemes..” Akhirnya aku sudahi jilati vaginanya dan kucium pipinya.

“Gimana enak kan..?” tanyaku.

“Iya..”

“Tidak apa-apa khan?” kataku.

“Udah sore tuh kamu mau pulang..?” tanya aku.

“Iya deh, tapi kapan-kapan lagi ya..” katanya.

“Iya deh sayangku,” kataku sambil kucium keningnya.

Yah begitulah ceritanya, aku tidak tega untuk merenggut keperawanan cewekku sendiri.

Aku sama Ima jalan sampai dua bulan saja, karena bosan.

Aku tidak pernah nge-ML sama dia dan aku sudah berjanji tidak mau ML sama dia.

TAMAT

Friday, April 2, 2021

Kumpulan Cerita Dewasa Sang Kekasih Akibat Rindu


Kumpulan Cerita Dewasa - Siang itu di sebuah rumah yang cukup asri, seorang gadis yang berambut panjang terurai dengan raut wajah yang manis terlihat sedang menanti kedatangan seseorang. Tiba-tiba datang seorang pemuda yang mengenakan kaos biru di padu dengan jeans warna serupa. Dia berjalan menuju kerumah gadis yang sedang asyik duduk di depan rumahnya, si gadis sesekali mengawasi depan rumahnya kalau-kalau yang di tunggu sudah datang atau belum.

Dengan senyum yang manis kemudian gadis itu menyapa sang pemuda yang kelihatan rapi, harum dan segar siang itu.

“Hallo Mas Adietya sayang..” sapanya dengan panggilan khas yang mesra ke padaku.
“Hallo juga.. Sayang,” balasku pendek.
“Sudah lama yah nunggunya,” lanjutku lagi.

Antara aku dan si gadis memang terlihat mesra di setiap kesempatan apa aja. Baik itu melalui panggilan ataupun sikap terhadap masing-masing. Seperti halnya siang itu, yang kebetulan keadaan di rumah sang gadis nampaknya sedang sepi, dia bilang ortunya lagi ke rumah saudaranya yang pulangnya nanti sore.

Dengan masih menyimpan rasa rindu yang tertahan, aku memeluk gadis pujaanku dengan mesra, sambil membisikan kata.

“Adiet kangen banget nih sayang,” bisikku di telinga nya sambil mencumbu daun telinganya.
“aku juga kangen Mas sayang..” jawabnya pelan.

Kemudian kita terlibat perbincangan sesaat, yang selanjutnya aku merengkuh bahu si gadis dan mengajaknya masuk ke dalam ruangan tamu. Di sofa kita duduk sangat dekat sekali, sampai-sampai kita bisa merasakan hembusan nafas masing-masing, saat kita bertatapan wajah.

“Kamu cantik sekali siang ini sayang..” kataku lembut.

Sembari tanganku meremas kedua tangannya dan kemudian aku lanjutkan untuk menarik tubuhnya lebih rapat. Si gadis tak menjawab hanya tersipu raut wajahnya, yang di ekspresikan dengan memelukku erat. Tanganku kemudian memegang kedua pipinya dan tak lama bibirku sudah mengulum bibirnya yang terbuka sedikit dan bentuknya yang ranum, sembari dia memejamkan kedua bola matanya.

Lidahku bermain di rongga mulutnya untuk memberikan perasaan yang membuat nya mendesah sesaat setelahnya. Di balik punggungnya jemari tanganku dengan lembut masuk ke dalam kaos warna putihnya dan mencoba membuka kaitan bra dari belakang punggungnya. Dengan dua kali gerakan, terbukalah kaitan bra hitamnya yang berukuran 36b itu.

Jemari tanganku langsung mengelus tepian payudaranya yang begitu kenyal dan menggairahkan itu. Dan tak lama setelah itu jariku sudah memilin putingnya yang mulai keras, yang nampaknya dia mulai menikmati dan sudah terangsang diiringi dengan desahannya yang sensual.

“Ohh.. Mas sayang..” desahnya lembut.

Sambil memilin, bibirku tak lepas dari bibirnya dan menyeruak lebih ke dalam yang sesekali mulutku menghisap lidahnya keluar masuk. Selanjutnya dengan gerakan pelan aku membuka kaos putihnya dan langsung mulutku menelusuri payudaranya dan berakhir di putingnya yang menonjol kecil. Aku menjulurkan lidahku tepat di ujung payudaranya, yang membuat dia menggelinjang dan mendesah kembali.

“Ohh.. Mas sayang.. Enak sekali.”

Sesaat aku menghentikan cumbuanku kepadanya dan memegang kedua pipinya kembali sambil membisikkan kata.

“Sayang.. Payudara kamu sungguh indah bentukya,” bisikku lirih di telinganya.

Sang gadis hanya mengulum senyumnya yang manis sembari kembali memelukku mesra. Dengan mesra aku mengajak si gadis berjalan ke arah kamarnya yang lumayan besar dan bersih. Layaknya kamar seorang gadis yang tertata rapi dan aroma segar wangi bunga-bunga yang ada ditaman depan kamarnya terhirup olehku saat memasukinya.

Tak berselang lama kemudian, aku mengangkat tubuh sexy sang gadis dan meletakkannya di atas meja belajar yang ada di kamarnya. Sang gadis masih mengenakan celana jeansnya, kecuali bagian atasnya yang sudah terbuka saat kita berasyik masyuk di ruang tamu. Perlahan aku memeluk tubuh sang gadis kembali, yang aku lanjutkan dengan menjelajahi leher jenjangnya dengan lembut.

Bibirku mencumbui setiap senti permukaan kulitnya dan berpindah sesaat ketika lidahku mencapai belakang telinganya dan membuat tubuh sang gadis kembali bergetar pelan. Desahan dan getaran tubuhnya menandakan kalau sang gadis sudah sangat terangsang oleh setiap cumbuanku. Tanganku tak tinggal diam sementara bibirku mencumbui setiap titik sensitif yang ada di tubuh sang gadis. Jemariku mulai mengarah kebawah menuju celana jeans nya dan tanpa kesulitan aku menurunkan resliting celananya yang nampak olehku pinggiran celana dalam warna hitamnya yang sexy.

Kemudian aku melemparkan celana jeansnya ke lantai dan seketika tanganku dengan lembut merengkuh bongkahan pantatnya yang padat berisi. Aku mengelus kedua bongkahannya pelan dan sesekali jariku menyelip di antara tepian celana dalamnya yag membuat bibirnya kembali bergetar mendesah lirih.

“Oh.. Mas sayang..” desahnya parau.

Bibirku yang sejak tadi bermain di atas, kemudian berpindah setelah aku merasakan cukup untuk merangsangnya di bagian itu. Lidahku menjulur lembut ketika mencapai permukaan kulit perutnya yang berakhir di pusarnya dan bermain sejenak yang mengakibatkan tubuhnya menggelinjang kedepan.

“Ssshh..” desisnya lirih.

Perlahan kemudian aku mulai menurunkan celana dalamnya dan aku membiarkan menggantung di lututnya yang sexy. Kembali aku melanjutkan cumbuan yang mengarah ke tepian pangkal pahanya dengan lembut dan sesekali aku mendengar sang gadis mendesah lagi. Aku mencium aroma khas setelah lidahku mencapai bukitnya yang berbulu hitam dan lebat sekali, namun cukup terawat terlihat olehku sekilas dari bentuk bulu vaginanya yang menyerupai garis segitiga.

Dan tak lama lidahku sudah menjilati bibir luar vaginanya dengan memutar ujung lidahku lembut. Kemudian aku lanjutkan dengan menjulurkan lebih ke dalam lagi untuk mencapai bibir dalamnya yang sudah sangat basah oleh lendir kenikmatan yang di keluarkan dari lubang vaginanya. Tubuh sang gadis mengelinjang perlahan bersamaan dengan tersentuhnya benjolan kecil di atas vagina miliknya oleh ujung lidahku.

“Ohh.. Mas sayang” jeritnya tertahan.
“Aku nggak kuat Mas..” tambahnya lirih.

Yang aku lanjutkan dengan menghentikan tindakanku sesaat. Aku menurunkan tubuh sang gadis dari atas meja, kemudian aku berdiri tepat di hadapanya yang sudah berjongkok sambil menatap penisku yang sudah berdiri tegang sekali.


Dengan gerakan lincah bibir sang gadis langsung mengulum kepala penisku dengan lembut dan memutar lidahnya di dalam mulutnya yang mungil dan memilin kepala penisku yang mengkilat. Tubuhku bergetar hebat ketika menerima semua gerakan erotis mulai dari jemari tangannya yang lembut mengelus batang penisku serta bibir dan lidahnya yang lincah menelusuri buah zakarku.

“Ohh.. Sayang” desahku pelan.

Rambutnya yang hitam panjang ku remas sebagai expresi dari kenikmatan yang mengalir di sekujur tubuhku. Setelah beberapa saat sang gadis menjelajahi organ sensitifku, aku merengkuh bahunya serta memintanya berdiri dan kembali aku mendudukkan pantatnya yang padat berisi di tepian meja sementara salah satu kaki jenjangnya menjuntai ke lantai.

Dengan gerakan lembut aku mengangkat paha kirinya dan bertumpu pada lenganku, di saat selanjutnya tangan kiriku memegang batang penisku yang sudah sangat tegang sekali menahan rangsangan yang menggelora dan mengarahkannya tepat di bibir vaginanya yang sudah basah oleh lendir birahi. Pada saat bersamaan ujung telunjukku juga mengelus belahan antara anus dan bibir bawah vaginyanya.

“Oh.. Mas sayang.. Please.. Aku enggak kuat” jeritnya lirih.

Aku masih belum merespon atas jeritan lirihnya, sebaliknya aku menundukkan kepala untuk kembali menjilati kedua payudaranya bergantian dan berakhir di puting payudara yang sebelah kiri. Gerakanku membuatnya menggelinjang dan semakin keras desahannya terdengar.

“Ohh.. Mas sayang.. Sekarang yah” pintanya lirih, dengan mata yang sayup penuh nafsu.

Perlahan aku mengarahkan batang penisku tepat di belahan vaginanya dan mendorongnya lembut.

“Slepp..” irama yang di timbulkan ketika penisku sudah menyeruak bibir vaginanya.

Kembali bibir sang gadis mengeluarkan desahan sexynya.

“Hekk.. Mmm..” gumamnya lirih.

Setengah dari batang penisku sudah masuk ke dalam vaginanya, yang aku padukan dengan gerakan bibirku mengulum bibirnya yang ranum serta memilin dan memutar ujung lidahnya lembut. Untuk menambah kenikmatan buat dirinya, aku mulai memajukan sedikit demi sedikit sisa batang penisku ke rongga vaginanya yang paling dalam dan aku mengarahkan ujung penisku menyentuh G-spotnya. Mulut sang gadis menggumam lirih karena mulutku juga masih mengulum bibirnya.

“Mmm.. Mmm” gumamnya.

Sambil menahan nikmat, tangan sang gadis menyentuh buah zakarku dan memijitnya lembut yang membuat tubuhku ikut mengelinjang menahan kenikmatan yang sama. Pinggulku membuat gerakan maju mundur untuk kesekian kalinya dan sepertinya sang gadis akan mendapatkan orgasme pertamanya ditandai dengan gerakan tangannya yang merengkuh bahuku erat dan menggigit bibir bawahnya lirih.

“Ohh.. Mas sayangg..” jeritnya bergetar.

Bersamaan dengan aliran hangat yang kurasakan di dalam, rongga vaginanya menjepit erat batang penisku. Tangannya merengkuh bongkahan pantatku serta menariknya lebih erat lagi. Tak lama berselang sang gadis kemudian tersenyum manis dan mengecup bibirku kembali sambil mengucapkan kata.

“Thanks yah.. Mas sayang”ucapnya mesra.

Aku membalasnya dengan memberikan senyum dan mengatakan.

“Aku bahagia.. kalau sayang bisa menikmati semua ini” ucapku kemudian.

Hanya beberapa saat setelah sang gadis mendapatkan orgasmenya, aku membalikkan tubuhnya membelakangiku sembari kedua tanganya berpegang pada pingiran meja. Dengan pelan kutarik pinggangnya sambil memintanya menunduk, maka nampaklah di depanku bongkahan pantatnya yang sexy dengan belahan vaginanya yang menggairahkan.

Perlahan aku memajukan tubuhku sambil memegang batang penisku dan mengarahkannya tepat di bibir vaginanya, sementara kaki kananku mengeser kaki kanannya untuk membuka pahanya sedikit melebar. Dengan gerakan mantap penisku menyeruak sedikit demi sedikit membelah vaginanya lembut.

“Slepp..” masuklah setengah batang penisku ke dalam rongga vaginanya.
“Sss..” sang gadis mendesah menerima desakan penisku.

Tanganku perlahan meremas payudaranya dari belakang mulai dari yang sebelah kiri dan dilanjutkan dengan yang sebelah kanan secara bergantian. Sementara pinggulku memulai gerakan maju mundur untuk kembali menyeruak rongga vaginanya lebih dalam.

Posisi ini menimbulkan sensasi tersendiri dimana seluruh batang penisku dapat menyentuh G-spotnya, sementara tanganku dengan bebas menjelajahi seluruh organ sensitifnya mulai dari kedua payudara berikut putingnya dan belahan anus dan bagian tubuh lainnya.

“Ohh.. Mas sayang” desahnya.

Ketika ujung jemariku menyentuh lubang anusnya sambil aku berkonsentrasi memaju mundurkan penisku. Setelah cukup beberapa saat aku menggerakan pinggulku memompa belahan vaginanya. Dengan gerakan lembut aku menarik wajahnya mendekat, masih dalam posisi membelakangiku aku mengulum bibirnya dan meremas kedua payudaranya lembut. 

“Sayang aku mau keluar nih,” bisiku lirih.
“Ohh.. Mas sayang aku juga mau” sahutnya pelan.

Aku mempercepat gerakanku memompa vaginanya dari belakang tanpa melepas ciumanku di bibirnya dan remasan ku di kedua payudaranya. Pada saat terakhir aku mencengkeram kedua pinggulnya erat dan memajukan penisku lebih dalam.

“Creett.. Ohh.. Sayang,” jeritku kemudian.

Menyemburlah spermaku yang cukup banyak ke dalam rongga vaginanya dan beberapa tetes meleleh keluar mengalir di kedua pahanya. Untuk beberapa saat aku mendiamkan kejadian ini sampai akhirnya penisku mengecil dengan sendirinya di dalam vaginanya yang telah memberikan kenikmatan yang tak bisa aku ungkapkan.

Demikianlah rasa rinduku terhadap kekasihku setelah beberapa lamanya tidak saling bertemu.

TAMAT