Sunday, March 21, 2021

Home » » Kumpulan Cerita Dewasa Birahi Liar Di Dalam Keluarga Kami Last Part

Kumpulan Cerita Dewasa Birahi Liar Di Dalam Keluarga Kami Last Part


Kumpulan Cerita Dewasa - Mama Fience memang eksotis. Hitam manis dengan bibir yang sensual, membangkitkan gairahku untuk sering - sering mencium bibirnya.

Dan ketika aku yang sudah telanjang lagi ini baru naik ke atas bed, Mama Fien menyambutku dengan rangkulan hangatnya, dengan senyum manis di bibir sensualnya.

Aku pun menerkamnya dengan sepenuh gairahku. Menciumi bibir sensualnya sambil meremas toketnya yang tidak sekencang toket Yuniar, tapi masih sangat enak untuk diremas.

Mama Fien pun mendekap pinggangku erat - erat, seolah takut kalau aku menjauh. Namun target utamaku kali ini adalah ingin menjilati memeknya yang masih tampak “terkatup” itu. Masalahnya, aku sudah sering menjilati memek yang putih dan “isian”nya berwarna pink. Dan aku ingin merasakan sejauh apa bedanya dengan memek wanita yang warna kulitnya lebih gelap daripada kulit Yuniar ini.

Maka tak lama kemudian aku melorot turun. Mengemut pentil toketnya sejenak, lalu melorot lagi untuk menjilati pusar perutnya.

Dan akhirnya mulutku sudah berada tepat di atasa memeknya yang berwarna lebih gelap namun masih terkatup rapat. Ketika kedua tanganku mengangakan bibir luar memek Mama Fien, tampak bagian dalamnya seperti merah darah… merah membara yang sangat merangsang birahiku.

Lalu ujung lidahku mulai menjilati bagian yang merah membara itu dengan sepenuh gairah birahiku.

Mama Fien pun mulai menggeliat - geliat sambil meremas - remas kain seprai.

Ini membuatku semakin bergairah, ingin agar mama Fien klepek - klepek, lalu ketagihan dan jadi kompak denganku untuk meluluhkan hati suaminya. Agar menyetujui pernikahan siriku dengan Yuniar.

Jadi, sebenarnya aku melakukan semua ini demi ketenangan Yuniar juga. Agar dia bisa bekerja kembali sebagai manager pelaksana replanting perkebunan di lahan punya Mamie itu.

Dan kini aku sudah fokus untuk menjilati dan menyedot - nyedot itil Mama Fien, membuat wanita hitam manis itu semakin mengeliat - geliat disertai dengan desahan dan rengekan erotisnya, “Aaaa… aaaaah… Booonaaaaa… ini luar biasa enaknya Booon… ternyata kamu jauh lebih pandai daripada papanya Yuniaaar …

Mama Fience sudah bukan perawan lagi. Karena itu aku tak perlu berlama - lama menjilati memeknya. Yang penting mulut memeknya sudah basah.

Maka aku pun meletakkan moncong kontolku di mulut memek ibu tiri Yuniar itu.

Spontan Mama Fience merenggangkan sepasang pahanya. Sehingga aku pun langsung mendorong kontol ngacengkusekuat mungkin. Dan… kontolku mulai amblas ke dalam liang memek ibu tiri Yuniar… blessssssssss… disambut dengan rengkuhan di leher dan ciuman yang nyelepot di bibirku.

Aku pun mulai mengentotnya perlahan - lahan dulu… menimbulkan erangan perlahan dari mulut Mama Fience, “Ooooohhhh… akhirnya bisa juga mama merasakan enaknya kontol sekeras dan segede ini… kontol anak muda yang masih sempurna ngacengnya… entotlah selama mungkin ya Booon… “

Sambil meremas toketnya yang berukuran sedang dan masih sangat kenyal untuk kuremas, aku pun mulai mempercepat entotanku. untuk mulai membuktikan bahwa memek wanita berkulit sawomatang ini legit sekali rasanya.

Mama Fience pun menyambut entotanku dengan goyangan pinggulnya, yang begitu lincah memutar - mutar dan meliuk - liuk. Sehingga kontolku serasa dibesot - besot dan diremas - remas oleh liang memek legitnya.

“Mama… ughhhh… memek Mama legit banget… “ucapku terengah.

“Kontolmu juga luar biasa enaknya… ereksinya sempurna… maklum kontol anak muda… entot teruys Bon… entooooooottttttt… entoooooottttttt… iyaaaaa… iyaaaaaa… baru sekali ini mama merasakan dientot yang begini enaknya Booon… entoooottttt… entooootttttt… “

Goyangan pinggul Mama Fien pun semakin lincah, memutar - mutrar dan meliuk - liuk. terkadang bokongnya menghempas - hempas ke atas kasur, sehingga itilnya seolah disengaja untuk bergesekan dengan badan kontolku. Dan mungkin memang disengaja. Agar bagian yang terpeka di kemaluannya itu senantiasa bergesekan dengan kontolku.

Namuin hal itu membuatnya cepat orgasme.

Ya, baru belasan menit aku mengentot liang memek legit Mama Fien ini, tiba - tiba dia berkelojotan sambil berdesah - desah. Dan… dia mengejang sambil menahan nafasnya, sambil mencengkram sepasang bahuklu dan meremasnya kuat - kuat. Disusul dengan geliat liang memeknya yang sedang berkedut - kedut kencang, pertanda sedang melepaskan lendir libidonya.

Namun aku seolah tak mau memberi ampun padanya. Kontolku tetap kuayun. Maju mundurt dengan gencarnya di dalam liang memek yang sudah becek itu. Sementara Mama Fience terkapar lunglai, sambil memejamkan matanya. Goyangan pinggulnya pun terhenti beberapa saat.

Namun pada suatu saat Mama Fience membuka kelopak matanya. Sepasang mata bundar bening itu pun menatapku sambil menyunggingkan senyum di bibir sensualnya.

“Mama udah orgasme barusan. Tapi kamu belum apa - apa ya. Ayolah mama ladeni. Sekarang udah hilang ngilu - ngilunya, “kata Mama Fience sambil menggeolkan kembali pantatnya, laksana penari perut dari Timur Tengah yang jauh lebih hot daripada penari di negaraku.

Tapi Mama Fience tidak tahu kemampuanku yang sebenarnya. Dia juga tidak tahu bahwa aku akan memamerkan keperkasaanku yang semoga jauh melebihi lelaki mana pun yang pernah menggaulinya.

Aku mengentotnya habis - habisan. Sampai badanku mulai bercucuran keringat. Mamie Fien orgasme dan orgasme lagi, dalam bermnacam - macam posisi, dengan tubuh yang sudah basah oleh keringatnya bercampur aduk dengan keringatku. Namun aku masih teguh mengentot ibu tiri Yuniar itu tanpa ampun.

Sampai pada suatu saat, aku mendengar bunyi denting handphoneku… triiiing… !

Aku tahu bahwa itu bunyi WA dari Yuniar. Karena tone notifications-nya kubedakan dengan WA dari yang lain.

Maka aku pun konsentrasi pada legit dan nikmatnya liang memek Mama Fience meski sudah becek karena sudah berkali - kali orgasme dalam entotanku.

Maka pada suatu saat aku pun mulai tiba di detik - detik krusialku. Dan bertanya, “Lepasin di mana Mam?”

“Udah mau n gecrot? Owhhh… lepasin di dalam aja. Barengion sama mama… ini mama juga udah mau orgasme lagi… ayo barengin Bon… biar nikmat… “

Lalu pinggul Mama Fience pun bergoyang gila - gilaan, untuk menyambut datangnya puncak nikmat yang ingin kami capai secara bersamaan itu.

Ketika puncak nikmat itu kami capai secara bersamaan, kami jadi seperti sepasang manusia yang sedang kerasukan. Mata sama - sama melotot, sambil saling cengkram dan saling remas, seolah ingin saling meremukkan tulang di dalam tuibuh kami.

Lianbg memek Mama Fien berkedut - kedut lagi, disambut dengan tembakan lendir kenikmatan dari moncong kontolku yhang mengejut - ngejut juga… croooooooooottt… crooottttt… croootttttttttt… croooooooooooooootttttttttttttt… crotttt… croooooooooottttt… !

Lalu kami sama - sama terkulai lunglai. Perahu birahi pun terdampar di pantai, bernama pantai kepuasan…

Mama Fien tampak tepar. Seolah tgak peduli lagi apa yang sedang terjadi selanjutnya. Sementara aku sudah sangat penasaran ingin membaca WA dari Yuniar itu.

Setelah mencabut kontolku dari liang memek Mama Fience, bergegas aku menuju kamar mandi setelah mengambil handphoneku dari atas meja kecil di depan sofa.

Di kamar mandi, sambil kencing kubuka WA dari Yuniar itu. Ternyata isinya agak panjang :- Bona Sayang, bagaimana suasananya? Baik - baik aja? Aku punya saran, agar Mama berpihak kepada kita, gauli aja dia Bon. Kalau sudah kamu gauli, pasti dia akan bergabung dengan kita untuk melunakkan hati Papa. Lagian dia sangat dominan menguasai Papa. Apa pun yang dikatakannya kepada Papa nanti, pasti disetujui oleh Papa. Rayu aja dia Bon. Rayu sampai kamu bisa menggaulinya ya Sayang -

Aku tersenyum sendiri. Ternyata Yuniar punya pikiran yang sama denganku. Tapi aku masih berpura - pura bego. Lalu kubalas WA itu dengan :

- Memangnya kamu tidak cemburu kalau aku sampai bisa menggauli Mama? -

Yuniar :-Nggak Bon. Kita kan punya tujuan untuk melicinkan jalan kita ke depannya -

Aku : -Kalau kelak dia ketagihan gimana?-

Yuniar :- Ya kasih aja. Gakpapa. Demi lancarnya rencana kita, aku harus berkorban kan? -

Aku :- Oke deh. Aku akan berusaha merayunya ya. Mudah - mudahan aja dia mau. Kamu mau pulang kapan? -

Yuiniar : - Terserah instruksi darimu. Kapan pun aku siap pulang, asalkan situasinya sudah aman dan terkendali. Hihihihi… kayak polwan aja -

Aku :- Oke, kalau gitu kamu pulang besok pagi aja ya -

Yuniar :- Siap Boss. Selamat ena - ena sama mama tiriku yang item manis itu yaaa. Aku bakal bangga kalau kamuj berhasil mendapatkan Mrs. V Mama. -

Aku tersenyum sendiri. Karena aku berhasil mengelabuinya. Aku seolah - olah belum menyetubuhi Mama Fien. Padahal sejak dua jam yang lalu aku telah membuat Mama Fien klepek - klepek dan membuatnya berkali - kali memekik di puncak orgasmenya.

Dan aku menyuruh Yuniar pulang besok pagi, karena aku punya rencana untuk mengentot Mama Fien menjelang fajar menyingsing nanti…

Tapi ketika aku mendapatkan panggilan dari Tante Tari, aku harus mengesampingkan segalanya. Karena meski pun tidak ada tulisan hitam di atas putih, Tante Tari itu adalah bossku dalam bisnis yang sedang kutekuni sekarang ini.

Karena itu, setelah yakin bahwa di antara Yuniar dan ibu tirinya baik - baik saja, aku pun melarikan mobilku menuju rumah Tante Tari, sambil membawa laporan bulanan dari bank - bank di mana dana Tante Tari kusimpan dan kukembangkan.

Tante Tari senang sekali ketika kuperlihatkan jumlah dana yang mengendap di beberapa bank. Yang nominalnya sudah dua kali nominal saldo awal, yakni ketika Tante Tari menyerahkan semua saldo di 5 bank pilihannya. Berarti dalam setahun aku sudah berhasil meraih 100% keuntungan. Dana Tante Tari sudah jadi dua kali lipat jumlahnya.

“Aku sudah menduga bahwa prestasimu luar biasa. Makanya aku menyerahkan sepenuhnya padamu Bon. Uruslah semuanya, aku sudah seratus persen percaya padamu. Kalau ada keperluan apa - apa, pakailah dana itu. Karena sekarang dana itu sudah milik kita bersama, “kata Tante Tari.

“Iya Tante, “sahutku, “Tapi selama ini Tante kok belum pernah minta duit padaku. Kan Tante juga banyak kebutuhan. “

“Kan aku sudah bilang, bahwa sebelum bercerai, mantan suamiku berjanji untuk tetap mentransfer duit untuk kebutuhanku. Itu akan dilakukannya terus sampai aku menikah lagi. Sampai saat ini aku kan belum menikah secara resmi. Padahal… heheheee… kasitau jangan yaaaa…?”

“Soal apa Tante?” tanyaku heran.

Tante Tari membisiki telingaku, “Kemaren aku memeriksakan diri ke dokter. Hasilnya… aku mulai hamil. Sekarang sudah lima minggu kandungannya. “

“Wooow ! Aku bahagia mendengarnya… ! “seruku sambil menciumi pipi dan bibir Tante Tari.

“Kamu harus makin sayang padaku ya. “

“Tentu aja. “

“Meski pun sudah kawin dengan Vivi, kamu harus tetap sayang padaku ya. Meski pun Vivi itu cantik sekali. Pasti aku kalah cantik kalau dibandingkan dengan dia sih. “

“Sebentar dulu… Vivi itu siapa? Kok Tante tiba - tiba bicara soal dia mau menikah denganku segala?” tanyaku bingung.

“Lho… memangnya mamiemu belum pernah bicara soal Vivi sama kamu?”

“Belum. Siapa sih Vivi itu Tan?”

“Tante Surtini yang tinggal di Semarang itu sudah kenal kan?”

“Sudah. Tante Surtini sih sudah kenal waktu dia bertamu ke rumah Mamie. “

“Sama Tante Haryati yang tinggal di Surabaya sudah kenal?”

“Belum. Belum pernah ketemu sama Tante Haryati sih. Nanti kapan - kapan aku dan Mamie mau maen ke rumahnya di Surabaya, supaya aku kenal dengan semua adik Mamie. Nanti dulu… kenapa Tante langsung bicara soal Tante Surtini dan Tante Haryati?”

“Vivi itu anak Tante Surtini. Cantik sekali anaknya Bon. Takkan kecewa deh kamu dijodohkan dengan anak Tante Surtini itu. Tapi Vivi masih sekolah, baru naik ke kelas tiga SMA. Umurnya juga baru tujuhbelas tahun. Kalau pun kamu bersedia dijodohkan dengannya, kamu harus mau menunggu dulu sekitar setahun.

Aku sering ngomong kepada Yuniar dan ibu tirinya bahwa aku sudah dijodohkan dengan pilihan ibuku. Padahal saat itu hanya ngomong asal nyeplos saja. Hanya alasan agar aku tidak menikah secara resmi dengan Yuniar dan cukup menikah secara siri saja (secara diam - diam tentunya, tanpa harus mengundang siapa pun).

Tapi mungkin ucapanku tentang “dijodohkan oleh orang tua” itu dicatat oleh malaikat, sebagai doa dari diriku sendiri. Lalu Mamie akan menjodohkanku dengan anak Tante Surtini yang bernama Vivi itu.

Aku jadi penasaran. Maka pada malam itu juga aku pulang ke rumah Mamie, setelah lebih dari sebulan aku tidak pulang - pulang ke rumah beliau.

Seperti biasa, karena tak kutemukan Mamie di lantai dasar, aku naik lift khusus yang menghubungkan kamarku dengan kamar dan ruang keluarga di lantai tiga.

Ketika aku membuka pintu lift, ternyata Mamie sedang berdiri di depan pintu lift. Dalam gaun tidur berwarna merah, sambil tersenyum ceria dan merentangkan kedua tangannya. Aku pun menghambur ke dalam pelukannya.

“Kenapa lama sekali gak pulang - pulang?” tanya Mamie setelah menciumi sepasang pipiku.

“Iya Mam. Banyak sekali yang harus diurus, terutama untuk mnengurus lahan - lahan Mamie itu. Tapi sekarang yang di pulau Jawa dan Sumatra sudah clear. Tinggal yang di Kalimantan dan Papua yang belum diurus. “

“Yang di Papua, kalau ada yang minat sih jual aja Bon. Ngurusnya berat di ongkos berat di tenaga dan waktu juga. “

“Iya Mam. Nanti dicarikan dulu peminatnya, harus yang sudah terbiasa berbisnis di Papua. Ohya Mam… apa benar Mamie mau menjodohkanku dengan anaknya Tante Surti?”

“Siapa yang ngomong? Tari ya. “

“Betul. “

“Mamie memang punya niat mengenalkanmu pada Vivi. Tapi mamie takkan main jodoh - jodohkan seperti di zaman Siti Nurbaya. Kenalan aja dulu. Kalau cocok dengan seleramu, jalanin. Kalau gak cocok ya jangan dipaksain. “

“Tapi Mamie tentu punya alasan kenapa mau menjodohkanku dengan anak Tante Surtini. “

“Tentu ada dasarnya. Mamie ingin agar harta kita tidak jatguh ke orang luar. Lagian Vivi itu cantik sekali Bon. Makanya kapan - kapan kamu main aja dulu ke Semarang. Lihat dulu anaknya. “

“Tante Surti sudah tau kalau Mamie berniat akan menjadikan anaknya sebagai menantu?”

“Tentu aja sudah tau. Tempo hari waktu Surti datang ke sini, mamie sudah berunding dengannya. Tapi dia juga sepoendapat dengan mamie, takkan memaksakan kehendak baik kepada Vivi mau pun kepadamu. Kenalan aja dulu deh. Lagian anaknya juga masih sekolah. Biarkan dia selesaikan dulu SMAnya. Baru kita buat rencana selanjutnya.

“Umurnya berapa tahun sekarang?” tanyaku.

“Sudah hampir delapanbelas tahun. “

“Hampir delapanbelas tahun masih di SMA?”

“Dia itu terlambat dimasukkan ke SD. Karena ayahnya meninggal pada saat Vivi belum sekolah. Kalau nggak salah, umur tujuh tahun baru dimasukkan ke SD. “


“O, pantesan… “ucapku sambil memeluk Mamie dari belakang, “Tapi biarlah soal; itu sih gak usah diseriuskan dulu. Kan anaknya juga masih sekolah. Yang penting… aku udah kangen sama Mamie… “

“Mamie juga udah kangen… “sahut Mamie yang membiarkanku menyelinapkan tangan ke balik celana dalamnya.

“Mamie gak diet lagi ya… perasaan Mamie jadi makin gemuk. Tapi justru seksi di mataku. “

“Kamu belum tau ya kalau Mamie lagi hamil. “

“Haaa?! Mamie lagi hamil?! Berapa bulan?”

“Sudah tiga bulan. “

“Lho… kok Mamie gak cepat ngasih tau aku?” cetusku dengan pikiran melayang - layang ke arah lain. Ke arah Tante Tari yang sedang hamil juga. Bahkan terawanganku jauh ke depan. Bahwa kalau kehamilan Mamie sudah tiga bula, sementara kehamilan Tante Tari baru 5 minggu, berarti kelak Mamie yang akan duluan melahirkan.

“Mamie juga baru tau seminggu yang lalu, “kata Mamie, “Tadinya mamie pikir hanya telat datang bulan biasa. Tapi setelah mamie merasa sering mual - mual, mamie memeriksakan diri ke dokter. Ternyata mamie sedang hamil… jadi perut mamie ini sudah ada janin dari benihmu, Sayang. “

“Iya. Nanti kita atur bagaimana caranya agar Mamie tikdak membuat heboh orang luar. Sembunyi di Jogja aja ya. Gak usah jauh - jauh. “

“Iya, mamie mau mengikuti caramu aja. “

Lalu Mamie melepaskan gaun tidur merahnya, diikuti dengan pelepasan beha dan celana dalamnya yang berwarna merah juga. Kemudian Mamie merebahkan diri di atas bed sambil beretanya, “Mamie masih menarik dalam keadaan sedang hamil begini?”

“Justru Mamie semakin menggiurkan dalam keadaan hamil begini. Ohya… Mamie hamil baru tiga bulan, tapi perutnya keliatan sudah mulai membesar ya Mam?”

“Mamie kan gak hamil juga perutnya agak buncit. Apalagi dalam keadaan hamil begini, “kata Mamie sambil memperhatikanku yuang tenbgah melepaskan segala yang melekatg di tubuhku, sampai telanjang bulat seperti Mamie.

Kemudian aku naik ke atas bed. “Mamie masih boleh disetubuhi kan?”

“Ya masihlah. Dulu waktu kamu masih berada di dalam perut mami juga, sampai usia kandungan mamie delapan bulan, masih digauli oleh ayahmu. “

“Ohya… ayahku itu di mana sekarang Mam?”

“Gak tau. Dengar - dengar sih di Tegal. dekat pantai katanya sih, karena dia jadi nelayan setelah melarikan diri dari Jogja itu. “

“Boleh aku tau siapoa nama ayahku itu Mam?”

“Pramono. Tapi biasa dipanggil Mono aja. “

“Boleh pada suatu saat aku cari dia?”

“Tentu aja boleh. Karena biar bagaimana pun dia itu ayah kandungmu. “

Percakapan tentang ayah kandungku, yang aku belum tahu seperti apa bentuknya, lalu terputus. Karena kontolku sudah melesak masuk ke dalam liang memek Mamie. Bahkan sesaat kemudian aku mulai mengentotnya, dengan kedua siku menahan tubuhku, agar tidak menggencet perut Mamie yang sedang hamil itu.

“Mam… ooooohhhh… waktu hamil gini tempik Mamie kok malah lebih enak Mam… “ucapku terengah.

“Mungkin sudah diciptakan dari sononya, supaya suami makin rajin ngentot istrinya yang sedang hamil. Makanya kamu harus semakin rajin nyetubuhin mamie ya Bon. “

“Iya Mam… kalau perlu aku akan tidur di sini lagi, supaya gak susah kalau lagi kepengen ngentot Mamie. “

“Nggak harus tidur di sini terus. Kan bisnismu juga harus diurus Sayang. Ooooh… Bona Sayaaang… ini mulai enak Booon… entot terus Sayaaang… luar biasa enaknya niiiihhh… “

Aku sendiri tidak mengerti, kenapa tiap kali menyetubuhi Mamie, aku merasakan nikmat yang luar biasa? Apakah karena dibantu setan?

Entahlah. Yang jelas, dibandingkan dengan cewek yang masih perawan pun, memek Mamie ini tetap lebih nikmat bagiku.

Ketika aku mulai gencar mengentotnya, aku rasakan liang memek Mamie memang lain dari yang lain. Rasanya kenyal dan legit, ada gerakan mpot - mpotan pula di dalamnya. Ini yang tidak ada di memek perempuan - perempuan yang pernah kugauli. Hanya Mamie yang punya mpot ayam begini. Disebvut mpot ayam, karena kalau pantat ayam ditiup, suka mpot - mpotan.

Karena itu setiap kali aku mengentot Mamie, selalu saja terawanganku dibuat melayang - layang di langit tinggi. Langit yang bertaburkan bunga - bunga surgawi, diiringi bunyi merdu gamelan nirwana.

Kini, dalam keadaan hamil, liang memek Mamie malah semakin enak saja rasanya. Sepasang toketnya yang lebih gede daripada biasanya, juga semakin enak buat ditepuk - tepuk, diremas - remas dan diemut pentilnya.

“Bonaaaa… aaaaaa… aaaaahhhh… ini luar biasa enaknya Booon… sudah lama kamu nggak ngentot mamie yaaaa… ooooh… Boooon… Boooon… entot terus Booon… tapi jangan terlalu lama ya. Kalau bisa barengin sama mamie ntar… kalau terlalu lama kasihan bayinya digoncang - goncang terus sama kontol ayahnya…

Aku mengiyakan sambil tetap mengayun kontolku, bermaju mundur di dalam liang memek Mamie yang kenyal dan legit ini. Sementara keringat pun mulai membasahi tubuhku, bercampur aduk dengan keringat Mamie.

Sampai pada suatu saat… terdengar bisikan Mamie, “Mamie udah mau keluar… ayo barengin Sayang… “

“Iya Mam, “sahutku sambil memacu kontolku secepat mungkin. Sementara Mamie sudah berkelojotan. Dan akhirnya mengejang tegang.

Tapi aku merasa masih jauh dari ejakulasi. Karena itu aku berpura - pura sedang ngecrot, sambil membenamkan kontolku sedalam mungkin, sambil kukejut - kejutkan seolah - olah sedang ngecrot. P:adahal aku bvelum apa - apa.

Liang memek Mamie pun terasa mengejut - ngejut, sementara liang memeknya terasa banjir dengan lendir kewanitaannya.

“Duuuuh… luar biasa nikmatnya, “cetus Mamie sambil mengecup bibirku dengan mesra.

Aku malah menyahut lain, “Tante Tari juga sedang hamil Mam. “

“Haaa?! Mmmm… sudah berapa bulan hamilnya?” tanya Mamie yang tampaknya tidak sadar bahwa kontolku dicabut dalam keadaan masih ngaceng.

“Baru lima minggu, “sahutku.

“Artini belum hamil kan?”

“Belum. “

“Kalau begitu, setelah perut mamie mulai membuncit sekali, mamie mau sembunyi di rumah Tari aja. Ayo kita ke rumahnya sekarang Bon. “

“Nggak terlalu malam Mam?”

“Kalau buat orang lain memang sudah malam benar. Tapi kita kanb keluarga. Bukan orang jauh. Ayo kita ke rumah Tari sekarang Bon. “

“Baik Mam. Sebentar, mau pipis dan bersih - bersih dulu, “sahutku sambil bergegas menuju kamar mandi.

Beberapa saat kemudian, aku sudah melarikan mobil ke arah Jogja. Dengan Mamie yang duduk di samping kiriku.

“Bagaimana perasaan Mamie setelah tahu bahwa Mamie sedang mengandung?” tanyaku di tengah kegelapan malam.

“Bahagia. Karena sebenarnya sejak mamie tinggal di Hongkong, mamie ingin sekali punya anak lagi. Tapi mantan suami almarhum memang mandul. Dia sudah nikah kedua kalinya waktu dengan mamie itu. Dari perkawinan pertamanya pun tidak punya anak. Baru sekarang mamie bisa punya anak. “

“Nanti aku bakal punya anak dua orang secara bverturut - turut. Dari Mamike dan dari Tante Tari. “

“Kalau Artini hamil juga, berarti anakmu bakal jadi tiga orang. “

“Kalau Tante Artini hamil juga, siapa yang bakal ngurus Mamie dan Tante Tari? “

“Sebenarnya gampang soal itu sih. Nanti kita kan bisa menggaji zuster. Buat ngurus mamie seorang, buat ngurus Tari seorang. “

“Iya sih. Yapi harus memilih zuster yang bisa menyimpan rahasia kita Mam. “

“Iya. Dengan gaji yang lebih besar daripada gaji perawat pada umumnya, mereka akan bisa menyimpan rahasia kita Bon. Lagian kehamilan seperti yang mamie alami ini, bukan masalah aneh lagi di zaman sekarang. “

“Mam… sebenarnya tadi aku belum ngecrot. Aku terpaksa berpura - pura, m karena takut membuat Mamie tersiksa. “

“Ohya?! Kamu nakal ya… berarti sekaranmg masih ngaceng?” tanya Mamie sambil menarik ritsleting celana jeansku, lalu menyelinapkan tangannya ke balik celana dalamku dan menjamah kontolku yang memang masih ngaceng ini.

“Hihihiii… beneran masih ngaceng nih. Kasian anak mamie… jadi tadi saking sayangnya sama mamie, kamu dibela - belain gak sampai ngecrot?”

“Heheheee… iya Mam. Aku kan gak tega kalau Mamie merasa tersiksa tadi. “

“Ya udah… nanti kita lanjutkan di rumah Tari aja ya. Biar kamu puas, sekalian Tari juga kita ajak main threesome. “

“Iya Mam. “

“Ohya… bukan hanya threesome, kan ada Artini juga. Jadi bisa foursome. Mampu kamu bikin orgasme tiga orang?”

“Tadi sebelum pulang aku sempat ke rumah Tante Tari dulu. Tante Artini lagi pulang dulu ke rumahnya yang akan dijadikan supermarket Mam. “

“Owh… iya ya. Mamie juga belum sempat nengok kegiatan Artini setelah rumahnya dirombak atas dukungan Tari ya. Tapi kalau rumah dan rumah kos itu sih mamie yang modalin. “

“Iya Mam. Tante Artini pernah cerita soal itu. Makanya dia sangat patuh sama Mamie. “

“Ya harus patuh lah. Kalau orang tua sudah tiada, adik harus patuh kepada kakak. Makanya tarti juga patuh sama Mamie, walaupun dia sudah tajir melintir gitu. “

“Tante Tari juga pernah cerita, katanya Mamie paling sayang sama dia. Makanya dia juga sangat sayang kepada Mamie. “

Beberapa saat kemudian mobilku sudah memasuki pekarangan rumah Tante tari. Mamie menelepon sebelum turun dari mobil, “Tari… ini aku di depan rumahmu. “

Kemudian pintui depan dibuka oleh Tante tari sendiri. Dan tampak sumringah ketika melihat kami datang. Dia memeluk Mamie sambil cipika - cipiki. Dan tanpa canggung dia pun cipika - cipiki yang dilanjutkan dengan ciuman mesra di bibirku.

“Kamu cuma sendirian sekarang?” tanya Mamie kepada adiknya.

“Ada pembantu dua orang, “sahut Tante Tari, “Tapi jam segini udah pada ngorok Mbak. Di depan juga ada satpam yang jagain. Mungkin karena melihat mobil Bona, mereka gak mau nyamperin, takut merasa terganggu Bonanya. “

Kemudian Tante Tari mengajak kami ke ruang keluarga yang sudah ditata sedemikikan mewahnya.

“Kamu gak kaget didatangi malam - malam gini?” tanya Mamie yang duduk berdampingan dengan Tante Tari.

Sambil mengusap - usap tangamn Mamie, Tante tari menjawab, “Nggak. Masa didatangi keluarga pakai kaget segala. Mbak dan Bona mau pada nemenin aku kan?”

Mamie membelai rambut Tante Tari, lalu berkata, “Begini… Bona bilang kamu mulai hamil ya?”

“Iya Mbak. Sudah bertahun - tahun aku ingin hamil. Tapi ternyata baru sekarang bisanya. “

“Aku juga sama, “kata Mamie sambil mengusap - usap perutnya sendiri, “Kandunganku malah lebih tua daripada kandunganmu. Jadi kalau sama - sama lancar, aku bakal duluan melahirkan anak Bona nanti. “

“Ohya?! Kalau begitu, Mbak tinggal di sini aja sampai bayinya lahir. Supaya aku ada temen. “

“Memang tujuanku juga begitu Sayang. Begitu denger kamu hamil, aku langsung ingin tinggal di sini, tapi nanti kalau perutku sudah gede. Makanya malem - malem juga maksain dateng ke sini. Lagian Bona udah kangen juga sama kamu katanya. “

“Tadi siang Bona kan baru ke sini, “kata Tante Tari sambil tersenyum padaku.

“Memang ke sini, tapi gak ngapa - ngapain… karena keburu dengar aku mau dijodohkan itu. Jadi penasaran, ingin dengar dari mulut Mamie langsung. “

“Ya udah… nanti Bona kita keroyok, biar dia puas ya, “kata Mamie sambil menepuk lutut Tante Tari.

Tante Tari pun mengangguk sambil tersenyum.

TAMAT
Share this games :

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.