Saturday, March 20, 2021

Home » » Kumpulan Cerita Dewasa Birahi Liar Di Dalam Keluarga Kami Part 2

Kumpulan Cerita Dewasa Birahi Liar Di Dalam Keluarga Kami Part 2


Kumpulan Cerita Dewasa - Aku pun mulai mempraktekkan pengalamanku dengan Mbak Weni dahulu. Kujilati itil Mama disertai dengan isapan - isapan yang agak kuat, sehingga biji itil Mama jadi tampak agak “mancung”. Mama pun senang dan berkata tersendaty - sendat, “Iya… itilnya isep - isep begitu Sayang… enak sekali… iyaaaaa…

Makin lama Mama makin klepek - klepek.

Sampai akhirnya Mama berkata tersendat - sendat, “Suuu… sudaaaah Sayaaaang… memek mama su… sudah basah sekali… ma… masukin aja kontolmu… sudah becek liang tempik mama niiiiihhhh… “

Kali ini Mama celentang sambil menarik kedua pergelangan kakinya. Sehingga kedua lututnya berada di samping sepasang toket gedenya.

Cepat aku pun meletakkan moncong kontolku di ambang mulut memek Mama. Lalu kudesakkan kontol ngacengku sekuat tenaga. Dan… bleeessssssssssss… langsung amblas sekujur kontolku… bahkan moncongnya langsung menabrak dasar liang memek Mama… !

Kedua lipatan lutut Mama bertumpu di sepasang bahuku, sehingga aku tidak bisa merapatkan dadaku ke sepasang toket Mama. Tapi biarlah, yang penting aku bisa mengentot sepuasnya. Dan kontolku bisa langsung menyundul - nyundul dasar liang memek Mama… !

Wow… ini sesuatu yang baru lagi bagiku. Bahwa dadaku tidak bisa bertempelan dengan sepasang toket Mama, tapi moncong kontolku bisa terus - terusan menggedor dasar liang memek Mama.

Spontan Mama pun mulai merintih - rintih, “Oooo… oooooohhhhh… Booonaaaa… kontolmu panjang sekali Naaaak… terus - terusan menyundul dasar liang memek mama saking panjangnya… tapi ini enak sekali Sayaaaang… ayo entooot teruuussss… entooot terusssss… entoooooottttttt… entooooooooooootttttttttttttttttttt …

Memang enak juga mengentot Mama dalam posisi kedua kaki Mama berada di sepasang bahuku ini. Tapi aku ingin merapatkan dadaku ke toket Mama. Karena itu kusingkirkan kedua kaki Mama dari bahuku, kemudian menghempaskan dadaku ke sepasang otket Mama. Dan langsung kupagut bibir Mama, lalu kami saling lumat dengan lahapnya.

Dalam posisi yang paling klasik ini aku bukan cuma bisa mengentot sambil mencium bibir Mama, tapi juga bisa meremas toketnya yang masih terasa belum kendor. Terkadang aku menjilati leher jenjangnya disertai dengan gigitan - gigitan kecil, sehingga rintihan dan rengekan Mama mulai berlontaran dari mulutnya, “Boonaaaa…

Aaaaaaaah… kamu kok pandai sekali membuat mama keenakan gini Sayaaaang… ayo entoootttt… entooot teruuuussss Bonaaaa… entooot teruuuuussss… ini luar biasa enaknya… kontolmu memang enak sekali… entot teruuussss… entooooooootttttttttt… entoooooottttt… entoooooooooooootttttttttt…

Makin lama entotanku makin menggila. Mama pun tidak berdiam seperti gebog pisang. Pinggulnya mulai bergoyang - goyang erotis, meliuk - liuk dan memutar - mutar. Sehingga kontolku seolah perahu yang sedang diombang - ambingkan oleh ombak di tengah samudera.

Iya… kontolku terasa dibesot - besot oleh liang memek Mama yang licin dan empuk serta hangat ini. Tapi aku tak mau kalah. Kuayun terus kontolku bermaju mundur di dalam liang tempik Mama. Makin lama entotanku makin gencar.

Sehingga pada suatu saat Mama mengerang histeris, “Mama sudah mau lepas Sayaaaang… mau lepas… mau lepas mau lepaaaassssssss… aaaa… aaaa …“

Erangan itunterhenti. Nafasnya pun tertahan, sementara sekujur tubuhnya mengejang tegang… membuatku ingin menikmati indahnya wanita pada waktu orgasme. Kuhentikan dulu entotanku… kubiarkan kontolku menancap di dalam liang memek Mama, tanpa kugerakkan lagi.

Dan… liang sanggama Mama terasa mengejut - ngejut kencang, disusul dengan gerakan yang memutar seperti spiral… dan membasahnya liang kewanitaan ibuku.

Wow… wow wooow… ini indah dan nikmat sekali… !

Tubuh Mama mengejut… lalu terkulai lunglai di dalam pelukan dan ciuman hangatku di bibirnya.

“Aaaaaaaahhh… luar biasa nikmatnya Sayaaaang… “ucap Mama lirih, dengan wajah memucat. Tapi tak lama kemudian wajah cantik Mama tampak berdarah lagi. Bahkan tampak lebih cantik dari biasanya.

Aku pun mulai mengayun kontolku lagi. Bermaju mundur di dalam liang memek Mama yang saudah becek sekali. Sehingga gerakan kontolku menimbulkan bunyi yang craakk crekk… crakkk crekkk… crak crekkk… !

Namun beceknya liang memek Mama malah menambah gairahku untuk mengentotnya habis - habisan.

Mama seolah ingin habis - habisan menguras kejantananku. Selama Mama di Jogja, tiada siang dan malam yang tanpa seks.

Pada hari Selasa, Mama pulang. Setelah memberiku uang yang cukup banyak.

Menurut pengakuan Mama, bisnisnya malah menghasilkan keuntungan yang jauh lebih banyak daripada gaji dan penghasilan tambahan Papa. Karena itu Mama tak peduli lagi pada uang Papa.

Bahkan Mama merasa Papa bukan suaminya lagi. Tapi Mama tidak pernah minta cerai, demi keempat anaknya yang harus sangat disayanginya.

Hari demi hari pun berputar terus. Sampai pada suatu hari …

“Aku sudah dinyatakan lulus Mbak. “

“Ohya?! Syukurlah. Aku ikut merasa seneng dengernya Bon, “sahut Mbak Artini (yang tadinya kupanggil Ibu, tapi dia inginnya dipanggil Mbak saja, karena usianya memang baru 30 tahunan). Lalu ia menjabat tanganku sambil berkata, “Selamat ya Bon. “

Tak sekadar menjabat tanganku. Ibu kos yang janda muda itu pun mencium pipi kanan dan pipi kiriku.

Lalu ia mengajakku duduk berdampingan di atas sofa. Sikapnya benar - benar berubah. Tadinya cuek, sekarang jadi begitu manis dan murah senyum.

“Kapan diwisuda?” tanyanya sambil memegang tanganku.

“Mungkin dua minggu lagi. “

“Setelah diwisuda kamu mau pulang ke rumah orang tuamu?”

“Mungkin begitu Mbak. Kecuali kalau tiba - tiba dapat kerjaan di Jogja atau di Jateng, mungkin aku akan mengurus kerjaan dulu. “

“Nah… aku punya dua macam kejutan untuk meyatakan ikut senengnya setelah mendengar kelulusanmu. “

“Kejutan apa Mbak? Mau dibikinin nasi tumpeng?”

“Hush… ini yang menyangkut masa depanmu Bon. Kejutan pertama, aku punya kakak yang luar biasa kayanya. Tanahnya sampai puluhan hektar. Itu baru di Jateng. Belum lagi di Jabar dan di Jatim. Dia membutuhkan insinyur pertanian yang baru lulus. Ingin yang fresh from college. “

“Wah… aku langsung tertarik Mbak. “

“Kakakku itu tadinya hidup pas - pasan. Tapi setelah menikah dengan duda tajir, rejekinya mengalir terus. Dan setelah suaminya meninggal, semua tanah milik suaminya itu diwariskan pada kakakku, berdasarkan surat wasiat yang dititipkan kepada penasehat hukumnya. Tapi dalam soal pertanian, kakakku itu masih sangat awam.

“Siap Mbak. “

“Dia ngomongnya tiga bulan yang lalu. Tapi kubilang tunggu dulu, karena ada yang kos di rumahku, sebentar lagi juga selesai kuliahnya. Sebentar, aku mau telepon dia ya, “kata Mbak Artini sambil mengambil handphonenya. Lalu kusaksikan dia menelepon kakaknya itu, karena suaranya dikeluarkan dari speaker hapenya :

“Hallo Ar… “

“Hallo Mbak Lies… mahasiswa fakultas pertanian itu sudah lulus Mbak. Tapi dia mau nunggu diwisuda dulu. Nanti akan kuantar ke rumah Mbak. “

“Syukurlah. Mudah - mudahan dia bisa menjadi orang yang tepat untuk mengelola tanah - tanahku Ar. “

“Iya, mudah - mudahan aja. Orangnya sih kujamin jujur dan rajin Mbak. “

“Iya. Tempo hari juga sudah ada beberapa orang yang melamar, tapi kutolak terus. Karena ingat sama janjimu itu Ar. Ohya, memang harus diantar sama kamu Ar. Kalau gak diantaer, bisa nyasar dia nanti. “

“Iya Mbak. Pasti kuantarkan dia. Segitu aja dulu beritanya ya. Paling lambat tiga minggu lagi juga aku sudah ngantarin dia ke rumah Mbak Lies. “

“Iya, iya. Aku tunggu ya Ar. “

Mbak Artini meletakkan handphonenya di atas meja kecil. “Bona dengar sendiri kan?” tanyanya.

“Iya Mbak. Terima kasih. Kejutan pertama itu sangat berarti bagiku, “sahutku, “Nanti begitu selesai diwisuda, aku akan minta Mbak ngantarin ke kakak Mbak Ar itu. Terus… kejutan yang kedua apa Mbak? Penasaran nih… ada kejutan apa lagi…?”

“Kamu masih ingat waktu baru beberapa bulan kos di sini, aku pernah marahin kamu Bon?”

“Yang mana ya? Ooooh… yang waktu aku meluk Mbak dari belakang di ruang makan itu?”

“Iya. Masih ingat kan?”

“Masih Mbak. Soalnya jujur aja, di mataku Mbak sangat seksi dan menggiurkan. Hehehe… maaf ya Mbak. “

“Gak usah minta maaf. Aku juga mengerti apa yang Bona rasakan saat itu. Tapi aku takut konsentrasi Bona sama kuliah jadi pecah. Terus mikirin aku terus. Itu yang aku tidak mau. Karena aku merasa bertanggungjawab juga kepada orang tuamu. Jangan sampai kuliahmu mogok di tengah jalan gara - gara aku. “

“Iya Mbak. “

Tiba - tiba Mbak Artini melingkarkan lengannya di pinggangku sambil berkata setengah berbisik, “Sekarang sih kamu sudah lulus. Kalau kamu masih menyimpan perasaan itu, akan kulayani dengan sepenuh hatiku Bon. “

“Mbak… betul ini?”

“Betul. Sebenarnya sejak aku marahin kamu itu, diam - diam aku jadi mikirin kamu terus Bon. Terus kamu sendiri gimana? Masih punya keinginan untuk berbagi rasa denganku?”

“Masih Mbak. Lelaki itu kan diucapkan dulu, kemudian menjalar ke hati. Saat itui aku pernah bilang aku suka sama Mbak kan? Tapi memang aku juga takut kalau Mbak anggap aku hanya ingin digratiskan saja biaya kosnya. Makanya aku tak pernah ganggu Mbak lagi. “

“Sekarang Bona mandi dulu ya. Terus perhatikan keadaannya. Kalau teman - tgemanmu gak ada atau sudah pada tidur, nyelundup aja ke kamarku. Aku tungguin di sana. Tapi awas, jangan sampai ada yang tau.”

Aku mau bangkit. Tapi Mbak Artini menahanku sambil berkata, “Sebentar… aku ingin mencium bibirmu dulu Bon… emwuaaaaah… emwuuuuuah… “

“Seger Mbak, “ucapku setelah pelukan Mbak Artini terlepas, “Terima kasih… “

Lalu kutinggalkan ruang tamu rumah Mbak Artini itu dengan semangat yang berkobar - kobar di dalam jiwaku. Rumah pribadi Mbak Artini terpisah dari rumah kos. Tiada yang suka masuk ke dalam rumah pribadi itu, kecuali kalau mau bayar uang kos atau dipanggil oleh Mbak Artini.

Kulihat Amran belum pulang. Atau mungkin juga takkan pulang malam ini, karena teman sekamarku itu sudah punya pacar. Kalau malam Sabtu begini, biasanya sampai larut malam dia tidak pulang. Terkadang dia nginap di rumah pacarnya.

Tapi biarlah. Itu bukan urusanku. Yang penting aku harus mandi sebersih mungkin, karena mau melakukan “sesuatu” dengan Mbak Artini yang sudah lama kudambakan itu.


Ya… aku memang sangat tergiur oleh Mbak Artini yang bertubuh tinggi montok itu. Setiap kali melihat dia, diam - diam kontolku selalu ngaceng. Karena membayangkan betapa menggiurkannya tubuh janda muda itu kalau bisa kutelanjangi di dalam kamar tertutup.

Tapi selama ini aku tetap menahan diri, tidak lagi memperlihatkan ketergiuranku pada tubuh seksi dan wajah manisnya.

Lalu… hari ini tampaknya bintangku sedang terang benderang. Aku bukan hanya ditawari lapangan kerja yang menjanjikan, tapi juga ditawari tubuhnya yang selama ini kugilai… !

Sengaja aku mengenakan pakaian lengkap dengan sepatu karet. Agar waktu kembali ke kamarku nanti, tiada yang mencurigaiku.

Setelah di luar terasa aman, tiada seorang teman pun kelihatan, aku berjalan sambil berusaha tidak menimbulkan bunyi langkah.

Aku masuk ke dalam rumah ibu kos lewat pintu samping, tanpa mencopot sepatuku. Karena kalau sepatuku ditinggalkan di luar, takut kelihatan oleh salah seorang teman kosku.

Mbak Artini menyambutku di ambang pintu kamarnya. Dan berkata perlahan, “Pakai sepatu segala? Kayak mau pergi jauh aja. Hihihiii… “

“Waktu ke kembali ke kamarku kan bisa alesan abis lari pagi Mbak, “sahutku, “Maaf ini sepatuku gak ditinggalin di luar, takut kelihatan temen sepatunya. “

“Iya gak apa - apa, “sahut Mbak Artini sambil meraih pergelangan tanganku ke dalam kamarnya.

Saat itu Mbak Artini mengenakan celana legging dan baju kaus serba hitam. Ditutupi dengan sweater berwarna merah.

Setelah menutup dan menguncikan pintu kamarnya, tiba - tiba Mbak Artini melepaskan celana legging hitamnya. Dan… ternyata tidak ada celana dalam di balik celana legging itu. Sehingga aku bisa langsung melihat kemaluannya yang tembem dan sangat bersih dari jembut itu… !

“Sudah lama kamu menginkan ini kan?” tanyanya sambil mengusap - usap tempik plontosnya, dengan senyum dan tatapan yang sangat menggoda… !

Aku langsung berlutut di depan kaki Mbak Artini, “Duuuh Mbak… mimpi apa aku tadi malam ya… tiba - tiba saja apa yang selama ini kukhayalkan menjadi kenyataan. “

Mbak Artini mengusap - usap rambutku sambil berkata, “Sebenarnya aku juga sudah lama sekali mengkhayalkan semua ini. Tapi aku menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya. Dan sekarang adalah waktu yang tepat itu Bon. “

Aku tak mau berbasa - basi lagi. Kuciumi memek tembem yang bentuknya sangat indah itu. Tapi hanya sebentar aku menciumi memek Mbak Artini, karena ia berkata, “Lepasin dulu dong pakaianmu Bon. “

“Siap Mbak, “sahutku sambil berdiri. Lalu kutanggalkan busanaku sehelai demi sehelai. Hanya celana dalam yang kubiarkan masih melekat di tubuhku. Sepatu karet yang sudah kulepaskan, kuletakkan di dekat pintu. Lalu menghampiri Mbak Artini lagi… Mbak Artini yang sudah telanjang bulat… !

Aku terlongong menyaksikan Mbak Artini yang sudah telanjang bulat itu. Tubuhnya tinggi montok, kulitnya putih mulus, wajahnya manis dan menggoda itu.

Aku belum tahu kenapa Mbak Artini bisa menjadi janda. Padahal tubuhnya begitu menggiurkan, dengan bokong dan toket sama - sama gede, dengan wajah manis pula. Lalu kenapa dia bisa bercerai dengan suaminya? Entahlah. Aku tidak perlu menanyakannya. Yang terpenting bagiku sekarang adalah… ingin merasakan nikmatnya menyetubuhi tubuh yang sangat menggiurkan itu…

Tapi tentu saja aku tak boleh bertindak kasar. Aku harus melakukannya dengan step by step.

“Kenapa celana dalamnya gak sekalian dilepasin?” tanya Mbak Artini sambil meraih tanganku agar naik ke atas bednya yang berseprai putih bersih.

Setelah berada di atas bed, kulepaskan celana dalamku.

“Booonaaa… ! Kontolmu gede dan panjang banget… !” Mbak Artini terperanjat setelah melihat kontolku yang memang ukurannya di atas rata - rata ini. Lalu digenggamnya kontolku yang sudah agak tegang tapi belum ngaceng total ini.

“Sejak menjanda, baru sekali ini aku menyentuh kontol lelaki lagi. Sekalinya ketemu kontol lagi… begini gagahnya… kalau dalam pewayangan mungkin kontolmu ini layak disebut kontol Werkudoro alias Bimo. Hihihihi… kebayang… “

“Kebayang apanya Mbak?” tanyaku sambil tersenyum.

“Kebayang enaknya kalau udah dientotin di dalam tempikku. “

“Tapi aku pengen jilatin tempik Mbak dulu. Boleh?” tanyaku.

Mbak Artini tersenyum sambil mengangguk. Lalu menelentang sambil mengusap - usap tempiknya. “Tentu aja boleh, “ucapnya, “Memang harus dijilatin dulu, biar mudah dimasukin kontolmu nanti. “

Melihat Mbak Artini sudah menelentang sambil menepuk - nepuk dan mengusap - usap memeknya, aku pun spontan tengkurap di antara sepasang paha putih mulusnya. Sementara wajahku sudah tepat berada di atas memek Mbak Artini yang luar biasa indahnya itu.

Ya… bentuk memek Mbak Artini memang lain. Sangat cantik kelihatannya, karena selain tembem, labia mayoranya pun tersembunyi di balik ketembeman bagian luarnya.

Aku merasa beruntung mendapatkan Mbak Artini yang sudah lama kuidam - idamkan itu. Dan aku tak menyangka kalau hatinya pun sudah runtuh, tapi sengaja bertahan agar aku konsentrasi ke kuliahku dulu.

Lalu kungangakan pintu masuk ke surga dunia itu dengan kedua tanganku, sehingga bagian dalam memeknya yang berwarna pink itu mulai kelihatan. Dan dengan sangat bernafsu kujilati bagian yang berwarna pink itu.

Mbak Artini pun memegangi kepalaku yang berada di bawah perutnya.

Sejenak kuhentikan jilatanku, untuk berkata, “Tempik Mbak luar biasa. Seperti yang masih perawan. “

“Memang masih perawan. Dan aku sudah memutuskan untuk memberikan keperawananku padamu Bon, “sahutnya sambil mengusap - usap rambutku.

“Haaa? Mbak seorang janda muda tapi masih perawan?” tanyaku kaget.

“Ceritanya panjang. Nanti aja jelasinnya. Sekarang lanjutkan licking-nya, Bon. “

“Iya, “sahutku dengan gairah semakin bergejolak. Kemudian kulanjutkan permainan oralku yang sudah terlatih berkat pengaklamanku dengan Mbak Weni dan Mama.

Kujilati bagian yang berwarna pink itu secara intensif. Tak terkecuali, kucari kelentitnya yang bersembunyi di bagian atas kemaluan wanita 30 tahunan yang mengaku masih perawan itu.

Mbak Artini pun mulai menggeliat - geliat sambil meremas - remas kain seprai putih bersih itu.

Aku belum tau benar tidaknya Mbak Artini itu masih perawan. Karena aku bukan seorang dokter. Sehingga belum bisa memastikan kebenaran pengakuannya itu. Tapi perawan atau tidak, bukan masalah penting bagiku. Yang pentging, aku sudah sangat bernafsu, sehingga aku menjilati memek Mbak Artini dengan sangat bersemangat.

Sampai pada suatu saat terdengar suaranya, “Mungkin sudah cukup basah Bon… masukin aja kontolmu… “

“Iya, “sahutku setelah menjauhkan mulutku dari memek ibu kosku. Kemudian kuambil tissue dari meja di samping bed, untuk menyeka mulutku yang berlepotan air liurku sendiri. Sementara Mbak Artini sudah merenggangkan kedua pahanya lebar - lebar.

Dengan penuh gairah kuletakkan moncong kontolku di mulut memek Mbak Artini yang sudah agak terbuka sedikit itu. Lalu kuarah - arahkan moncong kontolku agar letaknya ngepas.

Kemudian kudorong sekuat tenaga, tapi… malah meleset ke bawah. Kuletakkan lagi moncong kontolku pada posisi yang mungkin lebih tepat. Kemudian kudorong lagi sekuatnya. Lagi - lagi meleset.

Hmmm… gak nyangka akan sesulit ini. Lebih sulit daripada waktu pertama kali mau menyetubuhi Mbak Weni.

Tapi berkat perjuangan dan keuletanku, akhirnya aku berhasil membenamkan kontolku, meski baru sampai lehernya saja.

“Sudah mulai masuk ya, “ucap Mbak Artini sambil merengkuh leherku ke dalam pelukannya. Lalu ia menatapku dengan senyum manis di bibir sensualnya.

“Baru sedikit… sepertinya Mbak memang masih perawan, “sahutku.

“Bukan sepertinya ! Aku memang belum pernah disetubuhi lelaki… ! “ucap Mbak Artini tajam. Sambil mencubit pipiku. “Disumpah juga aku mau. Bahwa aku masih perawan. Dan Bona adalah lelaki pertamaku. “

“Iya maaf… barusan aku salah ngomong… “sahutku sambil bersiap - siap untuk mendorong kontolku lagi, agar masuk lebih dalam.

Lalu kudesakkan kontol ngacengku sekuatnya. Makin jauh membenam ke dalam liang memek Mbak Artini.

Maka mulailah aku mengayun kontolku perlahan - lahan. Dalam gerakan pendek - pendek. Di dalam liang memek ibu kosku yhang luar biasa sempitnya ini.

Namun setelah kuentot secara perlahan dan hati - hati, akhirnya ku berhasil mengentotnya secara normal. Mungkin karena liang memek Mbak Artini sudah menyesuaikan diri dengan ukuran kontolku.

Mbak Artini pun mulai menggeliat - geliat lagi, diiringi oleh rintihan - rintihannya yang terdengar seperti bisikan - bisikan erotis di telingaku.

“Bona… oooh… Booon… ternyata seperti ini rasanya disetubuhi oleh lelalki ini yaaa… oooo… oooooh… Booonaaaa… aku sudah menjadi milikmu, Sayaaaang… “

Itulah pertama kalinya Mbak Artini memanggilku Sayang. Senang hatiku mendengarnya… mendengar ucapan mesra dari perempuan yang sudah lama kugilai ini.

Sambil tetap mengentotnya, kupagut bibir sensualnya ke dalam ciuman dan lumatanku. Dia pun menyambut dengan lumatan yang lebih hangat lagi, sementara tangannya meremas - remas sepasang bahuku.

“Aku juga sayang sekali sama Mbak, “ucapku setelah ciuman kami terlepas.

“Jadi… Mbak sudah lama jatuh hati padaku?” tanyaku tanpa menghentikan entotanku.

“Jatuh cinta… ! Bukan jatuh hati lagi. “

Aku terkejut sehingga lepas kontrol. Dan aku terlalu jauh menarik kontolku, sehingga terlepas dari liang memek Mbak Artini. Tapi pada saat yang sama, aku jadi bisa melihat darah yang bertetesan dari memek Mbak Artini… berjatuhan ke atas seprai. Mungkin ada sekitar 1 sendok teh darah yang bertetesan ke kain seprai putih bersih itu.

Inilah untuk pertama kalinya aku menyetubuhi perawan. Lalu kenapa Mbak Artini mengaku janda tapi masih perawan? Soal itu mungkin nanti dia akan menjelaskannya sendiri. Yang penting sekarang, aku harus memasukkan lagi kontolku yang terlepas dari liang surgawi ibu kosku.

“Gak nyangka… Mbak ternyata masih perawan, “ucapku setelah kontolku terbenam lagi seluruhnya di dalam liang kenikmatan ibu kosku.

“Aku dijodohkan dengan seorang cowok. Aku sih menurut saja pada keinginan orang tua. Lalu aku dinikahkan. Gak taunya cowok itu tidak tertarik pada perempuan. Dia hanya menyukai sesama jenis kelaminnya. “

“Gay maksud Mbak?”

“Iya. Aku sudah berusaha untuk merangsangnya dengan berbagai macam cara. Tapi dia tidak terangsang sedikit pun. Makanya aku minta cerai tiga bulan setelah menikah dengan cowok gay itu. Jadi… aku memang janda, tapi masih perawan. Dan sekarang aku berikan keperawananku kepada orang yang kucintai dan bernama Bona ini.

“Iya Sayaaaang, “aku pun membalas dengan kata sayang. Kemudian kucium bibibrnya sambil mengayun kontolku kembali. Bermaju mundur di dalam liang memek Mbak Artini yang luar biasa sempitnya ini, “Sekarang aku merasakannya… bahwa aku memang mencintaimu Bon… gak tau diri ya… perempuan sudah usia tigapuluh mencintai anak muda…

“Umurku juga sudah menuju duapuluhempat Mbak. Jadi beda usia kita hanya enam tahun, “sahutku sambil menghentikan ayunan kontolku sejenak. “Kalau soal perasaan, pertama kali aku melihat Mbak, aku langsung tergila - gila sama Mbak. Tapi aku tak mau memaksakan diri. Karena takut disangka ingin digratiskan kosku di sini.

“Kata orang… lelaki mengucapkan cintanya dulu, kemudian masuk ke dalam hati. Kalau perempuan dirasa - rasakan dulu di dalam hati. Lalu kalau sudah mengucapkannya, berarti sudah berada di puncak cintanya Bon. “

BERSAMBUNG
Share this games :

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.