Saturday, October 24, 2020

Kumpulan Cerita Dewasa Ngentot Pembantu Lugu


Kumpulan Cerita Dewasa - Aku adalah seorang ayah dari 2 orang anak lelaki yang berusia 9 dan 4 tahun. Isteriku bekerja sebagai Direktur di suatu prusahaan swasta. Kehidupan rumah tanggaku harmonis dan bahagia, kehidupan seks-ku dengan isteriku tidak ada hambatan sama sekali.

Kami memiliki seorang pembantu, Sumiah namanya, berumur kurang lebih 23 tahun, belum kawin dan masih lugu karena kami dapatkan langsung dari desanya di Jawa Timur.

Wajahnya biasa saja, tidak cantik juga tidak jelek, kulitnya bersih dan putih terawat, badannya kecil, tinggi kira-kira 155 cm, tidak gemuk tapi sangat ideal dengan postur tubuhnya, buah dadanya juga tidak besar, hanya sebesar nasi di Kentucky Fried Chicken.

Cerita ini terjadi pada tahun 1999, berawal ketika aku pulang kantor kurang lebih pukul 14:00, jauh lebih cepat dari biasanya yang pukul 19:00.

Anakku biasanya pulang dengan ibunya pukul 18:30, dari rumah neneknya. Seperti biasanya, aku langsung mengganti celanaku dengan sarung kegemaranku yang tipis tapi adem, tanpa celana dalam.

Pada saat aku keluar kamar, nampak Sumiah sedang menyiapkan minuman untukku, segelas besar es teh manis.

Pada saat dia akan memberikan padaku, tiba-tiba dia tersandung karpet di depan sofa di mana aku duduk sambil membaca koran, gelas terlempar ke tempatku, dan dia terjerembab tepat di pangkuanku, kepalanya membentur keras kemaluanku yang hanya bersarung tipis.

Spontan aku meringis kesakitan dengan badan yang sudah basah kuyup tersiram es teh manis, dia bangun membersihkan gelas yang jatuh sambil memohon maaf yang tidak henti-hentinya.

Semula aku akan marah, namun melihat wajahnya yang lugu aku jadi kasihan, sambil aku memegangi kemaluanku aku berkata, “Sudahlah nggak pa-pa, cuman iniku jadi pegel”, sambil menunjuk kemaluanku.

“Sum harus gimana Pak?” tanyanya lugu.
Aku berdiri sambil berganti kaos oblong, menyahut sambil iseng, “Ini musti diurut nih!”

“Ya, Pak nanti saya urut, tapi Sum bersihin ini dulu Pak!” jawabnya.

Aku langsung masuk kamar, perasaanku saat itu kaget bercampur senang, karena mendengar jawaban pembantuku yang tidak disangka-sangka.

Tidak lama kemudian dia mengetuk pintu, “Pak, Mana Pak yang harus Sum urut..” Aku langsung rebah dan membuka sarung tipisku, dengan kemaluanku yang masih lemas menggelantung.

Sum menghampiri pinggir tempat tidur dan duduk.

“Pake, rhemason apa balsem Pak?” tanyanya.

“Jangan.. pake tangan aja, ntar bisa panas!” jawabku.

Lalu dia meraih batang kemaluanku perlahan-lahan, sekonyong-konyong kemaluanku bergerak tegang, ketika dia menggenggamnya.

“Pak, kok jadi besar?” tanyanya kaget.

“Wah itu bengkaknya mesti cepet-cepet diurut. Kasih ludahmu aja biar nggak seret”, kataku sedikit tegang.

Dengan tenang wajahnya mendekati kemaluanku, diludahinya ujung kemaluanku.

“Ah.. kurang banyak”, bisikku bernafsu.

Kemudian kuangkat pantatku, sampai ujung kemaluanku menyentuh bibirnya, “Dimasukin aja ke mulutmu, biar nggak cape ngurut, dan cepet keluar yang bikin bengkak!” perintahku seenaknya.

Perlahan dia memasukkan kemaluanku, kepalanya kutuntun naik turun, awalnya kemaluanku kena giginya terus, tapi lama-lama mungkin dia terbiasa dengan irama dan tusukanku.

Aku merasa nikmat sekali.

“Akh.. uh.. uh.. hah..” Kulumannya semakin nikmat, ketika aku mau keluar aku bilang kepadanya,

“Sum nanti kalau aku keluar, jangan dimuntahin ya, telan aja, sebab itu obat buat kesehatan, bagus sekali buat kamu”, bisikku.

“Hepp.. ehm.. HPp”, jawabnya sambil melirikku dan terus mengulum naik turun.

Akhirnya kumuncratkan semua air maniku. “Akh.. akh.. akh.. Sum.. Sum.. enakhh..” Pada saat aku menyemprotkan air maniku, dia diam tidak bergerak, wajahnya meringis merasakan cairan asing membasahi kerongkongannya, hanya aku saja yang membimbing kepalanya agar tetap tidak melepas kulumannya.

Setelah aku lemas baru dia melepaskan kulumannya, “Udah Pak?, apa masih sakit Pak?” tanyanya lugu, dengan wajah yang memelas, bibirnya yang basah memerah, dan sedikit berkeringat.

Aku tertegun memandang Sum yang begitu menggairahkan saat itu, aku duduk menghampirinya,

“Sum kamu capek ya, apa kamu mau tahu kalau kamu diurut juga kamu bisa seger kayak Bapak sekarang!”

“Nggak Pak, saya nggak capek, apa bener sih Pak kalo diurut kayak tadi, bisa bikin seger? tanyanya semakin penasaran.

Aku hanya menjawab dengan anggukan dan sambil meraih pundaknya kucium keningnya, lalu turun ke bibirnya yang basah dan merah, dia tidak meronta juga tidak membalas.


Aku merasakan keringat dinginnya mulai keluar, ketika aku mulai membuka kancing bajunya satu persatu, sama sekali dia tidak berontak hingga tinggal celana dalam dan Bh-nya saja.

Tiba-tiba dia berkata, “Pak, Sum malu Pak, nanti kalo Ibu dateng gimana Pak?” tanyanya takut.

“Lho Ibu kan baru nanti jam enam, sekarang baru jam tiga, jadi kita masih bisa bikin seger badan”, jawabku penuh nafsu.

Lalu semua kubuka tanpa penutup, begitu juga aku, kemaluanku sudah mulai berdiri lagi.

Dia kurebahkan di tepi tempat tidur, lalu aku berjongkok di depan dengkulnya yang masih tertutup rapat,

“Buka pelan-pelan ya, nggak pa-pa kok, aku cuma mau urut punya kamu”, kataku meyakinkan, lalu dia mulai membuka pangkal pahanya, putih, bersih dan sangat sedikit bulunya yang mengitari liang kewanitaannya, cenderung botak.

Dengan ketidaksabaranku, aku langsung menjilat bibir luar kewanitaannya pembantu lugu korban seks majikan, tanpa ampun aku jilat, sesekali aku sodokkan lidahku ke dalam,

“Akh.. Pak geli.. akh.. akuhhfh..” Klitorisnya basah mengkilat, berwarna merah jambu. Aku hisap,

hanya kira-kira 5 menit kulumat liang kewanitaannya, lalu dia berteriak sambil menggeliat dan menjepit kepalaku dengan pahanya serta matanya terpejam.

“Akh.. akh.. uahh..” teriakan panjang disertai mengalirnya cairan dari dalam liang kewanitaannya yang langsung kujilati sampai bersih.

“Gimana Sum, enak?” tanyaku nakal. Dia mengangguk sambil menggigit bibir, matanya basah kutahu dia masih takut.

“Nah sekarang, kalau kamu sudah ngerti enak, kita coba lagi ya, kamu nggak usah takut!”.

Kuhampiri bibirnya, kulumat bibirnya, dia mulai memberikan reaksi, kuraba buah dadanya yang kecil, lalu kuhisap-hisap puting susunya, dia menggelinjang, lama kucumbui dia, hingga dia merasa rileks dan mulai memberikan reaksi untuk membalas cumbuanku, kemaluanku sudah tegang.

Kemudian kuraba liang kewanitaannya yang ternyata sudah berlendir dan basah, kesempatan ini tidak kusia-siakan, kutancapkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya, dia berteriak kecil,

“Aauu.. sakit Pak!”. Lalu dengan perlahan kutusukkan lagi, sempit memang,

“Akhh.. uuf sakit Pak..”. Melihat wajahnya yang hanya meringis dengan bibir basah, kuteruskan tusukanku sambil berkata,

“Ini nggak akan lama sakitnya, nanti lebih enak dari yang tadi, sakitnya jangan dirasain..” tanpa menunggu reaksinya kutancapkan kemaluanku, meskipun dia meronta kesakitan, pada saat kemaluanku terbenam di dalam liang surganya kulihat matanya berair (mungkin menangis) tapi aku sudah tidak memikirkannya lagi, aku mulai mengayunkan semua nafsuku untuk si Sum.

Hanya sekitar 7 menit dia tidak memberikan reaksi, namun setelah itu aku merasakan denyutan di dalam liang kewanitaannya, kehangatan cairan liang kewanitaannya dan erangan kecil dari bibirnya. Aku tahu dia akan mencapai klimaks, ketika dia mulai menggoyangkan pantatnya,

seolah membantu kemaluanku memompa tubuhnya. Tak lama kemudian, tangannya merangkul erat leherku, kakinya menjepit pinggangku, pantatnya naik turun, matanya terpejam, bibirnya digigit sambil mengerang,

“Pak.. Pak terus.. Pak.. Sum.. Summ..Sum.. daapet enaakhh Pak.. ahh..” mendengar erangan seperti itu aku makin bernafsu, kupompa dia lebih cepat dan.. “Sum.. akh.. akh.. akh..”

kusemprotkan semua maniku dalam liang kewanitaannya, sambil kupandangi wajahnya yang lemas. Aku lemas, dia pun lemas.

“Sum aku nikmat sekali, habis ini kamu mandi ya, terus beresin tempat tidur ini ya!”, suruhku di tengah kenikmatan yang kurasakan.

“Ya Pak”, jawabnya singkat sambil mengenakan pakaiannya kembali.
Ketika dia mau keluar kamar untuk mandi dia berbalik dan bertanya, “Pak.. kalo pulang siang kayak gini telpon dulu ya Pak, biar Sum bisa mandi dulu, terus bisa ngurutin Bapak lagi”, lalu ngeloyor keluar kamar, aku masih tertegun dengan omongannya barusan, sambil menoleh ke sprei yang terdapat bercak darah perawan Sum.

Saat ini Sum masih bekerja di rumahku, setiap 2 hari menjelang menstruasi (datang bulannya sangat teratur), aku pulang lebih awal untuk berhubungan dengan pembantuku, namun hampir setiap hari di pagi hari kurang lebih pukul 5, kemaluanku selalu dikulumnya saat dia mencuci di ruang cuci, pada saat itu isteriku dan anak-anakku belum bangun.

TAMAT

Kumpulan Cerita Dewasa Gadis SMA Sangean


Kumpulan Cerita Dewasa - Kuakui sejak masih duduk dibangku SMA aku sangat terobsesi dengan sex dan itu semakin menjadi sejak aku kuliah disalah satu universitas swasta yang ada di kota Madiun. Dari awal, aku sudah berniat untuk bertualang… saat itu karena terburu-buru dan banyak tempat kost yang udah penuh akupun asal aja dalam mencari tempat kost…. aku nge-kost diperkampungan yang lumayan jauh dari kampus, tepatnya dirumah Pak YT (inisial) yang merupakan paman dari temanku.

Sheila (nama samaran) yang baru aku kenal pagi harinya saat daftar ulang.

Singkat cerita setelah tiga hari masa orientasi selesai, dikampus belum ada kegiatan dan aku putuskan untuk lebih mengenal Madiun.

Sheila hampir selalu menemaniku walau gak pernah berangkat bareng dari rumah alias ketemu di jalan walau rumahnya disebelah kostku.

Satu minggu berlalu akupun semakin akrab dengan Sheila yang bertubuh bohay, sensual, berkulit putih mulus dan yang pasti berwajah cantik… mantap banget buah dadanya kaya Fivey.

Saat itu aku mengajak Sheila pergi ke Telaga Ngebel, menikmati alam dan buah duriannya.

Seminggu aku rasa cukup untuk PDKT dan aku putuskan untuk menembaknya…

“Sheil….walau baru kenal, aku nyaman didekatmu dan kalau boleh aku ingin selalu didekatmu untuk lebih mengenalmu….maukah kamu menjadi pacarku???? Tanyaku ungkapkan rasa hati

Sheila sangat terkejut mendengar ucapanku bahkan sampai tersedak durian

“apa…..kamu bercanda kan, kita kan baru kenal?? Jawabnya balik bertanya.

“justru itu…dengan pacarn kita bisa lebih saling mengenal” jawabku coba meyakinkannya.

Wajah Sheila mendadak menunduk dan dengan sedikit menghela nafas dia menjawab “maaf Dith….aku sudah bertunangan…. sambil menunjukan cincin yang ada di jari manisnya.

“ooo…udah tunangan ya? Kok kamu gak pernah cerita?? Aku pikir dengan kamu selalu menemaniku begini….kamu nyaman ama aku” jawabku dengan nada kecewa.

“mungkin kalau kamu kenal aku dari 2 bulan yang lalu, aku bisa menerimamu….sebenarnya hati kecilku juga mengiyakan….kita temenan aja ya? Jawabnya

“maksudmu…sebenarnya kamu mau….

“udah sore, ayo pulang yuk???!!! Ajakanya memotong kata-kataku

Kami pulang dengan tak banyak bicara, bahkan terkesan kaku dan membeku tidak sehangat waktu kami berangkat. Kring….kriiing…kriiing…..Hpku berbunyi, ternyata telpon dari sheila tapi gak aku terima bahkan SMS juga sengaja gak aku bales.

Jam sudah menunjukan angka 11 malam, aku berniat ke kamar mandi baru kemudian melanjutkan tidur lagi.

Tapi aku sangat terkejut saat mendapati seorang wanita setengah telanjang berada dikamar mandi dengan pintu terbuka.

Kami saling menatap tak berkedip, tanpa kusadari ko*tolku bergerak2 dibalik sarungku tanpa CD. Perlahan dia beranjak dari duduknya dan melangkah pergi…

“Maaf…aku takut sendirian, makanya gak aku tutup….kamu Adith kan????

Aku bengong tak menjawab pertanyaanya….dan dia berlalu dengan cepatnya!!!!!

Semaleman aku dibuat penasaran, siapa dia? Pak YT kan duda???? Pertanyaan itu memenuhi kepalaku, ditambah lagi melihat tubuh setengah telanjang dengan wajah santainya….pahanya, bodinya dan memeknya (walau gak jelas).

Keesokan harinya aku di panggil pak YT untuk dikenalkan dengan adik terakhirnya, namanya Vivi tapi dia sudah 7tahun tinggal di Samarinda ikut kakaknya yang pertama.

“ooyaa….kalau gak masuk kuliah, anterin Vivi ke Sarangan ya? Pinta pak YT.

“iya pak… aku langsung mengiyakan permintaanya walau sebenarnya ini hari pertama masuk.

Satu jam kemudian aku dan Vivi berangkat dari rumah,…

“sheil…sheila ayo ikut ke Sarangan…temani aku” teriak Vivi dari dalam mobil.

Akhirnya Sheila ikutan masuk mobil dan kamipun berangkat. “maaf ya Vi….yang semalem, aku gak sengaja…. kataku membuka obrolan.

“iya gak apa, lagian salahku juga gak menutup pintu….jawab Vivi

Agak bingung sheila bertanya “kalian ngomong apasih??

“ahh…itu lho Sheil, dari kecil aku kan takut gelap dan sendirian diruangan jadi aku pipis gak nutup pintu…..gak sengaja Adith juga mau ke toilet…jadi ya,,,,,

“ngintip kamu ya???? Celetuk Sheila memotong

“gak ngintip, tapi emang udah kelihatan kali….tanya aja Adith….jawab Vivi seenaknya.

Aku lihat dari kaca wajah Sheila mendadak berubah, seperti ekspresi orang cemburu.

Sesampainya di Sarangan, kondisinya tidak berubah teutama aku dan Sheila, kami gengsi menyapa duluan.

Akupun lebih dekat dengan Vivi, bahkan dengan cuek Vivi menyuapin aku makan… wajah Sheila memerah menahan cemburu, aku tahu itu.

Aku sengaja semakin bersikap mesra pada Vivi….bahkan terang-terangan mengajak Vivi jalan….

“Vi…ntar malem temani aku ya??? Pintaku

Kemana, berdua aja? Jawab Vivi seperti sengaja membantu aku membakar hati Sheila

“ke Fire Club??? Jawabku agak ragu, karena saat itu aku belum tahu pasti Fire itu Diskotik atau apa…

“asyik tuh, lama banget aku gak pernah gituan…. jawab Vivi

Dan benar saja, malam itu kami minum-minum sampai mabuk…dan pulang dengan berjalan gontai saling berpelukan.

Samar2 kulihat ada bayangan Vivi sedang mengamati kami dari balik korden jendela kamarnya.

Aku makin erat melingkarkan tangan ke pinggang Vivi dan terus melangkah menuju kamarku….aku udah mabuk, yang ada di otakku hanya tidur bersama Vivi…tanpa berpikir salah benar atau takut ketahuan pak Yt.

Sengaja aku nyalakan lampu kamar, agar Sheila bisa melihat bayangan kami dari balik korden.

Jujur aku juga sangat heran dengan Vivi yang gampangan dan seperti terbiasa…..

“ah…masa bodoh….yang penting happy….pikirku dengan penuh nafsu….

Aku lingkarkan tanganku di pinggangnya sambil menciumi lehernya, dadanya yang masih terbungkus tangtop dan menggigit2 lehernya…..

AAAAaaaaaaaggggggggghhhhhhhh…..Vivi mendesah panjang

Diapun membalas dengan ciuman bertubi di leherku dengan tangan mengelu-elus perutku….
HHhhmmmmmmmm…..geli banget Vi, enaaaakkkk………bisikku ke telinganya.

Kami saling melucuti pakaian, dari baju hingga celana dan akhirnya kami bugil…. dengan cepat desambarnya ko*tolku dengan tangan kananya dan mulai mengulum, menjilat, menggelitik dan mengocok ko*tolku dengan mulutnya.

Ooohhhh….aaahhhh….uuuhhhhh…..aku mendesah tak tentu menikmati perlakuannya.

Aku juga tak mau kalah, aku remas kedua toketnya dengan kedua tanganku, sambil menghisap putingnya… kami mabuk alkohol dan mabuk birahi.

Aku buka jendela kamarku dengan niat agar Sheila lebih jelas melihat kami bergumul melepaskan satu-persatu pakaian kami, hingga tidak tersisa….

“aku karaoke ya? Kata Vivi sambil menyambar ko*tilku dengan kasar, seakan tak sabar menikmatinya.

Dan benar saja, ko*tolku diposisikan seperti layaknya mikrofon….sambil dia menyanyikan lagu wajib ML….aaaahhhh…..hheeeemmmmm… emuach…. mmmmmm…. dengan iringan suara becek dari mulutnya. OOOouuuuuuhhhhgggg…nikmat banget Vi, aku tak tahaaannn geliiiiiiiiiiii…..
aku jambak rambut Vivi dan memaksanya untuk berdiri….

kami berciuman, dengan bibir saling menghisap dan lidah memilin….Crub…cruuuubb….. suara sedotan kami mengusik keheningan malam. Aku remas kedua toge Vivi yang keras dan bulat…..Uuuuuuhhhhhh…..desahnya.

aku cium dan gigit lehernya, sambil terus meremas togenya dengan penuh nafsu dan gemes….
terus….emuach….emuaaaaaccchh…..emuaaacccchhh ….menyusuri perutnya….hingga sampai ke vagina Vivi yang sudah becek….aku semakin liar, seakan alkohol dalam tubuhku membakar birahiku….dengan penuh semangat dan tanpa jijik, aku masukan lidahku kedalam Vaginanya, meliuk, menari dan menggelitik klitorisnya….layaknya sebuah tombool sekali sentuh klitoris itu langsung memaksa tubuhnya bergerak mengejang dengan desahan yang semakin hot dan panjang…..aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh…….. ..aaaaaaaaaaaahhhh

dengan dua buah jari aku langsung mengocok Vaginanya dengan cepat….cepaaaattttt…. teruuuuuussssss…..tanpa ampun hingga bibirku tersemprot oleh letupan orgasmenya…..
AAAAaAaaaaahhhh….dia menjepit wajahku dengan kedua pahanya….
Diapun mengambil posisi nungging dan berpegangan dijendela…..

“Dith…masukin aja, aku gak tahan lagi….. iiiiyyyyyyaaaa….aaaahhhhh Vi…..aku masukin” jawabku

ZLEB….ZLEEBB…ZLEEEEBBBBB…..ZLLEEEE….EEEEEB BBBBB……
Aku langsung masukkan semua ko*tolku dengan hentakan keras dan langsung menggoyangnya….seketika itu tubuhnya melomjak-lonjak mengikuti irama goyanganku….

OOOOOOHHHHH…..NNIIIKKMMMMAAAATTTTT…..desahnya sambil memegangi togenya yang bergerak liar seperti bola bowling……..uuuuuhhhh Diiiiiittthhhh….aku keluar lagi…..lagiiiii….mungkin karenaa ko*tolku yang gede menyumpal dan menyentuh penuh dinding Vaginanya dia jadi mudah orgasme….kurasakan semprotanya sampai 8 kali….
Aku angkat sebelah kakinya dan mengoyangnya ladi dan lagi….plak…plakk…plaaaakkkk…. suara pantatnya semakin membuat aku bersemangat…..

Dengan hanya bertumpu dengan satu kaki…tubuhnya semakin bergerak tak tentu….goyah dan payah menyangga besarnya nikmat yang diterima… hingga tubuhnya pun terjatuh ke lantai….
Ampun dith….jangan cepat-cepat…..aku gak kuat…..sambil merangkak….
Tanpa ampun aku menusuk Vaginanya dari belakang ZLEEEEEEEEEEBBBBBBBBBB…..

Aku goyang lagi dan lagi….sambil menjambak rambutnya biar tidak melepaskan ko*tolku dari Vaginanya….. sekitar 10menit kemudian tubuhnya mengejang tanpa kendali….. aaahhhh….aahhhh,…..uuuuhhhh…..oooooooooooohh hhhhh…..jeritanya disertai semprotan orgasme yang ketiga. Aaaaddduuuhhhh….Dith….kok kamu belum keluar juga sih….rengeknya….

“sebentar lagi Vi….kamu aja yang terlalu cepat” jawabku sambil menggendong tubuhnya ke kasur.

Aku terlentangkan tubuhnya dan menarik kedua kakinya keatas….kearah

dadaku…..ZLEEEBBB….ZLEEEE……EEBBBBBBBBBB…

Aku goyang lagi dan lagi….plak….plak….plaaaaaaaaaaaaaakkkkkkk… …pantatnya tertabrak pahaku. Dengan berpegang pada togenya aku semakin menggenjot goyanganku….

Aaahhhh….aaahhhhh ampuuun dith….d*ncok ko*tolmu Dith….enak banget….aku gak kuat…. cepetan keluarin…. alkoholnya bicara tak tentu….mencoba melepaskan ko*tolku.

Aku angkat pantatnya keatas dan memeganginya dengan kuat….hingga hanya menyisakan kepala dan pundaknya di kasur… jepitan pantatnya sangat nikmat….AAAAAaaaahhhh….. sebentar lagi Vi…..aku hampiiiiirrr……CROT….CROOOOTTTT…..CROOOOOTT TTT….. belum selesai aku ngomong, spermaku menyemprot deras kedalam Vaginanya….

Akupun menjatuhkan diri diatas tubuhnya…brruuuughhh…
Aduuu…uuuhhh…… kenapa kamu keluarin didalam??? Aku pengen melumatnya…..
Akupun membalikan badan “tuh masih ada sisanya…..
Vivi dengan ganasnya menjilat dan menyedot sperma yang tumpah ke sprei dan kemudian mengulum ko*tolku sampai-sampai tak ada sedikitpun sperma yang tersisa di ko*tolku.

Uuuuuhhhhh….nikmat baget Vi…hisapan kamu mantap!!! Pujiku sambil membelai rambutnya.

“Heeemmmmmmm…..ko*tol kamu juga nikmaaaatttt….tubuhku sampai mengejang tau….nih memekku terasa ngilu….kesemutan gimana gitu….jawabnya. akhirnya kamipun terlelap ….. pagi harinya akupun buru-buru bangun dan siap2 ke kampus, aku lihat Vivi masih tertidur dengan lelap dan aku tak tega membangunkanya.

Siang harinya, Sheila menemuiku di kantin kampus dengan ekspresi wajah cemburu, marah, sebel….pokonya campur aduk dech. “semaleman ML pasti kecapean ya??? Sampai mata merah gitu….Vivi mana, masih kamu umpetin dalam kamar? Tanya Sheila bertubi-tubi, tapi aku diamkan aja tanpa jawaban…. malah gak jawab, kenapa sih harus dengan Vivi??? Emang gak ada cewek lain???

Dia itu cewek gak bener, lihat kan kami sebaya…. tapi Vivi tante aku, aku gak mengakuinya….dia anak haram.


Tanpa menjawab akupun meninggalkanya dan menuju parkiran….dan sesuai harapan Sheila mengejar aku dan ikut masuk kedalam mobil. Kenapa ikut??? Tanyaku

“ayo cari tempat yang enak buat ngobrol…. ajaknya Sheila.

Akupun melaju mengikuti jalan yang diarahkan Sheila…..hingga kami sampai ke Dungus. Kami berhenti ditengah hutan….dan mengobrol panjang lebar, hingga….

“Vivi tau banget Kamu Tipe Cowok Impianku Dith, makanya dia ingin merebutmu dariku…. kata Sheila mengejutkan aku.

“maksudmu….. belum selesai bertanya Dia langsung menciumku dengan penuh mesra….
EMUAACH…..

Berikan aku lebih dari apa yang kamu berikan pada Vivi” bisiknya dengan nafas yang mulai tak tentu.

Akupun langsung mengajaknya ke kursi belakang dan duduk mengakangi pahanya…. aku cium bibirnya dengan penuh nafsu dan langsung melepaskan satu persatu kancing bajunya yang sudah mulai sesak karena toge yang perlahan membengkak.

“kamu ingin Lebih nikmat kan??? Bisikku sambil melumat daun telinganya.

“heem…. jawabnya singkat

Tapi ada syaratnya Sheil,… terserah aja Dith, dari semalem aku sudah horny banget kamu panas-panasin…..

Akupun mengikat keatas dua tangan Sheila “kok diikat gini, kamu mau apa? Tanya Sheila

“tenang aja…aku akan memberikan kenikmatan yang bebeda….dengan mata tertutup kamu akan mendapatkan Surprise disetiap detiknya….kataku sambil menutup matanya dengan sapu tanganku.

Setelah itu akupun melepaskan seluruh baju tanpa sisa…..dan memasukan Cdku ke mulutnya biar dia tidak bersuara keras….. Sheila agak terkejut dan coba berontak….

“maaf Sheil aku Cuma gak mau suaramu terdengar orang” kataku menenangkanya.

Aku langsung mencium dan menghisap lehernya Sheila…..cup…cup…cuppp…emuah
Aku mainkan tubuh Sheila sesuka hatiku, aku gigit lehernya sambil meremas toketnya yang seukuran 36B itu dengan keras….tubuh Sheila mulai berontak menerima kegelian dan kenikmatan tanpa bisa membalasnya…. aku hisap puting coklatnya dengan kuat sambil terus meremas yang sebelahnya…. tanpa sepengetahuanya aku ambil “vibrator” dari dalam laci….

Sesaat kemudian,…. aku nyalakan Vibrator Capsule (VC) dan menempelkanya mengelilingi bibir Vaginanya…seketika itu kedua kakinya bergerak liar coba mengurangi nikmat yang aku beri.

Hhmmmmm…..mmmmm….uuummm….eemmmmm….. Sheila hanya bisa bergumam karena mulutnya masih tertutup. Akupun tak henti-hentinya memainkan togenya, menghisapnya dan menggelitiki dengan lidah…. sheila semakin mengerang, tubuhnya mengejang dan keringat yang bercucuran…. aku masukan VC maju mundur kedalam vaginanya….aku kocok-kocok….aku putar-putar….. terus dan teruuuusss….

Tubuh Sheila terlihat mulai melemas, desahanya lirih terdengar…. uuuhhmmmmmm…..mmmm………. akupun kasihan melihatnya dan melepaskan sumpalan dimulutnya….

“AAAAaaaaaagggghhhhh……jahat kamu Dith, kenapa kamu lakuin ini….. kata Sheila dengan nafas terengah-engah. “maaf Yank….tapi dengan begitu nikmatnya utuh kan??? Kataku….
“iyaa….yaaa…tapi seluruh tubuhku seperti terbang Dith….cepat masukin, sekarang juga….. Sheila merengek manja….

Aku arahkan ujung ko*tolku ke arah Vaginanya, menggesek-gesekan ke Vaginanya dan sedikit demi sedikit masuk….masuuukkkk….maju-mundur…..lebih dalam…..dan dalaaammm.

ZLEEEEBBBBB…..aaaaaahhhhhhhhhhhhhhhh……Sheila meendesah panjang seiring tusukan ko*tolku kedalam vaginanya yang sudah sangat amat becek, karena 2 kali nyemprot…..

“Dithh….sssaaaa…..ssaaaakiiiiiiiiiiitttttttttt t….pelan….peelllllaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnn … OOOOOOoouuuuuggggghhhh….. UUUuuuuuhhhhhhhhheeemmmmm…. Desahan panjangnya menjadi tanda ko*tolku telah mengoyak selaput dara Sheila…..

“masa sih…masih perawan???? Aku terkejut dan tak percaya melihat itu, tapi emang kenyataanya begitu….gumamku dalam hati.

Aku semakin menggenjot gerakanku….SLUP….SLUUUPPP….SLUUUUUUPPPP…..

“Dith lepasin tanganku dong….sakit nich… Sheila memohon dengan mata terpejam, menhahan kenikmatan yang menumpuk di Vaginanya…. akhirnya aku melepaskan ikatanya, tangan itupun langsung menjambak rambutku dengan kuat…. “Dith….aku mau nyemprot nich….. kata Sheila.
“tunggu bentar yaaa….kita semprotin bareng-bareng……jawabku sambil mempercepat laju ko*tolku…….

AAAAAAAaaaaaaaahhhhhhhh…….aaaaaaaaaaaaggggghhh hhh….. satu…….duuuaaaaaaa……tiiiii…..gggaaaaaaaa aaaaaa…….CROT….CROOOOOTTTTTT…… kami saling menyemprot dan berpelukan dengan erat…..tubuh kami lemas tanpa daya…..

Setelah beberapa saat mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang ada, kami merapikan pakaian kami dan pulang….. kejadian ini menjadi awal yang indah untuk “petualangan-baruku” di Kota Gadis….hampir setiap malam dan sepulang kuliah kami bersama berbagi nikmat dan syahwat.

Hingga 2 bulan kemudian, karena Sheila akan dinikahkan dengan pilihan orangtuanya… akupun mundur teratur dan memutuskan untuk pindah kos

Setelah berhasil memikat dan menikmati anak ibu kost, gejolak nafsuku semakin menggebu beriringan dengan meningkatnya ke-PeDe-an dan kenekatanku.

Targetku selanjutnya adalah Regina yang biasa dipanggil mbak Gina, orangnya cukup tinggi sekitar 170cm, BH 36B, badan bohay dan kulit putih…perawakanya seperti artis Sarah Azhari dech.

Dia berusia 25 tahun serta mempunyai seorang putri bernama Nania yang baru berumur 1tahunan.

Sebenarnya aku ada niat untuk pindah kost ketempat Mbak Gina agar lebih mudah PDKT tapi ternyata khusus tempat kost putri.

Tapi aku terus berusaha mencari tahu kebiasaan, kesukaan dan kesempatan yang mungkin bisa aku manfaatkan untuk sekedar mencicipi tubuhnya.

Waktu yang aku tunggu akhirnya tiba, saat itu suami Mbak Gina sedang berada diluar kota tepatnya di Lumajang untuk membangun sebuah rumah sakit dan akupun sempat dititipi untuk menjaga atau sekedar membelikan susu anaknya.

“Dith…ikut nitip ya, kalau susunya habis tolong kamu belikan! Pinta Mas Yanto
“iya Mas,…
“jangan sungkan2 ya Mbak, kalau butuh bantuan bilang aja…kita kan bertetangga” sambungku pada Mbak Gina.

Sepeninggal Mas Yanto pergi bekerja, otomatis hanya ada seorang ibu muda dan balita yang ada dirumah maklum tempat kostnya berada diseberang jalan dan kurang dekat walaupun yang ngekost cewek2.

Tiga hari berlalu, segala usaha sudah aku coba untuk memancing rasa dan memantik simpatik tapa belum membuahkan hasil.

Sempat aku berfikir untuk menyerah karena Mbak Gina sepertinya istri yang setia.

Hingga akhirnya pada hari keempat, sekitar pukul 22:30 malam aku terbangun oleh suara tangisan Nania…akupun langsung berlari menuju rumahnya dan mencari tahu kenapa??? Ternyata cuma terbangun karena kegerahan….

“Dik tolong gendong sebentar ya, soalnya kalau ditempat tidur akan semakin kencang tangisanya….aku mau masak air bentar untuk membuat susu….. kata mbak Gina.

“iya Mbak, sini coba aku gendong….. jawabku

Saat aku ulurkan tangan untuk menggendong tiba-tiba sarungku melorot dan jatuh kelantai, spontan aku merasa malu tapi tak bisa berbuat apa-apa karena kedua tanganku sudah menggendong Nania.

“maaf Mbak….bisa pasangkan sarungku gak??? Pintaku dengan malu…….tanpa menjawab Mbak Gina memakaikan sarung kebadanku dari belakang, saat melipat dan menggulung bagian depan tangan Mbak Gina secara tak sengaja menyenggal CDku yang didalamnya ada ko*tol yang tegak lurus berdiri (maklum sebelum tidur ngebayangin yang hot-hot dengan mbak Gina).

Sesaat tanganya berhenti seakan menyadari apa yang disenggolnya kemudian memakaikanya kembali.

Kenapa aku malu ya? Ini kan bisa memancing birahinya??? Pikirku dalam hati.

Sepuluh menit berlalu mbak Gina datang membawa sebotol susu tapi tak kusangka Nania sudah tidur dipelukanku.

“udah tidur mbak….kasihan kalau dibangunkan lagi untuk minum susu, coba aku tidurkan di kasur ya??? Kataku

“ya udah coba aja….trus susunya gimana??? Mbak Gina balik bertanya.

“nanti susunya buat aku aja mbak….Heeeee tapi gak pakai botol ya?!!!” jawabku sambil bercanda sekaligus memancingnya.

“emang susu yang mana?! Mbak gina balik bertanya lagi.

Belum sempat aku menjawab, Nania kembali menangis saat tanganku aku tarik perlahan.

“mbak…kelihatanya aku gak boleh pulang nih ama Nania??? Dikira bapaknya kali ya??? Candaku

“iya kali,….tapi Nia nangis kalau digendong bapaknya??? Jawab mbak Gina

Berulang kali kucoba menjauh dari Nania, tapi anehnya dia tahu kalau aku akan pergi.

Akhirnya dengan terpaksa mbak Gina menyuruh aku tidur dikamarnya menemani Nia….

“tolong kamu tidur disini ya??? Biar aku tidur didepan tv aja….tapi nanti waktu pulangnya jangan sampai ketahuan tetangga! Pinta mbak Gina

“iya Mbak….. Horeeee….teriakku dalam hati

Satu jam berlalu, aku terjaga sendirian tak ada Mbak Gina untuk sekedar obat kantuk…. Mbak Gina dimana ya, kok gak ada suaranya???? Tanyaku dalam hati.

Akupun mencari akal, aku tarik tanganku dan menggantinya dengan tangan Winnie The Pooh dan ternyata berhasil. Pelan2 aku langkahkan kakiku, mencari tahu dimana Mbak Gina tidur.

Niat awalku hanya untuk sekedar dekat atau mengintip kalau-kalau ada pemandangan cantik. Dua kamar sudah aku periksa dan tidak ada….terlihat lampu kamar mandi menyala tapi kenapa pintunya terbuka??? Tanyaku penuh kebingungan. Aku terus mendekat dan mengendap-endap, hingga aku sangat terkejut melihat Mbak Gina sedang ngewek memeknya dan bersabun ria tengah malam…..

Spontan ko*tolku langsung mengeras dan nafsuku semakin menggebu-gebu melenyapkan batas malu dan ragu. Aku buka sweeter, kaos, sarung dan CDku….kubulatkan tekad dan kuhampiri Mbak Gina yang merem melek ngewek memek….

“aku bantu ya mbak…. kataku sambil memegang dan mengocok-ngocok ko*tolku yang panjang dengan urat dan otot yang kekar menjalar.

“….. mbak gina tak berkata apa2, rasa malu, terkejut, takut dan nafsu bercampur dengan birahi tinggi….

Akupun langsung menyodorkan ko*tolku didepan mbak Gina yang sedang duduk, tepat didepan mulutnya yang berlilau terbias sinar lampu.

Mbak Gina ragu, diam membisu seakan terpaku terhipnotis ko*tolku….

“wooooww….kata mbak Gina

Saat mulutnya terbuka aku langsung mengarahkan ko*tolku kemulutnya….aku gesek-gesekan hingga kewajah dan leher…. perlahan tanganya mbak Gina memegang ko*tolku dan mengelusnya…. mengurutnya…. mengocoknya dengan pelan.
OOOOHHHHH…..nikmat banget Mbak…..ayo terus jangan berhenti” kataku dengan nada mendesah.

Mbak Gina sangat pandai blowjob, sampai-sampai membuat kakiku gemetar karena nikmat yang teramat sangat. Sepuluh menit kemudian blowjobnya semakin dahsyat hingga kakiku lemas dibuatnya.

“pindah ke sofa aja ya mbak??? Ajaku padanya
‘iya….ayooo….. jawabnya singkat

Kami berjalan beriring dengan bibir saling berpagut dan berpelukan, seakan tak rela bila ada nikmat yang terlepas walau hanya sedetik saja.

Sampai disofa mbak Gina langsung mengambil posisi duduk dengan kaki mengangkang membentuk huruf ‘M”.

Aku ciumi sekujur tubuh Mbak Gina, bahkan aku selingi dengan hisapan dan gigitan, dari ciuman di bibir, turun ke leher, menghisap toketnya bergantin dikiri dan kanan sambil tangan kananku membelai-belai je*butnya yang yang tumbuh subur disekitar memek tembemnya……

Hhmmmm…..aaaahhhhhmmmmm…… Mbak Gina mendesah, tubuhnya bergerak tak menentu. Melihat itu aku semakin bersemangat menggelitik titik-titik G-spotnya terutama disekitar memek tembemnya. Aku jilatin bibir memeknya dan aku kocok-kocok dengan jari telunjukku.

“Aaahhh….Ooooouughh……heemmmmmmmmmmmmmmm” Mbak Gina semakin mendesah liar sambil menjambak rambutku.
“…Dith…..ayo Dith….masukin aja, aku udah gak tahan nih” rengek Mbak Gina memohon
‘iya….Mbak, tahan sedikit ya….. jawabku.

Sebelum aku masukin, ko*tol aku gesek-gesekan bibir vaginanya….

“ayooo…doooong masukin, ggeli bangeeeettt….. kata Mbak Gina memanja sambil menjepit ko*tolku dengan pahanya.
“iyaaa…..mama Gina Cayaaaang…. jawabku

aku masukin ujung ko*tolku sedikit demi sedikit….tarik…..dorong…..pelan-pelan dan terus…
OOOOooouuuuhhhh…..sesak banget Dith, dua kali punya mas Yanto….HHMMmmmmm…..

Setelah berulang kali maju-mundur akhirnya ko*tolku masuk juga, tapi belum sepenuhnya masuk….aku goyang….goyaaanngggg……goyang….terus dan teruuuuuuussss…..
ZLEB….ZLEEEBB……ZLEEEEEE….EEEEEEEEEEBBBBBBB BBBBB……
ooUUUUUhhhh…..nikmaaaattt banget mamaaaa….. bisikku lirih.
Memek mama Gina semakin becek dan banjir, licin dan nikmaaaaatttttttt…..
Oh….ooooouuuggghhh…..Dith aku mau keluar….uuuutan uuuhhhhhhh……aaahhhhhhh……

Kurasakan semprotan hangat dari memeknya…..aku angkat kedua kakinya dan mempercepat goyanganku, semakin dalam dan teruuuuuussssss…..

Toket mama Gina bergoyang-goyang mengikuti irama hentakan ko*tolku….

“ko*tol kamu mantap banget Dith….aku….a…kk…uuuu…..belum pernah ngerasain yang kayak gini…. kata Mama Gina dengan nafas yang terengah-engah….

Ganti posisi ya maaa….doggy style aja biar lebih mantap” ajakku

Mama Gina pun memutar tubuhnya dan nungging disofa tanpa melepaskan ko*tolku dari memeknya, isyaratkan bahwa ko*tolku adalah miliknya.

Aku masukan ko*tolku hingga pangkalnya dan menggenjot goyangan…..PLAK….PLAK….PLAAAKKK…. suara becek bercampur dengan suara pahaku menghentak pantatnya.

Aaahhhh…..ouuuhhmmmmmmmm……enek banget maaa….. bisikku lembut sambil berpegangan pada kedua toketnya.
ayo keluarin bareng ya??? Pinta mama Gina dengan manja.

“iya mamaaaa…..ayooooooo…….satuuu….duuuaaaaa… …tigaaaaaa……

AAAAAHHHHHHHHH…..CROT….CROOOOTTT……CROOOOOO TTTTTTTTTTTTTT………

OOOOOOUUUuughhhhh…..aaaaaaaaaaaaaaaa………… desah mama Gina merasakan puncak kenikmatan….. aku sempat panik, takut ada yang mendengar desahan mama Gina…. aku tutup bibirnya dengan ciuman dan aku gulingkan tubuhnya dalam posisi tidur miring,….. aku gerakkan ko*tolku yang masih keras….pelan….pelaaaannnn…..

Kurasakan memeknya benar2 penuh terisi spermaku….begitu hangat menghangatkan kebersamaan kami……Oooohhhhh sungguh nikmat kurasakan,….entah mengapa ko*tolku masih begitu keras bahkan ingin terus menggoyang memek mama Gina sampai pagi.

“maa….lanjut yuuuk???? Masih tegang nih…. bisikku ke telinga mama Gina…..
‘….sama aku juga masih pengen, tapi perutku sakit banget…. rengeknya mama Gina
‘ko*tol kamu gede n panjang banget….masih ada 4hari sebelum Mas pulang, asal aman kita bisa mengulangnya semau

kita…..sambungnya dengan kata yang mesra,,,,

Tak terasa kami ketiduran disofa, berpelukan tanpa sehelai baju dan ko*tol yang masih menancap kuat di memeknya. Hingga menjelang subuh, kami dibangunkan oleh tangis Nania…..

4 hari rumah mbak Gina bagaikan Surga dan kami adalah Adam dan Hawa yang sedang dimabuk cinta (terlarang) bahkan berbulan madu…. bahkan dihari terakhir sebelum suaminya datang,

sepulang kuliah aku langsung menghampirinya dan otak kami dipenuhi sex, sex dan sexxx hingga pagi menjelang….kami benar2 hypersex yang tak pernah terpuaskan…..

Tiga hari saat suaminya dirumah, aku sangat tersiksa….ada cemburu di hatiku….sangat sakit dan ini dirasakan juga oleh Mbak Gina…..memeknya mati rasa saat dientot suaminya, hatinya menolak bahkan dia sempat berfikir sedang ‘diperkosa’ suaminya.

Setidaknya itulah yang diceritakan mbak Gina kepadaku….

Perasaan kami sangat dalam, namun karena resiko “selingkuh” yang terlalu tinggi karena kostku disamping rumahnya dan udah kenal baik dengan suaminya….aku berniat mundur teratur tapi Mbak Gina menolaknya bahkan meminta suaminya untuk membujuk aku agar tinggal dikostnya gratis dengan alasan aku sudah dianggap adiknya Mbak Gina.

Tapi aku tetap menolaknya dan terpaksa pindah kost lag

Lama juga aku tidak upload cerita, kangen banget dengan komentar agan-agan semproters!!!
Aku pekenalkan diri lagi ya Gan? Namaku Adith, cerita ini aku alami saat duduk di bangku kuliah salah satu

Universitas swasta di kota Madiun. Saat itu sedang libur semester namun aku masih males banget untuk pulang kerumah, jujur aja saat itu aku bingung harus mengisi liburan dengan apa dan kemana.

Dengan sangat terpaksa aku tetap tinggal di kost-kostan sambil nunggu Icha (Doi-ku) balik dari mudiknya di Lampung.

Hari pertama libur aku berniat untuk bangun siang dan malas-malasan aja, namun yang terjadi tidak demikian. Jam 07:30 pintu pagar terdengar ada yang membuka dan benar saja, satu menit kemudian ada yang mengetuk pintu….

Tok…tok…tok….assalamualaikum, Mas….Mas Adith….Assalamualaikum

‘wa alaikum salam” aku jawab dengan jengkel karena masih mengantuk.
…..eh Pak RT, maaf baru bangun” sambungku.

‘Maaf Mas, cuma mau nyerahin ini aja (amplop kosong ) tolong nanti malam hadir dirumah saya sebagai perwakilan yang ngekost disini….sekalian sumbanganya buat kegiatan RT’ jawab Pak RT panjang lebar.

“ooo…iya Pak, terimakasih” jawabku

Pak RT pun langsung balik kanan dan maju jalan meninggalkan tempat kost-ku.

“apes banget nih, kesepian di kost….malah dapat bonus ngasih sumbangan” gumamku dalam hati.

Untuk menghilangkan pusing, akupun mandi dan langsung kerumah Pak RT untuk mengembalikan amplop yang sudah aku isi karena aku males kalau harus ikut ngumpul malam harinya…

“lebih baik cuci mata di matahari” kata hatiku.

Karena rumahnya hanya berjarak 300 meteran dan biar kelihatan terburu-buru untuk alasan gak bisa datang malam harinya, aku kerumah Pak RT dengan hanya menggunakan celana pendek boxer dan T-shirt tipis aja.

Akupun langsung mengetuk pintu dan memanggil-manggil Pak RT tapi tak ada jawaban, akhirnya aku putuskan untuk lewat pintu belakang.

Namun hasilnya sama, tak ada jawaban… bingung mau tanya siapa, karena rumah Pak RT agak terpencil dikelilingi kebun tebu.

‘Cari bapak ya Mas?” tiba-tiba suara ibu RT mengejutkan aku dari belakang
‘……….ooo……iiiiii…iiiyyyyaaaa Bu! Jawabku dengan gugup.

Asal tahu aja Ibu RT (namanya Tante Wulan) keseharianya memakai jilbab dan selama 2 bulan aku nge-kost disini hanya wajah cantiknya yang aku lihat hingga terbayang-bayang waktu tidur.

Tapi yang aku lihat sekarang sungguh sangat berbeda, rambut panjangnya terurai basah, dengan kulit yang sangat-sangat putih mulus dari pundak sampai lengan dan sebagian pahanya kebawah apalagi toketnya yang samar-samar terlihat bagian atasnya.

Yaaahh… tante wulan hanya memakai handuk, sepertinya baru aja mandi tapi dimana kok asalnya dari kebun tebu??! Aahhh….udahlahhh….

‘kok bengong Dith….” tanya Tante Wulan.

“….aaaa….aanu ….muluussss” jawabku mengigau terhipnotis kemulusanya.

“eehhhh…maaf Bu, maksud saya Ibu darimana kok di belakang?? Kataku buru-buru untuk menutupi malu dan jawaban ngawurku.

‘maaf Mas, tolong jangan dijalan aku mau masuk kerumah… jawabnya agak menunduk malu.

“…ooo…maaf Bu, silahkan” jawabku sambil memberi jalan.

Tanpa berkata-kata Tante Wulan berjalan dengan tergesa, namun saat menginjak anak tangga yang ketiga di depan pintu belakang Tante Wulan terpeleset dan jatuh.

Aku diam mematung, melihat keindahan yang lebih dari sekedar mulus….handuk yang membelit tubuhnya terlepas dan tubuhnya jatuh kesamping….sampai-sampai suaranya mengaduh tak aku hiraukan, panca inderaku telah tertutup oleh gejolak nafsu yang berkobar tak menentu.

‘aduh…aduh…kakiku sakit….tolong aku Mas??? Pintanya merengek.

”…………………. tanpa berkata aku mendekatinya dan langsung menggendongnya kedalam rumah.

‘Mas….sini aja Mas, jangan ke kamar….nanti dilihat orang jadi fitnah” katanya dengan nada keras

“Mbak…aku boleh memanggil Mbak kan? Jangan memikirkan orang lain, pikirkan aja kaki Mbak… kalau keseleo atau lebih parah lagi bagaimana???? Kataku coba merayu

“kalau ada yang melihat pakaian Mbak seperti ini sedang bersama aku, pasti sama saja kan? Lebih baik kan dikamar, gak mungkin ada yang melihat…. kalau Mbak malu, itu sudah telat Mbak….tadi waktu mbak jatuh….aku sudah melihat semuanya mbak!!! Jawabku menenangkan dan mengambil hatinya.

‘PLAKKKKKK…..kenapa kamu intip??? Katanya saambil menampar wajahku dengan keras.

“kenapa Mbak tampar aku? Aku kan menolong Mbak….lagian aku gak ngintip, tapi aku melihatnya…. aku gak bisa untuk tidak melihatnya Mbak, tubuh Mbak sangat indah bahkan lebih indah dari tubuh pacarku” rayuku sambil memegang kedua tanganya agar gak menampar aku lagi.

‘hiks….hiks…… tiba-tiba Mbak Wulan menangis terisak, lupa dengan handuk yang dari tadi dipeganginya.

“Mbak, jangan berpikir negatif Ya? Jangan bergerak apalagi berjalan, nanti kakinya jadi bengkak lho…istirahat aja aku ambilkan minyak urut dulu” kataku sambil merebahkan dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Aku buru-buru kembali ke kost untuk mengambil minyak urut….

“aku harus bermain cantik, menjadi ‘pahlawan rahasia’ untuknya tapi juga harus menjadi

‘pejantan rahasia juga karena Mbak Wulan belum mempunyai anak, mungkin karena Pak RT (Tono) sudah terlalu tua sekitar 45 tahun sedangkan Mbak Wulan Baru 27 tahun“ bisikan nafsuku.

Aku langsung kerumahnya Mbak Wulan sambil berlari karena sedang gerimis, bersama minyak urut aku bawa serta 3Pcs kondom dan 2 butir obat perangsang.

Aku langsung menuju kamar tengah, tempat dimana Mbak Wulan terbaring bugil…

“ini Mbak….tolong diminum obatnya, 2 butir sekaligus ya Mbak??? Kataku sambil memberikan obat dan segelas air.

‘waktu kesini ada orang yang melihat apa tidak Dith? Katanya dengan lirih

‘tidak Mbak, kan lagi hujan….sepi Mbak jangan mikir macam-macam, cepetan diminum ini obat pereda nyeri kok’ kataku sambil memijit pelan kakinya.

“iya….makasih banget ya? Maaf aku sudah berpikir negatif….tapi tolong ya, abis ini cepetan balik dan titip tutup pintunya” katanya dengan tatapan mata yang dalam.

‘iya….ini minyak urutnya….aq balik dulu, inget ya jangan dibuat jalan tunggu Pak Tono aja’ jawabku dengan hati sebel dan kesal karena diusir secara halus.

Aku langsung berjalan keluar kamarnya menutup pintu belakang dan pintu depan, TAPI…. aku diruang tamu menunggu obat perangsangnya bereaksi.

Sebatang rokok sudah habis aku hisap, obat kuat udah aku telan bulat-bulat, lima belas menit sudah berjalan mendekatkan aku pada surga dunia.

Pelan-pelan aku menuju kamarnya, aku sibakkan kelambu dipintunya sedikit-demi sedikit mengintip reaksinya…..

Wow…ternyata sudah siap saji ditandai dengan keringat yang mengkilat ditubuhnya yang terbuka karena kegerahan dan dahaga….

“maaf Mbak….aku kembali, aku gak tega meninggalkan seorang yang sakit sendirian apalagi seorang wanita dan gak bisa berjalan” kataku pelan sambil berjalan menuju tempat tidurnya.

‘kamu balik lagi….kamu baik banget….maaf Mbak buka baju, gerah banget nih…. katanya dengan manja dan tidak malu-malu lagi.

“berarti obatnya sudah bekerja Mbak, aku pijitin ya biar lebih cepat sembuh” jawabku dengan hati-hati karena obatnya belum bereaksi penuh dan satu lagi obat perangsangnya gak membuat tidak sadar tapi hanya membuat nyaman dan cinta.

‘andai aja aku belum menikah, pasti aku mau banget menjadi pacar orang sebaik kamu! Jawabnya mesra

“emang ada larangan ya Mbak, orang bersuami mempunyai pacar? Kan gak ada undang-undangnya? Jawabku ngelantur mengikuti nalurinya yang sudah ngawur tapi logis.

‘iya juga ya? Kita pacaran aja ya? Tapi kalau ada yang tahu bagaimana? Katanya genit

“kita ngumpet aja, kita ketemuan di kebuntebu belakang….kan bisa sms!! Jawabku
‘iya…iya….kita jadian sekarang ya??? Jawabnya sambil menarik tubuhku hingga jatuh dipelukannya.

“okey…. jawabku singkat sabil mencium bibirnya.

Mbak Wulan membalas ciumanku dengan ciuman yang lebih menggebu, melumat bibirku, menghisap liurku dan memilin lidahku dengan lidahnya….. tanganya melepas kaos dan boxerku dengan cepat dan langsung mengambil alih tongkat ‘ko*tol’ komando yang sudah mengacung tegak dan keras.

‘oooohhhh….uuuhhhhh….hisap tetek aku ya sayaaaaa…..aaaaanggggg’ bisiknya lirih ditelingaku.

“iya sayaaaang…..jawabku

Aku remas toket (36B) kirinya dan menghisap yang sebelah kana, memainkanya dengan lidah dan selingan gigitan-gigitan mesra.

Tubuh Mbak Wulan mengejang dan bergelinjang tak menentu menahan nikmat yang teramat sangat. Sepertinya obat perangsang telah membuat inderanya lebih sensitif…..

‘HHhhmmmm…..ooooouuuhhh……hhhhmmmmm….. desahan dan gumam Mbak Wulan semakin keras, membuat aku sempat takut ada yang mendengar tapi juga membuat aku semakin bernafsu dan gemes.

Akupun berinisiatif mengambil posisi 69, digenggamnya ko*tolku dengan erat dan mulai mengocoknya dengan pelan…sambil mengeyot-enyot ujung ko*tol dengan hisapan dan jilatan yang sangat nikmat. “iya sayang….teruuus…..ooooohhhh….nikmat banget hisapan kamu” desahanku.

Aku gigit pangkal pahanya yang putih mulus, aku belai bibir memeknya dengan jari…. rasa geli yang tak tertahan membuat kakinya mengejang….menjepit kepalaku dengan kedua pahanya.

Memaksa wajahku berlabuh dimemeknya yang sudah basah….aku jilatin memeknya yang masih sangat merah dan indah….menghisap bibir memeknya dan menggelitik klitorisnya dengan lidahku…..

OOOooohhhhh….AAAaaaaaaggghhhhhh……aaaaaaaaaaa aaaahhhhhhh…….ooouuuuhhhhhhhhh…..

Desahan Mbak Wulan semakin menjadi dan Crit….Criiiittt….Crrriiiiiiittttttt….. tiba-tiba semprotan kecil keluar dari memeknya.

Jujur aku sangat terkejut dan takjub, ini pertama kalinya aku melihat langsung wanita orgasme sampai bisa nyembur keluar dengan kencang dan deras.

Tak mau kehilangan momen, aku langsung menarik ko*tolku dari mulutnya dan mengangkat kedua kakinya keatas….aku gesek-gesekan kepala ko*tolku ke lubang memeknya…..terus dan teruuuuss

“ayooo….sayaaang, cepetan masukin aku sudah gak tahan….. rengek Mbak Wulan.

“Iya sayang…aku masukan sedikit demi sedikit, pela-pelan, maju mundur bergoyang teratur…. karena sepertinya memeknya masih sempit walau sudah orgasme atau mungkin juga ko*tolku yang kegedean apalagi setelah minum obat kuat, ototnya keluar semua dan keras.

Setelah berulang kali keluar-masuk dan aku rasa sudah sangat licin akupun langsung menghujamkan ko*tolku kuat-kuat kedalam

memeknya…..ZLEB….ZLEEEEEBBBB….ZZZZLLLEEEEEEB BBBBBBBB……

AAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH…….SAKIIIIIIIITTT SAAAYYAAAAANNNGGGG!!!!

Mbak Wulan berteriak keras sambil menjambak rambutku…..ooooohhhhh…..gede banget sayang…. panjang kayak lengan akuu….uuuhhhhh….ayo genjot sayang, goyang yang cepat…..
Aku goyang….lebih cepat….lebih cepat….lebih dalam….terus….dan teruuuuuuuuussssssssss…….
Ah…ah…ah….ah…ah….ah….ah….ah…ah…a h…..

Sayaaaang aku keluaaarrrrr laagiiiii…..crit….crit……memeknya nyemprot ko*tolku dengan kuat dan membuatnya semakin licin dan becek….pyek…pyeek…..pyeeekkkk…..suara ko*tolku membombardir memeknya…..

Udah sayaaanggg…cepetan keluarin……rengeknya sambil mencakar-cakar dadaku, sangat liar dan binal….seperti sudah seribu tahun menahan birahi dan memendam nafsu dengan jilbab dan kealimanya.

“tunggu bentar lagi sayang….ganti posisi ya? Kamu nungging?! Bisikanku lirih ditelinganya.

Mbak Wulanpun menunggingkan pantatnya…karena membelakangiku Mbak Wulan tidak tahu aku tambahkan Ring dan Kondom berduri ke ko*tolku.

Tahan sedikit ya??? ZLEB….ZLEEEEEEEEEEEEEEBBBBBBBBBBBBB…………. aku langsung menghentakkan ko*tolku ke memeknya, sekarang ko*tolku semakin gede dari sebelumya yang memang sudah lumayan gede (P:19cm-D:5,4cm)

AAAAAHHHHHH…. Mbak Wulan seketika menjerit dan langsung terjatuh dari posisi doggy style-nya. Walau posisinya tengkurap aku terus menggoyangnya dengan liar….
O
H….AH….UUUHHHH……periiiiiihhhh sayaaaangggg….

Sepuluh menit aku memaksakan goyanganku, tiba-tiba tubuhnya mengejang dan kaku….
Akupun berhenti sejenak dan memeluknya dengan ko*tol masih menancap di memeknya.

“kamu gak apa-apa kan? Bisiku sambil melumat telinganya

‘kamu jahat banget….sejak nungging tadi aku udah keluar 3 kali, perut aku sakit banget seperti kram…cepetan semburkan spermamu, aku ingin baby darimu, mas tono gak bisa ngasih…. katanya.

Ya udah, kita miring aja ya? Aku goyang dari belakang…jawabku.

Kondom dan Ring aku lepaskan dan kembali menggoyangnya…..pyek…pyek….pyekkkkk….
Suara memeknya sudah sangat amat becek sekali….aku goyang…lebih cepat…. lebih cepat…. lebih cepaaaaaaaaaaaaaaaatttttttttttt…….sesaat kemudian….

Saaayyyyyaaanggg….kita semprotin bareng ya…..1…..2…..3…..CROT….CROOOTTT….CROT
Aku tumpahkan spermaku didalam memeknya, sambil terus menggoyangnya pelan-pelan….

“bagaimana sayang, kamu puas apa belum??? Kataku manja

‘puas buangets….sayaaang….” jawabnya tak kalah manja sambil melumat bibirku.

Kami berpelukan mesra nan manja seakan kami adalah sepasang suami istri yang honeymoon, seakan ini kamar kami, seakan ini rumah kami…..seakan-akan tak mau lepas…..

Setengah jam kemudian dengan iringan suara bedug, kamipun membereskan kamar agar sewaktu Pak Tono pulang gak curiga apalagi tahu. Kaki Mbak Wulan tanpa aku sadari sudah sembuh dan bisa berjalan normal waktu menuju kamar mandi…..

“mbak, kakinya sudah gak sakit??? Tanyaku heran

‘udah, lumayan….. jawabnya santai sambil berjalan menuju kamar mandi yang ada di sebelah kebun tebu.

Hujan masih deras sederas aliran nafsuku yang masih menggebu, namun apa daya waktunya sudah mepet sebelum Pak RT datang.

Malam haripun tiba, keinginanku untuk kembali mengulang kenikmatan tadi siang kembali datang dan tak dapat aku halangi.

Waktu menunjukkan Jam 19:00 tepat, satu persatu warga datang untuk memberikan sumbangan dan musyawarah bersama untuk pembuatan gardu untuk siskamling.

Aku yang awalnya berniat untuk tidak datang akhirnya terpaksa datang untuk sekedar mengantar amplop yang tadi siang tidak jadi aku berikan sekaligus untuk mencari tahu situasi dan kondisi rumah Pak RT.

Setengah jam berlalu dan musyawarah dimulai…. setelah aku rasa aman akupun SMS Mbak Wulan untuk mengajak ketemuan dibelakang rumah.

Tit…tit…tit….tit…. Hpku berbunyi, membawa pesan “Okey, aku ke kamar mandi…. gak tahukenapa, tapi aku kangen bangeeet….tapi jangan macam-macam ya? Banyak orang….

Tanpa membalas sms aku langsung pamit dan berjalan memutar menuju kebun tebu belakang rumahnya.

Aku perkirakan ada waktu sekitar 1 jam aman untuk berkangen ria sebelum rapat Rtnya selesai. Sesampainya di depan pintu kamar mandi aku langsung membukanya dan masuk kedalam….

Sesaat kami saling pandang dan berbagi senyum….kami langsung berpelukan dan berciuman dengan penuh mesra….tanganku langsung turun kebawah, meremas pantatnya dan mengangkat jubahnya keatas….hemmmmm ternyata Mbak Wulan sudah siap tidak memakai CD….aku angkat kaki kirinya keatas bibir bak mandi dan langsung kumainkan memeknya yang ternyata sudah basah, dengan mudah 2 jariku keluar-masuk dan menari didalam memeknya….

“memek kamu sudah siap yah?? Bisikku

‘iya….buruan masukin keburu orang-orang pulang…. jawabnya singkat!

“iya….emut ko*tolku bentar yah, biar licin masuknya” kataku

Mbak Wulan langsung jongkok dan melumat ko*tolku dengan lahap….tanganya menggenggam kuat pangkal ko*tol dan mengocoknya dengan cepat…..

Ooouuuuhhhh…..buruan nungging, aku masukkan…..

ZLEEEEBBBB….ZLEEEEEEEEBBBBBB……ko*tolku memenuhi ruang di memek hangatnya, aku goyang….maju-mundur…..aku tarik kedua lenganya kebelakang untuk pegangan dan aku goyang lagi lebih cepat….lebih dalam dan teruuuuuusss……
mmm….mmm….uuuuuhhhh….. Mbak Wulan hanya bergumam tidak berani mendesah atau berteriak liar seperti tadi siang. Keringat kami bercucuran karena kami masih berpakaian lengkap hanya membuka seperlunya saja.

“mbak…kalau kita mudah kangen terus bagaimana?? Tanyaku

‘aku juga gak tahu….aku gak bisa menahanya….jawabnya dengan suara terengah menahan goyanganku.

“kemarin…yang kesini siapa Mbak? Tanyaku

‘ooo…itu Adikku, namanya Dian….awas jangan macam-macam lho Dia anak Pondokan?! Jawabnya Mbak Wulan

“enggak bakalan Mbak….justru bisa buat tutup hubungan kita, bantu PDKT ya mbak? Kalau aku jadian kan Pak RT gak curiga dengan kita….kataku

‘maksutnya? Gak usahlah…adikku gak neko2….jawabnya Mbak Wulan.

“aku gak akan neko2 juga kok Mbak….jawabku sambil terus menggenjot goyanganku. 
‘buruan…aku hampi keluar….nanti sms aja…. jawabnya

“ayo semprotin bareng….1…..2…..3….CROT…CROT…CROOOOOTT T…..

Kami benar-benar nyemprot bareng dan tak sempat bermanja-manja lagi karena wakru satu jam telah usai. Aku langsung berlari menuju kegelapan malam….kegelapan kebun tebu….

Hubunganku dengan Mbak Wulan tetap berjalan backstreet bahkan hingga aku lulus kuliah dan dikaruniai seorang anak yang amat cantik….secantik Ibunya….TOLONG JAGA BUAH CINTA KITA YA MBAK???? TERIMA KASIH.

TAMAT

Kumpulan Cerita Dewasa Dengan Ibu Kandung


Kumpulan Cerita Dewasa - Nama saya Anton umurku 18 tahun tinggi badanku 178 cm dengan badan ideal dan atletis. Aku anak dari keluarga yang berkecukupan. Aku punya adik bernama Vivi yang berusia 16 tahun.

Sekarang aku duduk di salah satu SMA negeri di Bandung Aku di kelas 12 dan adikku kelas 10.

Walaupun adikku baru berusia 16 tahun tapi dia sudah sangat cantik dan seksi karena Mama sering mengajarinya berdandan, kadang adikku suka menemani Mama ke salon.

Mamaku masih berumur 38 tahun masih cantik dan seksi tingginya sekitar 165 cm dengan berat badan yang ideal. Papa berusia 40 masih gagah.

Karena mereka berasal dari keluarga yang berkecukupan sehingga mereka tidak takut untuk nikah muda. Sampai sekarang walaupun sudah lama menikah mereka tetap awet muda.

Mama sering tinggal di rumah sedangkan Papa adalah orang yang sibuk dengan bisnisnya.

Kami tinggal di rumah yang cukup besar di sebuah perumahan mewah di Bandung. Ada 5 kamar, dua kamar di bawah dan 3 kamar lagi di lantai 2.

Kamar Adikku berada di atas bersebelahan dengan kamar tamu.

Sedangkan kamarku berada di bawah, tapi berada sedikit jauh dari kamar Mama, karena terhalang oleh ruang tengah.

Kamar Mama dan kamar tamu memiliki kamar mandi masing-masing.

Enam bulan belakangan ini hubungan Mama dan Papa sedikit merenggang mereka sudah tak lagi tidur sekamar.

Papa yang sibuk dengan bisnisnya sering pulang malam dan tidur di kamar tamu yang bersebelahan kamar adikku.

Mama sering tidur sendiri di kamarnya dan kadang tidur bareng dengan adikku jika Papa tidur di kamar Mama.

Hubungan aku dan kedua orang tuaku jadi sedikit renggang.

Adikku memang masih dekat dengan Mama, tapi dia semakin jauh dengan Papa.

Sebenarnya aku sudah resah dengan keadaan ini aku takut kerenggangan ini terus berlanjut hingga orang tuaku bercerai.

Walaupun ini tidak mengganggu kegiatan sekolahku dan Adikku tetap saja aku khawatir.

Suatu hari teman-temanku mengajak keluar malam nanti jam 8 untuk merayakan ulang tahun salah satu temanku di sekolah.

Klo pergi ke luar biasanya aku suka memakai parfum Papa yang selalu di simpan di lemari di kamarnya (kamar Mama).

Sore harinya aku pergi ke kamar Mama aku melihat tidak ada orang di sana tapi laptop Mama masih menyala, mungkin Mama lagi di kamar mandi.

Dengan langkah yang hati-hati aku menuju lemari baju Papa dan Mama.

Lemarinya berukuran sangat besar sehingga memungkinkan seseorang untuk bersembunyi di dalamnya.

Aku perlahan-lahan membuka lemarinya untuk mencari parfum Papa dan tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka aku kaget dan langsung bersembunyi di dalam lemari.

Lemari ini memiliki pintu yang terbuat dari kayu yang dihimpit-himpit miring sehingga aku bisa melihat dengan jelas melalui celah kayu tersebut.

Mama keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai celana dalam dan BH. Aku kaget, baru kali ini aku melihat Mama telanjang, dadanya Mama terbilang biasa, tidak besar ataupula kecil tapi sangat seksi dan masih terlindung oleh BH-nya.

Mama duduk di samping ranjang kedian mengambil sesuatu dari lemari kecil di pinggir tempat tidur.

Mama mengambil sebuah dildo berukuran sedang yang tidak lebih besar dari penisku klo sedang tegang.

Mama menurunkan CD-nya dan melepaskan BH-nya lalu terlentang di kamar tidur, baru kali ini aku melihat perempuan telanjang bulat seperti ini.

Mama memutar sebuah film porno di laptopnya.

Kemudian Mama membuka selangkangannya dan menyelipkan sebuah bantal kecil tepat di bawah pantatnya hingga vaginanya sedikit terangkat.

Perlahan demi perlahan Mama memasukan dildo itu ke dalam vaginanya kemudian mengocoknya secara perlahan.

“Ahhh…..ahh…. uhhhhh….” Mama mengerang seirama dengan kocokan dildonya.

Tangan satunya lagi meremas-remas dadanya yang seksi. Melihat kejadian ini aku sudah terangsang penisku sangat tegang dan tanpa kusadari aku mulai mengocok-ngocok penisku di dalam celanaku.

“Ahhh….ahhh…” dan tanpa aku sadari aku mengerang cukup keras dan kedengaran oleh Mama.

“Siapa itu?” Mama menghentikan kocokan dildonya, menutup laptopnya kemudian berjalan ke arah lemari.

“Siapa di dalam?”…. “Papa?” ….”Ngapain Papa di dalam lemari?”.

“Pa?…. kok jam segini udah pulang?” Mama terus bicara sambil mendekati lemari
Aku kaget dan tak tahu apa yang harus aku lakukan.

“Ini Anton ma” aku menjawab secara perlahan. “Anton ngapain kamu di dalam?” Mama kemudian membuka pintu lemari.

“Kamu ngapain di dalam?” aku hanya bisa tertunduk malu di depan Mamaku yang sedang telanjang.

“a…anu… ma… anton mau ngambil parfun Papa, dan tiba-tiba Mama datang, jadi anton langsung sembunyi di dalam lemari”.

“Kamu ini klo kamu mau ngambil parfum Papa kenapa harus sembunyi-sembunyi, Mama ga akan marah ko, ayo keluar dari lemari”.

Kemudian aku keluar dari lemari sembari menutupi bagian penis yang masih tegang.

“Kamu tadi liat Mama ya?”

“Iya ma, maafin anton ya, anton janji ga akan ngulanginya lagi”

“sudah ga pa pa, ayo keluar, itu nya jangan di pegangin gitu donk” Mama sambil melihat ke bagian penisku yang masih pakai celana.

“Maafin anton ya ma”

“sudah gak apa apa” lalu Mama memelukku, penisku nempel di bagian perut Mama dan membuat penisku semakin tegang.

“Anton, itu punya kamu?” “punya mu sudah gede ya, sini biar Mama liat” mema bertanya dengan penasaran apa yang menempel di perutnya.

“tapi ma…….”

“ayo ga usah malu, aku ini Mamamu, sini biar Mama liat”.

Kemudian Mama berjongkok mengeluarkan penisku yang sudah tegang tak tertahankan.

“Sudah berapa lama tegang seperti ini?, kasihan klo ga di keluarin”

“ dari tadi ma”

“Mama keluarin ya biar ga tegang lagi”.

Kemudian Mama mengocok perlahan penisku, tak ku sangka

Mama malah memasukan penisku ke mulutnya. Perlahan-lahan aku merasakan nikmat yang luar biasa, untuk pertama kalinya penisku dinikmati oleh perempuan, dan itu pun adalah Mamaku.


Sedotan demi sedotan aku rasakan semakin nikmat di penisku.

“Enakkk maa,, terus…., terus,,” nada ku sedikit mengerang.

“klo kamu mau kamu boleh sambil peras-peras susu Mama”. tanpa pikir panjang aku mulai memeras susu Mama.

“Ton, di ranjang yuk, klo sambil berdiri gini ga bebas ngulumnya”.

Lalu Mama mengajakku ke atas tempat tidurnya,aku terlentang di atas tempat tidur Mama terus mengkulum penisku dengan bibirnya yang seksi sambil terus ku remas-remas susunya.

Beberapa menit berlalu,

“Ma anton mau keluar”

“keluarin aja di mulut Mama, jangan malu”

“iya ma”….. ahhhhhh…….ahhhhhh,….anton keluar…..” aku mengeluarkan spermaku di dalam mulut Mama dan Mama terus menghisapnya sampe tidak ada sperma yang keluar dari mulutnya,

“wah sperma kamu banyak juga ya ton, Mama jadi ketagihan”.

“Ma maafin anton ya” aku berbaring di pinggir Mama, kemudian kita ngobrol dengan tetap telanjang.

Mama curhat tentang masalahnya dengan Papa, sudah lebih dari enam bulan Mama tidak berhubungan badan dengan Papa.

Mama selalu melampiaskan nafsu seksnya dengan dildo, walaupun demikian Mama selalu minum pil KB sebagai antisipasi jika sewaktu-waktu Papa ingin menyetubuhi Mama.

Sekitar sepuluh menit kita ngombrol omongan Mama semakin panas.

Dengan sedikit berbisik Mama bicara

“Ton kamu mau puasin Mama ga?”

“maksud Mama?.

“ayo ton jilatin puting Mama, dari tadi Mama udah ga tahan pengen di jilatin.

” Pikirku rasanya egois klo tidak muasin Mama juga, tanpa pikir lagi aku langsung menjilati puting Mama.

kiri dan kanan bergantian aku jilati sembari memainkan tangan kananku di vagina Mama.

“Awwww…anton kamu nakal juga ya” ucap Mama ketika jariku bergerayam di vaginanya.

Kemudian aku turunkan jilatanku ke vagina Mama,

“Anton kamu pintar banget, belajar dari mana sayang? Sering nonton ya?” 

“Iya ma biasa sama anak-anak”

“gak apa-apa asal kamu jangan jajan sembarangan” Aku terus melanjutkan permainanku di vagina Mama.

Melihat ekspresi Mama yang terangsang akupun kembali mulai terangsang, penisku perlahan-lahan mulai naik dan bergerak bebas di kaki dan paha Mama.

“Sayang penis kamu udah naik lagi ya, Mama udah ga tahan masukin aja punyamu ke vagina Mama”. “beneran ma?”

“Iya sayang, sini biar Mama hisap dulu penis kamu” Mama memintaku untuk memasukan penisku di mulutnya lagi.

Bibir seksi Mama dan lidah Mama yang bermain di kepala penisku membuat penisku semakin tegang.

“Anton, sekarang kamu masukin punyamu ke vagina Mama” Mama melepaskan penisku dan membimbingnya ke vagina Mama.

“Jangan takut, Mama kan suka minum pil KB, Mama ga akan hamil ko”.

Aku arahkan penisku ke lubang vagina Mama, lubang tempat dulu aku lahir.

Posisi Mama terlentang dan selangkangannya terbuka,

Mama menyelipkan bantal kecil di bawah pantatnya sehingga Vaginanya sedikit terangkat,

kemudian tangan Mama membimbing penisku sampai di bibir vaginanya. Aku merasakan hangat sekali di kepala penisku.

“sayang, sekarang kamu tekan perlahan “ perlahan aku menekannya sampai kepala penisku masuk.

“Ahhh sayang, punya kamu gede dan enak, terus tekan”.

Terasa hangat, basah dan enak sekali Vagina Mama.

Aku melanjutkan sampai seluruh batang penisku amblas di telan Vagina Mama.

“Tahan dulu sayang, biarkan vagina Mama terbiasa dulu dengan penis kamu” akupun membiarkan penisku tertancap di dalam vagina Mama yang sangat basah.

“Sekarang kamu kocok perlahan” aku pun mengocoknya secara perlahan

“Gimana enak kan”

“enak banget ma baru kali ini anton menyetubuhi perempuan”.

“Sayang, ini namanya ngentot, teruskan genjotanya sampe Mama puas”

“Terus kocok sampe Mama puas sayang”, “Ahhhhh……ahhhhhh” Mama terus mengerang kenikmatan aku terus mengocok penisku.

Sekitar 10 menit berlalu, mama mengerang semakin keras.

“Ton Mama udah mau nyampe, ahhhh…. udah gak tahan sayang”,

“ahhhhhh……ahhhhh….sayang…..enakkk…. .” Mama orgasme dengan sangat hebat, membuat vagina Mama semakin basah.

Dingding vaginanya berkendut-kendut dan membuat cengkramannya semakin sempit di penisku. Aku pun terus melanjutkan kocokanku.

“terus sayang, lanjutkan Mama puas banget udah lama Mama ga sepuas ini”

Aku terus melanjutkan kocokanku cukup lama sampe aku merasa ada yang ingin keluar dari ujung penisku, aku tidak menyangka aku bisa bertahan sejauh ini.

Aku terus mempercepat kocokanku, dan mengerang.

“Ton, kamu udah mau keluar ya?” mama bertanya sambil tangannya membelai-belai kepalaku

“Iya ma, anton mau keluar”

“Keluarin di dalem sayang, Mama juga udah mau keluar lagi”

Aku semakin dalam menancapkan penisku dan terus mengocoknya”

“Ahhhh,,,anton keluar maaaaaa,,, ahhhhhh….“ “Crootttt…..crrroottttt…..” semua sperma ku tembakkan ke dalam rahim Mama, terasa enak banget rasanya mengeluarkan sperma di dalam vagina yang dulu pernah melahirkanku.

Sampai tetesan terakhir aku tak henti mengcocok vagina Mama, ketika sperma ku mulai habis Mama pun berteriak,

“Anton Mama juga enak,,,,,,ahhhhh,,,ahhhhhh enak….sayang….Mama sampe….”
Mama kembali orgasme dengan hebat untuk kedua kalinya, setelah itu aku terbaring lemas di atas dada Mama yang seksi.

“Ma klo anton mau lagi boleh kan? Aku meminta dengan lirih.

“Boleh sayang asal Papa dan adikmu tidak tahu”. Mama menjawab dengan lembut

“Iya ma ini akan jadi rahasia kita”.

Sejak saat itu aku terus menyetubuhi Mama, di kamar, di dapur di ruang tengah, bahkan di kamar mandi sepanjang di rumah tidak ada siapa-siapa aku selalu menyetubuhi Mama.

Aku juga tidak perlu khawatir membuat Hamil karena Mama selalu minum pil KB.

TAMAT

Thursday, October 22, 2020

Kumpulan Cerita Dewasa Dosa Seorang Istri


Kumpulan Cerita Dewasa -  saya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik dan tanpa cacat (menurut saya lho). Usia saya 42 tahun. Saya memiliki 2 orang anak keduanya laki-laki.

Anak saya terbesar Tony berumur 15 tahun di kelas 3 SMP, sedangkan sikecil Sandy masih berusia 4 tahun.

Suami saya bekerja di suatu instansi pemerintah dan kami hidup normal dan bahagia.

Saya sendiri seorang sarjana dari perguruan tinggi ternama di negara ini tetapi memilih tidak bekerja.

Saya taat beragama dan mengenakan jilbab hingga sekarang.

Tetapi sejak kejadian-kejadian ini, saya merasa sebagai wanita berdosa yang tidak lagi mampu menghindari dosa bersetubuh dengan laki-laki yang bukan suami sendiri.

Membayangkan kejadian-kejadian tersebut saya selalu ingin menangis tetapi pada saat yang sama saya juga didera oleh nafsu birahi membara yang tidak mampu saya atasi.

Kejadiannya adalah sebagai berikut. Saat itu sore hari sekitar jam tiga dan saya baru saja bangun tidur dan Sandy masih tertidur di sebelah saya.

Sedangkan suami saya masih bekerja di kantor nya.

Dari dalam kamar saya dapat mendengar suara komputer yang dimainkan anak saya Tony di ruang tengah yang berbatasan langsung dengan kamar tidur saya.

Kami berlangganan internet (saya sering juga browsing di internet dan mahir menggunakan komputer) dan sedangkan Tony sering sekali menggunakan komputer, tetapi saya tidak tahu persis apa yang dimainkan.

Saya kira dia hanya main game saja. Pintu kamar saya agak terbuka.

Saya bermaksud untuk keluar dari kamar, tetapi ketika saya menarik pintu, apa yang terlihat membuat saya tertegun dan mengurungkan niat tersebut.

Apa yang terlihat dari balik pintu membuat hati saya betul-betul terguncang.

Walau agak kurang jelas, saya masih dapat melihat di layar komputer tampak sosok wanita kulit putih telanjang tanpa busana dengan posisi terlentang dan kaki terbuka dengan kemaluan yang tampak jelas.

Saya menjadi kesal karena Tony yang masih anak-anak melihat hal-hal yang sangat terlarang tersebut.

Tetapi yang kemudian membuat saya shock adalah setelah saya menyadari bahwa Tony sedang mengurut-urut penisnya.

Dari dalam kamar saya dapat melihat resleting celana Tony terbuka dan celananya agak turun.

Tony sedang duduk melihat layar sambil mengusap-usap penisnya yang tampak berdiri tegang dan kaku.

Sejak dia disunat lima tahun yang lalu saya, hampir tidak pernah lagi melihat anak saya itu telanjang.

Tony sudah dapat mengurus dirinya sendiri. Tinggi Tony sekitar 158 cm dan sudah hampir sama dengan tinggi saya yang sekitar 162 cm.

Samar-samar saya dapat melihat rambut kemaluannya yang tampaknya masih sedikit.

Saya betul-betul tercengang melihat semua ini. Kemaluannya memang tidak berukuran besar tetapi melihat demikian kakunya batang anak ini membuat saya tanpa sadar berdebar.

Batang kemaluannya tampak berwarna coklat kemerahan dengan urat-urat yang menonjol kebiruan.

Samar-samar saya dapat mendengar napasnya yang terengah.

Tony sama sekali tidak menyadari bahwa saya sudah bangun dan melihat kelakuannya dari balik pintu.

Kejadian Tony membelai-belai kemaluannya ini berlangsung terus selama lebih kurang empat-lima menit lamanya.

Yang mengagetkan adalah reaksi kewanitaan tubuh saya, ternyata jantung saya terasa berdebar keras menyaksikan batang kemaluan yang demikian kaku dan berwarna semakin merah, terutama bagian kepalanya.

Pandangan saya beralih-alih dari kemaluan wanita telanjang di layar komputer ke batang anak saya sendiri yang terus diusap-usapnya.

Gerakan tangannya semakin cepat dan mencengkeram bagian kemaluannya dengan muka yang tampak tegang memandangi layar monitor.

Kepala batang yang mengeras itu tampak diremas-remasnya. Astaga .., dari lubang di kemaluannya berleleran keluar cairan bening.

Cairan kental bening tersebut diusap-usap oleh jari Tony dan dioles-oleskan ke seluruh kemaluannya.

Kini ia juga menekan-nekan dan meremas kantung pelir dan dimainkannya bolanya.

Kemaluan itu kini tampak basah dan berkilap.

Napas Tony terdengar sangat keras tetapi tertahan-tahan. Saya merasa napsu birahi saya muncul, tubuh saya mulai gemetar dan darah mengalir di dalam tubuh dengan deras.

Napas sayapun mulai tak teratur dan saya berusaha agar napas saya tak terdengar oleh Tony.

Apa yang saya lihat selanjutnya membuat saya sangat tergetar.

Tubuh Tony tampak mengejang dengan kakinya agak terangkat lurus kaku, sementara tangannya mencengkeram batang kemaluan itu sekuat-kuatnya.

“Eeegh, heeggh .”, Tony mengerang agak keras, dan ya ampun …, yang tidak saya sangka-sangka akhirnya terjadi juga.

Dari lubang di kepala batang kemaluannya terpancar cairan putih kental. Tony yang saya anggap anak kecil itu memuncratkan air mani.

Cairan kental itu memuncrat beberapa kali.

Sebagian jatuh ke perutnya tetapi ada juga yang ke lantai dan malah sampai ke keyboard komputer.

Tangan Tony mencengkeram kontol yang memerah itu dan menariknya sekuatnya ke pangkal batang.

Ohhh .., kontol itu tampak kaku, tegang, urat-urat menonjol keluar, mani muncrat keatas.

Melihat air mani muncrat seperti itu segera saja saya merasakan lonjakan birahi yang luar biasa di sekujur tubuh saya. Memek saya terasa menjadi basah dan napas saya menjadi tersengal sengal

Saya berusaha mengendalikan diri dari rangsangan birahi sebisa-bisanya, ada semacam perasaan tidak enak dan bersalah yang tumbuh menyaksikan anak saya dan terutama atas reaksi tubuh saya seperti ini.

Tony masih terus mengurut-urut batang kontolnya dan air mani yang tersisa tampak mengalir sedikit-sedikit dari lubang kencing di kepala kontolnya.

Tony melumuri permukaan kontolnya dengan air mani tadi dan terus menggosok-gosok kontolnya. Kini kontol itu tampak diselimuti oleh mani berwarna keputihan.

Samar-samar saya dapat mencium bau mani yang bertumpahan karena jarak saya dengan Tony sebetulnya sangat dekat hanya dua meteran.

Tony tampak mulai tenang dan napasnya semakin teratur. Kontol yang berleleran air mani mulai mengendur.

Ia menghela napas panjang dan tampak lega terpuaskan. Kontol itu sekarang tampak terkulai kecil dan lemah berwarna kecoklatan, sangat berbeda dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Tony kemudian berdiri dan menuju ke kamar mandi.

Ia masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.

Seolah-olah ada yang menuntun, saya berjingkat menuju komputer tanpa menimbulkan bunyi.

Saya memandang lekat ke layar komputer, mengagumi tubuh wanita muda berkulit putih (orang Barat) yang telah mengundang nafsu anak saya.

Tanpa sadar saya menghela napas melihat kemaluannya. Rambut jembutnya berwarna kecoklatan tampak tertata seperti pernah dicukur.

Sesuatu yang tidak pernah saya lakukan pada rambut kemaluan saya dan tak pernah terpikirkan untuk melakukannya.

Pandangan saya beralih ke tetesan-tetesan mani yang tampak di dekat keyboard.

Saya mengusap mani tersebut dengan jari dan entah mengapa saya mencium dan menjilati jari tangan saya yang berleleran dengan mani.

Rasanya asin dan baunya terasa lekat, tetapi nafsu birahi saya terbangkit lagi. Saya tidak ingin Tony curiga.

Dari layar komputer saya melihat address internetnya adalah www.cersex.com (tidak perlu saya sebutkan) dan saya catat saja di dalam hati.

Saya berjingkat masuk kamar dan membaringkan tubuh. Tak lama saya dengar Tony kembali ke komputernya dan saya kira ia sedang membersihkan sisa-sisa mani yang tadi ia muncratkan.

Kemudian saya dengar ia bermain game (kedengaran dari bunyi nya).

Lima belas menit kemudian saya pura-pura baru saja terbangun dan keluar dari kamar.

Sikap Tony tampak agak canggung tetapi saya kira ia yakin bahwa kejadian tadi tidak saya ketahui. Saya sendiri bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.

Sejak saat itu saya merasa ada perubahan luar biasa pada diri saya. Sebelumnya saya melakukan hubungan sex dengan suami hanyalah sebagai suatu hal yang rutin saja.

Kejadian Tony melakukan onani didepan computer membuat saya menemukan sesuatu yang baru dalam hal soal sex.

Sesuatu yang menggairahkan, nafsu birahi yang menggelegak, tetapi sekaligus perasaan dosa, karena ini dibangkitkan oleh kejadian yang dilakukan anak saya sendiri.

Apa yang dilakukan anak saya membuat saya shock, tetapi yang juga mengerikan adalah justru anak saya sendiri membangkitkan nafsu birahi saya yang menyala-nyala.

Tony yang selalu saya anggap anak masih kecil dan tidak mungkin berhubungan dengan hal hal yang berbau sex dan porno.

Selalu terbayang di mata saya wajah Tony dengan napas terengah engah dan muka tegang, kocokan tangannya, batang kontol yang berwarna kemerahan sangat tegang dengan urat yang menonjol.

Air mani yang memuncrat-muncrat dari lubang kontolnya. Ya Tuhan .. , penis itu adalah milik anak saya.

Sejak kejadian itu saya sering terbayang penis Tony yang sedang memuncrat – muncratkan air maninya. Penis yang kaku itu tidak berukuran besar, menurut saya tidak terlalu panjang dan besar menurut usianya.

Tetapi yang tidak dapat saya lupakan adalah warnanya yang kemerahan dengan urat-urat hijau kebiruan yang menonjol.

Saat itu penis itu begitu tegang berdiri hampir menyentuh perutnya. Jika mengingat dan membayangkan kejadian itu, birahi saya mendidih, terasa ada cairan merembes keluar dari lubang kemaluan saya.

Hal lain yang memperparah keadaan adalah, sejak hari kejadian itu, saya mulai berkenalan dengan dunia baru yang tidak pernah saya datangi sebelumnya. Saya sudah biasa browsing di Yahoo ataupun yang lain. Tetapi sejak mengenal www.cersex.com saya mulai mengarungi dunia lain di internet. Sehari sesudah kejadian Tony onani, saya mulai membuka-buka situs www.vimaxnet.com. Tentu saja itu saya lakukan pada saat tidak ada orang di rumah. Pembantu saya, setelah melakukan tugas didalam rumah, biasanya selalu mendekam dikamarnya. Tony belum pulang dari sekolahnya, sedangkan Suami saya masih di kantornya. Saya hanya berdua dengan Sandy yang biasanya lebih senang bermain di kamar tidur.

Saat itulah saya mulai mencoba-coba www.cersex.com. Saya tidak menyangka ada suatu situs internet menyajikan cerita dan gambar pornografi yang seperti itu. Saya membuka – buka gambar wanita-wanita telanjang yang tampak tidak malu-malu memperagakan bagian kewanitaannya yang seharusnya ditutup rapat rapat. Mereka tampaknya menikmati apa yang mereka lakukan dengan mempertontonkan bagian tubuhnya yang terlarang.

Pada hari itu saya mulai juga menemukan situs-situs lain yang lebih porno.

Ada sekitar 3 jam saya berpindah-pindah dan mempelajari dunia sexual penuh nafsu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Laki-laki dan perempuan bersetubuh dengan berbagai macam cara yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya dan yang tidak pernah saya praktekkan sebelumnya dengan suami.

Ada perempuan yang menghisap penis berukuran sangat besar (kelihatannya lebih besar dari penis suami saya) hingga penis itu memuntahkan air maninya.

Astaga, perempuan itu membiarkan mani itu muncrat sampai membasahi wajahnya, berleleran, dan bahkan meminumnya tanpa ada rasa jijik.

Sejak saat itu setiap hari saya menjelajahi internet.

Saya mempelajari semua bentuk sex yang ada di situs-situs itu.

Penis orang negro yang hitam legam dan panjang agak mengerikan bagi saya, tetapi juga membangkitkan birahi saya.

Membayangkan penis hitam panjang itu menembus kemaluan wanita, panas dingin saya membayangkannya. Yang betul-betul baru buat saya adalah anal-sex.

Saya meraba-raba dubur saya dan berpikir apakah tidak menyakitkan.

Tetapi wanita-wanita dengan lubang dubur yang menganga dan tertembus penis itu tampaknya terlihat nikmat nikmat saja.

Tetapi yang paling membangkitkan birahi saya adalah persetubuhan orang Jepang.

Mungkin karena mereka sama-sama orang Asia, jadi tampak lebih real dibandingkan dengan wanita kulit putih.

Dan mungkin ada kesan surprise juga bagi saya, bahwa orang-orang Jepang yang tampak sopan itu dapat begitu bernafsu di dalam sex.

Saya memang bukan orang keturunan Chinese, tetapi kulit saya cukup putih untuk ukuran orang Indonesia.

Jadi saya melihat semacam ada kesamaan antara diri saya dengan wanita Jepang itu walau tentunya kulit saya tidak seputih mereka.

Yang agak surprise adalah rambut kemaluan wanita wanita Jepang yang cenderung hitam lebat, tidak dicukur seperti kebanyakan orang kulit putih.

Wanita Jepang juga memiliki kulit kemaluan, bibir-bibir memek yang berwarna gelap kecoklatan, mirip seperti kemaluan saya sendiri (Ya Allah, saya sampai menuliskan hal-hal seperti ini, ampun ya Allah).

Saya juga mendapatkan suatu situs (kalau tidak salah dari www.cersex.com) di mana wanita-wanita muda Jepang mengisap penis hingga muncrat dan air mani yang sangat banyak berleleran di mukanya yang berkulit putih.

Saya selalu panas dingin melihat itu, dan tanpa sadar saya membayangkan lagi penis kecil Tony yang tegang dan memuncratkan air maninya.

Kehidupan sex internet yang paling memabukkan saya adalah cerita-cerita nafsu di dan melebihi segala suguhan gambar sex yang ada.

Saya sangat terangsang membaca cerita-cerita menakjubkan itu. Tidak saya sangka bahwa kehidupan sex orang-orang Indonesia dapat seliar dan juga seindah itu. Yang paling merangsang dan membuat saya agak histeris adalah cerita sex antara orang yang masih sedarah, seperti antara tante dengan keponakan, antara sepupu, saudara ipar, atau malah antara anak dan mertua. Mungkin ini karena perasaan saya terhadap Tony anak saya.

Di situs lain, saya pernah membaca cerita sexual antara anak dengan ibunya. Saya sampai menangis membaca cerita itu, tetapi juga sekaligus merasakan birahi yang luar biasa.

Ini tidak berarti bahwa saya berniat menyetubuhi anak saya sendiri, saya takut atas dosanya.

Namun tidak dapat saya pungkiri, bahwa saya terkadang membayangkan kontol Tony yang sangat kaku itu masuk ke dalam memek saya.

Saya selalu mohon ampun di tiap doa dan sembahyang, tetapi pada saat sama saya juga tak berdaya. Saya mulai membayangkan laki-laki dari keluarga dekat saya, ipar-ipar saya.

Saya kira kejadian berikutnya yang akan saya ceritakan adalah takdir yang tidak dapat saya hindarkan. Saya begitu lemah dari godaan setan dan sangat menikmati apa yang saya perbuat.

Kejadian itu adalah pada sore hari sekitar jam setengah empat, beberapa minggu setelah kejadian saya memergoki Tony beronani, kalau tidak salah dua atau tiga hari menjelang bulan puasa Ramadhan.

Saya baru saja selesai Ashar. Sebelumnya saya baru menutup internet, membaca cerita-cerita di Dengan shalat saya merasa agak tenang.

Pada saat shalat itu akan selesai, saya mendengar ada ketukan pintu, ada tamu. Apa boleh buat, si tamu harus menunggu saya selesai.

Sesudah selesai shalat saya intip dari dalam, ternyata dia adalah Budi. Ia adalah suami dari ipar (adik suami) saya. Saya sangat dekat dengan Dian, istri Budi. Saya juga mempunyai hubungan baik dengan Budi. Ia berumur kira-kira 36 tahun, berwajah tampan dengan kulit putih dan kuakui lebih tampan dari suami saya. Perawakannya tidak tinggi, hanya sekitar 164 cm, hampir sama dengan tinggi saya. Dia bekerja di instansi yang sama dengan suami saya (mungkin hasil kkn ya ?)

Melihat Budi di luar saya jadi agak terburu-buru.

Biasanya saya menemui orang yang bukan suami dan anak (atau wanita) selalu dengan mengenakan pakaian wanita rapi dan tertutup rapat.

Karena terburu-buru dan tanpa saya sadari, saya hanya mengenakan baju tidur berkain halus warna putih sebatas lutut berlengan pendek dengan kancing-kancing di depan.

Untung saya masih sempat mengenakan secarik kain selendang warna hitam untuk menutup kepala, bukan jilbab, tetapi seperti selendang tradisional yang diselempangkan di kepala hanya untuk menutup rambut.

Leher saya terbuka dan telinga saya terlihat jelas. Apa boleh buat saya tidak dapat membiarkan Budi menunggu saya didepan rumah terlalu lama.

Saya membuka pintu.

Budi tersenyum melihat saya walaupun saya tahu dia agak heran melihat saya tidak berpakaian seperti biasanya.

“Apa kabar kak Win”, sapanya, “Saya membawakan titipan pakaian dari Dian, untuk Sandy “.

“Eh, ayo masuk Bud, baru dari kantor ya ?”, dan saya persilakan dia masuk.

Saya lalu mengambil barang yang dibawa Budi dan meletakkannya di meja makan.

Meja makan terletak di ruang tengah tidak jauh dari meja komputer.

Ruang tengah berhubungan langsung tanpa pembatas dengan ruang tamu di bagian depan dan dapur di bagian kiri. Dapur dapat terlihat jelas dari ruang tamu.

Sambil duduk di sofa ruang tamu, Budi mengatakan “Saya tadi ketemu kak Kamal di kantor katanya baru pulang jam enam nanti”.

Kamal adalah suami saya. “Mana anak-anak, Win ?”, kata Budi lagi.

“Tony sedang main ke rumah teman dari siang tadi dan katanya mungkin baru pulang agak malam” kata saya.

Tiba-tiba saya menyadari bahwa kami hanya berdua saja.

Terus terang, Budi dan Dian adalah kerabat yang paling saya sukai karena perangai mereka berdua yang sopan dan terbuka.

Saya duduk di sofa di seberang agak ke samping dari kursi sofa yang diduduki Budi.

Pada saat saya mulai duduk saya baru menyadari agak sulit untuk duduk dengan rapi dan tertutup dengan pakaian yang saya kenakan.

Posisi alas duduk sofa cukup rendah sehingga pada saat duduk lutut terasa tinggi dibandingkan dengan pantat.

Jadi bagian bawah paha saya agak terangkat sedikit dan agak sulit tertutup sempurna dengan pakaian seperti yang saya kenakan dan pada saat duduk ujung pakaian tertarik sedikit ke atas lutut. Budi tampak agak terkesiap melihat saya.


Sekilas ia melirik ke lutut dan paha saya yang memang putih dan tidak pernah kena sinar matahari (saya selalu berpakaian muslim ke luar rumah).

Saya agak malu dan canggung (saya kira Budi juga tampak agak canggung). Tetapi kami sudah bukan remaja lagi dan dapat menguasai diri.

“Apa kabar Dian, Bud”, tanya saya.

“Dian beberapa hari ini kurang sehat, kira-kira sudah semingguan lah”, kata Budi.

“Bagaimana Tony, Win ?, apa enggak ada pelajaran yang tertinggal ?”, Budi balik bertanya.

“Yah, si Tony sudah mulai oke koq dengan pelajarannya. Mudah-mudahan saja sih prestasinya terus-terusan bagus”, saya jawab.

Tiba-tiba Budi bilang ” Wah, kayak-kayaknya Tony semakin getol main komputernya yah Win, kan sudah hampir SMA”.

Deg perasaan saya, semua pengalaman internet jadi terbayang kembali. Terutama terbayang pada Tony saat ia beronani di depan komputernya.

“Eh, kenapa kak Win, koq kaya seperti orang bingung sih ?”, Budi melihat perubahan sikap saya.

“Ah, tidak apa-apa kok. Tapi si Tony memang sering sekali main komputer.” kata saya. Saya mendadak merasakan keberduaan yang mendalam di ruangan itu.

Saya merasa semakin canggung dan ada perasaan berdebar. Untuk menghindar dari perasaan itu saya menawarkan minum pada Budi, “Wah lupa, kamu mau minum apa Bud ?”.

“Kalau tidak merepotkan, saya minta kopi saja deh”, kata Budi. Saya tahu, Budi memang paling suka minum kopi.

Saya bangkit berdiri dari sofa. Tanpa saya sengaja, paha dan kaki saya sedikit terbuka pada saat saya bangun berdiri.

Walaupun sekilas, saya melihat pandangan mata Budi melirik lagi ke paha saya, dan tampak agak gugup. Apakah dia sempat melihat bagian dalam paha saya, pikir saya di dalam hati.

“Tunggu sebentar ya..”, kata saya ke Budi. Sebelum membuat kopi untuk Budi, saya ke kamar tidur dulu untuk menengok Sandy.

Sambil menuju ke kamar saya melirik sebentar ke arah Budi. Budi tampak tertunduk tetapi tampak ia mencuri pandang ke arah saya.

Saya tersadar bahwa penampilan pakaian saya yang tidak biasanya telah menarik perhatiannya.

Terutama sekali mungkin karena posisi duduk saya tadi yang sedikit menyingkap bagian bawah pakaian saya.

Saya yang terbiasa berpakaian muslim tertutup rapat, ternyata dengan pakaian seperti ini, yang sebenarnya masih terbilang sopan, telah mengganggu dan menggugah (sepertinya) perhatian Budi.

Menyadari ini saya merasa berdebar-debar kembali, dan tubuh saya terasa seperti dialiri perasaan hangat.

Anak saya Sandy masih tertidur nyenyak dengan damainya. Tanpa sengaja saya melihat cermin lemari pakaian dan menyaksikan penampilan saya di kaca yang membuat saya terkesiap. Ternyata pakaian yang saya kenakan tidak dapat menyembunyikan pola pakaian dalam (bra dan celana dalam) yang saya kenakan. Celana dalam yang saya pakai terbuat dari bahan (agak tipis) berwarna putih sedangkan kutangnya berwarna hitam. Karena pakaian yang saya kenakan berwarna putih dan terbuat dari bahan yang agak halus maka celana dalam dan bh tadi tampak terbayang dari luar.

Ya ampun ., saya tidak menyadari, dan tentunya Budi dapat melihat dengan leluasa. Saya menjadi merasa agak jengah.

Tetapi entah mengapa ada perasaan lain yang muncul, saya merasa sexy dan ada perasaan puas bahwa Budi memperhatikan penampilan saya yang sudah cukup umur ini.

Tubuh saya tampak masih ramping dengan kulit yang putih. Kecuali bagian perut saya tampak ada sedikit berlemak.

Budi yang saya anggap sopan dan ramah itu ternyata memperhatikan tubuh dan penampilan saya yang sebetulnya sudah tidak muda lagi.

Saya merasa nakal dan tiba-tiba perasaan birahi itu muncul sedikit demi sedikit.

Bayang-bayang persetubuhan dan sex di internet melingkupi saya. Oh., bagaimana ini.. Aduh ., birahi ini, apa yang harus dilakukan.

Saya jadi tidak bisa berpikir lurus.

Saya berusaha menenangkan diri tetapi tidak berhasil.

Akhirnya saya putuskan, saya akan melakukan sedikit permainan, dan kita lihat saja apa nanti yang akan terjadi.

Saya merasa jatuh ke dalam takdir. Dengan dada berdebar, perasaan malu, perasaan nakal, dan tangan agak gemetar, saya membuka kancing baju saya yang paling bawah.

Bagian bawah dari baju saya sekarang tersibak hingga 15 cm di atas lutut. Mungkin bukan seberapa, tetapi bagi saya sudah lebih dari cukup untuk merasakan kenakalan birahi.

Satu lagi kancing baju yang paling atas saya buka sehingga bagian atas yang mulai menggunduk dari susu saya mulai terlihat.

Payudara saya tidak besar, berukuran sedang-sedang saja. Sambil berdebar-debar saya keluar kamar menuju dapur.

“Wah maaf ya Bud, agak lama, sekarang saya buat dulu kopinya.” kata saya.

Saya dapat merasakan Budi memandang saya dengan perhatian yang lebih walaupun tetap sangat sopan.

Ia tersenyum, tetapi lagi-lagi pandangannya menyambar bagian bawah tubuh saya.

Saya tahu bahwa untuk setiap langkah saya, pakaian bawah saya tersibak, sehingga ia dapat melihat bagian paha saya yang mulai sangat memutih, kira-kira 20 cm di atas lutut.

Saya merasa sangat sexy dan nakal, dibarengi dengan birahi.

Saat itu saya tidak ingat lagi akan suami dan anak. Pikiran saya sudah mulai diselimuti oleh nafsu berahi.

Saya berpikir untuk menggoda Budi.

Saya membuka lemari dapur dan membungkuk untuk mengambil tempat kopi dan gula.

Saya sengaja membungkukkan pinggang ke depan dengan menjaga kaki tetap lurus.

Baju saya bagian belakang tertarik ke atas sekitar 20 cm di atas lipatan lutut dan celana dalam tercetak pada baju karena ketatnya.

Saya dapat merasakan Budi memandangi tubuh saya terutama pantat dan paha saya.

Kepuasan melanda saya yang dapat menarik perhatian Budi. Saya merasa Budi selalu melirik-lirik saya ke dapur selama saya menyiapkan kopi.

Secangkir kopi yang masih panas saya bawa ke ruang tamu.

Tepat di depan sofa ada meja pendek untuk meletakkan penganan kecil atau pun minuman. Saya berjongkok persis di seberang Budi untuk meletakkan kopi.

Saya berjongkok dengan satu lutut di lantai sehingga posisi kaki agak terbuka.

Samar-samar saya mendengar Budi mendesis.

Sambil meletakkan kopi saya lirik dia, dan ternyata ia mencuri pandang ke arah paha-paha saya.

Saya yakin ia dapat melihat nyaris ke pangkal paha saya yang tertutup celana dalam putih. Sambil berjongkok seperti itu saya ajak dia ngobrol.

“Ayo di minum kopinya Bud, nanti keburu dingin”, kata saya.

“Oh, ya, ya, terima kasih”, kata Budi sambil mengambil kopi yang memang masih panas, sambil kembali pandangannya menyambar ke arah bagian dalam paha saya.

“Apa tidak berbahaya terlalu banyak minum kopi, nanti ginjalnya kena”, tanya saya untuk mengisi pembicaraan.

“Memang sih, tetapi saya sudah kebiasaan”, kata Budi. Sekitar tiga menitan saya ngobrol dengan Budi membicarakan masalah kopi, sambil tetap menjaga posisi saya.

Saya lihat Budi mulai gelisah dan mukanya agak pucat. Apakah ia terangsang, tanya saya dalam hati.

Saya kemudian bangkit dan duduk di sofa di tempat semula saya duduk.

Saya duduk dengan menyilangkan kaki dan menumpangkan paha yang satu ke atas paha yang lain. Saya melihat lagi Budi sekilas melirik ke bagian tubuh saya .

“Hemmhhh ..”, saya mendengar Budi menghela napas.

Bagian bawah baju saya tertarik jauh ke atas hingga setengah paha, dan saya yakin Budi dapat melihat paha saya yang terangkat (di atas paha yang lain) hingga dekat ke pantat saya.

Kami terdiam beberapa saat.

Secara perlahan saya merasakan memek saya mulai berdenyut.

Suasana ini membuat saya mulai terangsang.

Pandangan saya tanpa terasa menyaksikan sesuatu yang mengguncang dada. Saya melihat mulai ada tonjolan di celana Budi di bagian dekat pangkal paha.

Dada saya berdebar-debar dan darah terasa mendesir. Saya tidak sanggup mengalihkan pandangan saya dari paha Budi.

Astaga, tonjolan itu semakin nyata dan membesar hingga tercetaklah bentuk seperti batang pipa. Oh., ukuran tonjolan itu membuat saya mengejang.

Saya merasa malu tetapi juga dicengkeram perasaan birahi.

Muka saya terasa memerah. Saya yakin Budi pasti menyaksikan saya memandangi tonjolan kontolnya.

Untuk memecahkan suasana diam saya berusaha mencari omongan.

Sebelumnya saya agak menyandar pada sofa dan menurunkan kaki saya dari kaki yang lain.

Sekarang saya duduk biasa dengan paha sejajar agak terbuka. Bagian bawah baju saya tertarik ke atas.

“Ehhheeehh”, terdengar desah Budi. Kini ia dapat melirik dan menyaksikan dengan leluasa kedua belah paha saya hingga bagian atas.

Sebagai seorang ibu yang sudah beranak, paha saya cukup berisi dengan sedikit lemak dan berwarna putih.

Budi seolah tidak dapat mengalihkan pandangannya dari paha saya. Ohhhh .., saya lihat tonjolan di celananya tampak berdenyut.

Saya merasakan nafsu yang menggejolak dan pumya keinginan untuk meremas tonjolan itu.

“Eh .. Bud, kenapa kamu? Kamu kok kayaknya pucat lho”, astaga suara saya terdengar gemetar.

“Ah.., kak Win .., enggak … apa-apa kok”, suara Budi terputus-putus, wajahnya agak tersipu, merah dan tampak pucat.

“Itu kok ada tonjolan, memangnya kamu kenapa?”, kata saya sambil menggangukkan kepala ke tonjolan di celananya. Ahh, saya malu sekali waktu mengucapkan itu, tapi nafsu saya mengalahkan semua pikiran normal.

“Ehh.., euuuh., oh yahh ., ini lho, penampilan kak WIN beda sekali dengan biasanya” kata Budi jujur sambil terbata-bata. Saya paksakan diri untuk mengatakan

“Apa Budi tertarik . terangsang .. melihat kak Win?”.

“Ahh, saya nggak bisa bohong, penampilan kak Win .. eh . tidak biasanya. Kak Win mesti sudah bisa lihat kalau saya terangsang. Kita kan sudah bukan anak kecil lagi” kata Budi.

Tiba-tiba saja Budi berdiri dan duduk di sebelah saya. “Kak Win, . eh saya mohon mohon maaf, tapi saya tidak sanggup menahan perasaan.

Kak Win jangan marah … ” begitu saja meluncur kata-kata itu dari Budi. Ia mengucapkan dengan sangat perasaan dan sopan.

Saya terlongong-longong saja mendengar kata – katanya.

“Ahh .. Bud .”, hanya itu kata yang terucap dari mulut saya.

Dengan beraninya Budi mulai memegang tangan kanan saya dan mengusap-usapnya dengan lembut.

Diangkatnya tangan saya dan diciumi dengan lembut.

Dan yang menggairahkan saya, jari-jari tangan saya dijilat dan dihisapnya.

Saya terbuai dan terangsang oleh perbuatannya.

Tiba-tiba saja diletakkannya tangan saya tepat di atas kontolnya yang menonjol.

Tangan saya terasa mengejang menyentuh benda yang keras dan liat tersebut.

Terasa kontol Budi bergerak-gerak menggeliat akibat sentuhan dan remasan tangan saya.

“Eehhmm.” Budi mendesah. Tanpa terasa saya mulai meremas-remas tonjolan itu, dan kontol batang Budi terasa semakin bergerak-gerak.

“Oooh kak Win, eeehhhmmm … ohhgg, nikmaat sekali .”, Budi mengerang.

“Eeehhh . jangan terlalu keras kak meremasnya, ahh .. diusap-usap saja, saya takut tidak kuat nahannya”, bisik Budi dengan suara gemetar.

Budi mulai membelai kepala saya dengan kedua tangannya. “Kak Win lehernya putih sekali”, katanya lagi.

Saya merasa senang mendengar ucapannya. Dibelainya rambut saya dengan lembut sambil menatap muka saya.

Saya bergetar memandang tatapannya dan tidak mampu melawan pandangannya. Budi mulai menciumi pipi saya.

Dikecupnya kedua mata saya mesra.

Digesek-gesekkannya hidungnya ke hidung saya ke bibir saya berlama-lama bergantian.

Saat itu tidak hanya birahi yang melanda saya .. tetapi juga perasaan sayang yang muncul.

Ditempelkannya bibirnya ke bibir saya dan digesek-gesekkan.

Rasa geli dan panas terasa menjalar merambat dari bibir saya ke seluruh tubuh dan bermuara ke daerah selangkangan.

Saya benar-benar terbuai. Saya tidak lagi mengusap-usap kontolnya dari balik celana, tetapi kedua lengan saya sudah melingkari lehernya tanpa sadar.

Mata saya terpejam erat-erat menikmati cumbuannya.

Tiba-tiba terasa lidahnya menerobos masuk mulut saya dan dijulurkannya menyentuh ujung lidah saya. Dijilatinya lidah saya dengan lidahnya.

“Eenggghh ..” Tanpa sadar saya menjulurkan lidah saya juga.

Kini kami saling menjilat dan napas saya tersengal-sengal menikmati kelezatan rangsangan pada mulut saya.

Air ludah saya yang mengalir dijilati oleh Budi. Seperti orang kehausan, ia menjilati lidah dan daerah bibir saya.

“Aaauungghh .. ooohhhh…”, saya mulai mengerang-erang.

Napas Budi juga terdengar memburu, “Heeeghh… hhnghh”, ia mulai mendesah-desah. Muka kami sekarang berlepotan ludah, bau ludah tercium tetapi sangat saya nikmati.

Dikenyot-kenyotnya lidah saya kini sambil menjelajahkan lidahnya di rongga mulut saya.

Saya membuka mulut saya selebar-lebarnya untuk memudahkan Budi.

Sekali-kali ia menghirup cairan ludah saya.

Saya tidak menyangka, laki-laki yang sehari-hari tampak sopan ini sangat menggila di dalam sex.

Dijilat-jilatnya juga leher saya. Sekali-kali leher saya digigit-gigit. Ohhh .., alangkah nikmatnya, saya sangat menikmati yang ia lakukan pada saya.

Tiba-tiba Budi menghentikan aktivitasnya, “Kak Win, pakaiannya saya buka yaahh”.

Tanpa menunggu jawaban saya, ia mulai membuka kancing-kancing baju dari atas hingga ke bawah. Dilepaskannya baju saya.

Sekarang saya tergolek bersandar di sofa hanya dengan BH dan celana dalam saja beralaskan baju yang sudah terlepas.

“Indah sekali badan kak Win. Putih sekali”, katanya. Diusap-usapnya perut saya.

“Ahh, kak Win sudah tua dan tidak langsing lagi kok Bud”, kata saya agak sedikit malu, karena perut saya sudah agak gemuk dan mulai membusung dengan adanya lemak-lemak.

Tetapi Budi tampak tidak perduli.

Diciumnya lembut perut saya dan dijilatnya sedikit pusar saya.

Rasa geli dan nikmat menjalar dari pusar dan kembali bermuara di daerah kemaluan saya.

Budi mengalihkan perhatiannya ke susu saya.

Diusap-usapnya susu saya dari balik BH.

Perasaan geli tetapi nyaman terasa pada susu saya.

Tanpa diminta saya buka BH saya.

Kini kedua susu saya terpampang tanpa penutup.

Bayu memandangi kedua gundukan di dada saya dengan muka serius.

Susu saya tidaklah besar dan kini sudah agak menggantung dengan pentil berwarna coklat muda.

Kemudian ia mulai membelai-belai kedua susu saya.

Merinding nikmat terasa susu saya.

Semakin lama belaiannya berubah menjadi pijitan-pijitan penuh nafsu. Kenikmatan terasa menerjang kedua susu saya.

Saya mengerang-erang menahan rasa nikmat ini. Kini dijilatinya pentil susu yang sebelah kanan.

Tidak puas dengan itu dikenyotnya pentil tadi dalam-dalam sambil meremas-remas susu.

Saya tidak dapat menahan nikmat dan tanpa terasa tubuh saya menggeliat-geliat liar.

Cairan terasa merembes keluar memek saya dan membasahi celana dalam yang saya kenakan.

Kini Budi berpindah ke susu dan pentil saya yang sebelah kiri dan melakukan hal yang sama.

Dikenyutnya pentil saya sambil digigit-gigit, dan diremas-remasnya pula kedua susu saya.

Perasaan nikmat membakar susu saya dan semakin lama rasa nikmat itu menjalar ke lubang memek saya.

Memek saya terasa basah kuyup oleh cairan yang keluar.

Saya mengerang-erang dan mengaduh-aduh menahan nikmat, “Oooohh Buuuud..”.

Tangan Budi sekarang menjalar ke bagian celana dalam saya.

“Ahhh, kak Win celananya sudah basah sekali”, kata Budi. “Enghh, iya Buud.., kak Win sudah sangat terangsang, ooohhh, nikmat sekali”, kata saya.

Tepat di bagian depan memek saya, jari-jarinya membelai-belai bibir memek melalui celana dalam.

Rasa geli bercampur nimat yang luar biasa menerjang memek saya.

Saya tidak dapat menahan rasa nikmat ini, dan mengerang -erang, kemudian Budi menarik dan melepas celana saya.

Kini saya tergeletak menyandar di sofa tanpa busana sama sekali.

“Ohh, indah sekali”, kata Budi.

Diusap-usapnya rambut jembut saya yang hitam lebat.

“Lebat sekali kak, sangat merangsang”, kata Budi.

Dibukanya kedua belah paha saya, dan didorong hingga lutut saya menempel di perut dan dada.

Bibir-bibir memek saya kini terbuka lebar dan dapat saya rasakan lubang memek saya terbuka.

Saya merasa ada cairan merembes keluar dari dalam lubang memek. Saya sudah sangat terangsang.

Tiba-tiba saja Budi berlutut di lantai dan ohhhhh, diciumnya memek saya.

“Ahh, jangan Bud, malu…, di situ kan bau”, kata saya kagok.

“Bau nikmat kak”, kata Budi tidak perduli. Dijilatinya memek saya. Perasaan nikmat menyerbu daerah selangkangan saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa lagi dan hanya menikmati yang dia lakukan. Dijilatinya kelentit saya, dan sekali-sekali dijulurkannya lidahnya masuk ke lubang memek yang sudah sangat basah itu. Ujung lidah Budi keluar masuk lubang kenikmatan saya, kemudian berpindah ke kelentit, terus berganti-ganti.

Tangan Budi meremas-remas susu saya dengan bernafsu. Slerp, slerp .., bunyi lidah dan mulutnya di memek saya. Kenikmatan semakin memuncak di memek saya, dan terasa menembus masuk hingga ke perut dan otak saya. Saya tidak mampu lagi menahannya. Kedua kaki saya mengejang-ngejang, saya menjepit kepala Budi dengan tangan dan saya tarik sekuat-kuatnya ke memek saya. Saya gosok-gosokkan mukanya ke memek saya. “Oooh, Buuud, kak Win keluar, ooooohhh …, nikmat sekali, oohhhh” saya menjerit dan mengerang tanpa saya tahan lagi.

Rasa nikmat yang tajam seolah menusuk-nusuk memek dan menjalar ke seluruh tubuh. Terpaan nikmat itu melanda, dan tubuh saya terasa mengejang beberapa saat. Sesudah kenikmatan itu lewat, tubuh saya terasa lemah tetapi lega dan ringan. Kaki saya terjuntai lemah. Budi sudah berdiri. Ia kini melepas seluruh bajunya. Celana panjang dipelorotkannya ke bawah dan dilepas bersama dengan celana dalamnya.

Oohhhhh, tampak pemandangan yang luar biasa. Budi ternyata memiliki kontol yang besar, tidak sesuai dengan badannya yang sedang-sedang ukurannya.

Kontol itu berwarna coklat kemerahan. Suami saya bertubuh lebih besar dari Budi, tetapi kontol Budi ternyata luar biasa.

Astaga, ia mengocok-kocok kontol itu yang berdiri kaku dan terlihat mengkedut – kedut.

Kepala kontolnya tampak basah karena cairan dari lubang kencingnya.

Tanpa saya sadari, tangan saya menjulur maju dan membelai kontol itu. Ogghhh besarnya, dan alangkah kerasnya.

Saya remas kepalanya, oohhhh .. Keras sekali, saya peras-peras kepalanya. Budi mengejang-ngejang dan keluar cairan bening menetes-netes dari lubang di kepala kontolnya.

“Ahhhhh, jangan kak Win, saya nggak tahan, nanti saya muncrat keluar”, bisiknya sambil mengerang.

“Saya mau keluarkan di dalam memek kak Win saja, boleh yahhh Kak ?”, kata Budi lagi.

“Ahh, iya, Buud .., cepetan masukin ke memek kak Win, ayoohh”, kata saya. Kontol yang keras itu saya tarik dan tempelkan persis di depan lubang memek saya yang basah kuyup oleh cairan memek dan ludah Budi. Tidak sabar saya rangkul pantat Budi, saya jepit pula dengan kedua kaki saya, dan saya paksa tekan pinggulnya.

Ahhhhh, lubang memek saya terasa terdesak oleh benda yang sangat besar, ohhhh dinding-dinding memek saya terasa meregang.

Kenikmatan mendera memek saya kembali.

Kontol itu terus masuk menembus sedalam-dalamnya.

Dasar lubang memek saya sudah tercapai, tetapi kontol itu masih lebih panjang lagi. Belum pernah saya merasakan sensasi kenikmatan seperti ini.

Saya hanya tergolek menikmati kebesaran kontol itu.

Budi mulai meremas-remas susu saya dengan kedua tangannya.

Tiba-tiba kontol itu mengenjot memek saya keluar masuk dengan cepatnya.

Saya tidak mampu menahannya lagi, orgasme kembali melanda, sementara kontol itu tetap keluar masuk dipompa dengan cepat dan bertenaga oleh Budi.

“Aduuuhh, Buud, nikmat sekali.., aku nggak kuat lagi ..”. Saya merengek-rengek karena nikmatnya.

“Hheehhhheh, sebentar lagi saya keluaaaar kaak ..”, kata Budi. Kocokannya semakin menjadi-jadi.

Tiba-tiba terasa tubuhnya menegang. “Ahhhuuuggh, saya keluar kaaaak .”, erang Budi tertahan-tahan.

Kontol Budi terbernam sedalam-dalamnya. Crut .. cruutt . crutt, saya merasakan ada cairan hangat menyemprot jauh di dalam memek saya seolah tanpa henti.

Budi memeluk saya erat-erat sambil menyemprotkan cairan maninya didalam memekku. Mukanya tampak menegang menahan kenikmatan.

Ada sekitar satu menit ia meregang nikmat sambil memeluk saya.

Sesudah itu Budi menghela napas panjang.

“Saya tidak tahu apakah saya menyesal atau tidak, … tapi yang tadi sangat nikmat.

Terima kasih kak Win”.

Diciuminya muka saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa.

Air mata saya menetes keluar. Saya sangat menyesali yang telah terjadi, tetapi saya juga menikmatinya sangat mendalam.

Saat itu saya juga merasakan penyesalan Budi. Saya tahu ia sangat menyayangi Dian istrinya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur.

Sejak kejadian itu, kami hanya pernah mengulangi berzina satu kali.

Itu kami lakukan kira-kira di minggu ketiga bulan puasa,

pada malam hari. Yang kedua itu kami melakukannya juga dengan menggebu-gebu.

Sejak itu kami tidak pernah melakukannya lagi hingga kini.

Kami masih sering bertemu, dan berpandangan penuh arti.

Tetapi kami tidak pernah sungguh-sungguh untuk mencari kesempatan melakukannya. Budi sangat sibuk dan saya harus mengurusi Ilham yang masih kecil.

TAMAT