Sunday, March 21, 2021

Home » » Kumpulan Cerita Dewasa Birahi Liar Di Dalam Keluarga Kami Part 5

Kumpulan Cerita Dewasa Birahi Liar Di Dalam Keluarga Kami Part 5


Kumpulan Cerita Dewasa - Secara gamblang Bu Lies yang ternyata ibu kandungku itu menceritakan asal - usulku yang sebenarnya. Bahwa ayahku bukan lelaki yang bertanggung jawab. Ketika Bu Lies hamil tua, malah minggat dengan seorang cewek muda belia. Dahulu Bu Lies dan Mama tetangga dekat dan masih sama - sama tinggal di Jogja.

Karena itu Bu Lies menyandarkan hidup kepada Mama. Saat itu Mama memang bukan orang tajir, tapi kehidupannya jauh lebih baik daripada Bu Lies. Maka terjadilah perjanjian, bahwa kalau bayinya sudah lahir akan diberikan kepada Mama. Tapi biaya melahirkan dan makan sehari - hari Bu Lies ditanggung oleh Mama.

Lalu lahirlah bayi itu yang lalu diberi nama Fajar oleh Bu Lies. Mama senang sekali karena belum punya anak laki - laki, Mama meminta agar Fajar tetap disusui oleh Bu Lies. Sementara diam - diam Bu Lies mendaftarkan diri untuk menjadi TKW di Hongkong, yang kata orang - orang gede gajinya itu. Bu Lies pun terbang ke Hongkong yang dibiayai oleh yayasan yang biasa merekrut para TKW untuk bekerja di luar negeri.

Setelah setahun tinggal di Hongkong, Bu Lies berjumpa dengan seorang pengusaha asal Indonesia yang sudah sukses di Hongkong. Kebetulan pengusaha asal Indonesia itu baru ditinggal mati oleh istrinya.

Kebetulan pula Bu Lies di masa mudanya memang cantik. Pengusaha tajir melilit itu pun jatuh cinta kepada Bu Lies.

Tanpa memandang usia yang berbeda jauh, Bu Lies pun menerima lamaran pengusaha itu. Lalu mereka menikah di Hongkong. Dan tetap tinggal di sana dengan status yang berbeda. Bu Lies bukan TKW lagi, melainkan sudah jadi istri seorang pengusaha besar.

Sepuluh tahun kemudian, suami Bu Lies mengajak pulang ke Indonesia, karena usianya sudah tua sekali dan tidak sanggup mengembangkan usahanya lagi di Hongkong. Katakanlah dia sudah ingin pensiun dari dunia bisnis. Namun simpanannya di bank sangat banyak. Tanahnya pun di pulau Jawa banyak. Ada yang di Jabar, Jateng dan Jatim.

Setelah berada di tanah air, suami Bu Lies yang sudah tua renta itu pun jadi sering sakit. Dan akhirnya meninggal dunia lima tahun yang lalu. Atas dasar surat wasiat yang ditinggalkan oleh almarhum suami Bu Lies, semua harta dan simpanannya di bank diwariskan kepada Bu Lies semua.

“Begitulah ceritanya, “kata Bu Lies di akhir penuturannya, “Memang setelah berada di tanah air, aku sering ingat pada anakku. Tapi aku ingin jadi orang yang teguh pada perjanjian. Karena pada saat aku memberikan dirimu kepada wanita baik yang jadi Mama angkatmu ini aku sudah menandatangani perjanjian.

Bu Lies yang ternyata ibu kandungku itu menbghela nafas panjang. Lalu melanjutkan, “Untungnya wanita yang kamu panggil Mama ini bijaksana orangnya. Kalau tadi dia tutup mulut, aku takkan menyangka kalau Fajar itu kamu Bon. Aku sangat menghargai kebijaksanaan mamamu ini. Sehingga aku bisa ditertemukan dengan satu - satunya anak kandungku, yakni kamu Bona.

Mama menjawab lirih, “Aku sangat menyayangi Bona laksana sayangnya ibu kepada anak kandungnya. Tapi hubungan darah di antara kalian berdua tak boleh diputuskan begitu saja. Jadi begini saja… Bona tetap manggil Mama padaku, lalu kepada Lies mungkin bagusnya manggil Mamie, supaya tidak tertukar - tukar ya.

“Iya… iyaaa… aku setuju itu, “sahut Bu Lies yang mulai saat ini harus kupanggil Mamie itu.

“Jadi Bona tetap boleh menganggapku mamanya, tapi dia juga haruis menerima bahwa Lies itu mamie kandungnya. Tentang di mana Bona mau tinggal, bebas sajalah. Mau ke rumahku di Subang… pintu rumahku tetap terbuka sampai kapan pun buat Bona. Mau tinggal di sini apalagi, karena dia punya pekerjaan pula di sini kan?

Mamie memegang bahuku sambil bertanya lembut, “Keinginan Bona sendiri bagaimana?”

Spontan kujawab, “Pokoknya aku sayang keduanya, baik kepada Mama mau pun kepada Mamie. Malah semakin menyenangkan karena mulai saat ini aku jadi punya ibu dua orang. Heheheee… “

“Iya… kami berdua sayang kamu Bon, “kata Mamie alias Bu Lies, “Ohya… sekarang Yani mau nginep di sini kan?” Mamie menatap ke arah Mama.

“Sayang sekali… sekarang sih aku gak bisa nginap Lies. Kapan - kapan deh aku sengaja nginap di sini, biar kita bisa ngobrol panjang lebar. “

“Memangnya ke Subang mau naek apa?” tanya Mamie.

“Dari Solo ada bus yang lewat Subang Lies. “

“Mmmm… begini aja, “kata Mamie, “Sekarang anterin Mama ke Subang, ya Bon. “

“Iya Bu, eh Mamie, “sahutku.

“Waduh… dari sini ke Subang itu jauh sekali Lies. “

“Nggak apa - apa. Yang penting Bonanya sanggup kan?” Mamie menoleh padaku.

“Sanggup Mamie. “

“Sebentar… aku mau ngomong dulu sama Bona ya Yan, “kata Mamie.

“Silakan, “sahut Mama.

Lalu Mamie memijat tombol lift sambil memegang pergelangan tanganku. Pintu lift terbuka, aku dan Mamie masuk ke dalamnya. Kemudian lift itu bergerak ke lantai tiga.

Di kamarnya Mamie memegang kedua tanganku sambil berkata, “Ternyata kita ini ibu dan anak kandung Sayang. “

“Iya Mam. Aku kaget sekali mendengar semuanya ini. Sedangkan kita sudah melangkah begitu jauh. Bagaimana ke depannya nanti?”

Mamie ma;lah mencium bibirku. Lalu berkata setengah berbisik, “Takdir juga yang membuat kita harus seperti ini. Biarin aja. Kita lanjutkan aja hubungan rahasia kita. Kamu masih mau melanjutkannya nggak?”

“Mau Mam. Sudah telanjur jauh sih. “

“Bagus. Mamie juga udah telanjur jatuh cinta padamu Sayang. Biarlah kita lanjutkan aja. Tapi awas… Mama jangan sampai tau ya. “

“Iya Mamie. “

“Sekarang antarkan dulu Mama pulang gih. Mumpung masih siang. Pilihlah mobil mana yang mau kamu pakai. Ingat… sekarang semua yang kumiliki adalah milikmu juga, karena kamu satu - satunya anak kandungku. “

“Iya Mam. Tapi Mamie masih bisa hamil kan?”

“Bisalah. Selama belum menopause, berarti perewmpuan itu masih bisa hamil.”

“Lalu kalau Mamie hamil olehku nanti gimana?”

“Justru itu yang mau kubicarakan denganmu. Tapi besok aja setelah kamu pulang dari Subang, kita bicarakan lagi semuanya secara matang yaaa. Mmm… Bona… Bona… ternyata kamu ini anak kandungku… tapi aku telanjur jatuh cinta padamu mmmmmwuaaaaah… “Mamie mencium bibirku. Lalu mengeluarkan dua gepok uang seratusribuan dari brankas.

Diserahkannya uang itu padaku sambil berkata, “Yang seikat kasihkan sama Mama, yang seikat lagi untuk membeli pertamax dan makan di jalan. “

“Iya Mam. Terima kasih. Tapi Mam… masih ada yang kuinginkan, “kataku sambil menyingkapkan daster Mamie, “Pengen megang tempik Mamie dulu ah… “

Mamie melotot, tapi lalu menahan tawanya. Dan dibiarkannya saja kurayapkan tanganku kebvalik celana dalamnya, lalu mengelus - elus tempiknya sebentar.

Kemudian kukeluarkan lagi tanganku dari balik celana dalam Mamie. “Aku pamit dulu ya Mam, “ucapku setelah mencium bibir Mamie dengan kehangatanku.

“Iya… ati - ati di jalan ya Sayang. Gak usah ngebut. “

“Iya Mamie Sayang. “

Kemudian aku dan Mamie masuk ke dalam lift dan turun ke kamarku lagi, di mana Mama masih duduk di sofa kamarku.

“Ayo Mam… sekarang aja pulangnya mumpung masih siang?“tanyaku sambil menyerahkan seikat uang pemberian Mamie, “Ini dari Mamie, “kataku.

“Iiih banyak banget Lies?!”

“Ah ala kadarnya aja Yan. Mohon maaf gak disuguhin makan. Tapi Bona udah dikasih duit tuh buat makan di jalan. “

“Iya, terima kasih ya Lies. Kapan mau maen ke Subang? Aku udah bubar sama suamiku lho. “

“Ohya?! Kenapa?”

“Biasa penyakit laki - laki. Maen gila mulu sama cewek yang jauh lebih muda daripada aku. “

“Begitu ya?! Gak ada mendingnya. Aku pilih yang jauh lebih tua, biar udah kenyang maen perempuan. Tapi ya gitu… gak ditinggal maen gila sama cewek, tapi ditinggal mati Yan. “

“Gak apa - apa. Kita jalanin aja suratan takdir kita masing - masing. “

“Iya, iyaaaa… semoga perjalanannya lancar ya Yan. “

“Iya Lies. Aku pamit ya, “kata Mama sambil cipika - cipiki dengan Mamie.

Beberapa saat kemudian Mama sudah duduk di samping kiriku, dalam sedan Mamie yang sudah kujalankan menuju Solo, kemudian memutar menuju Jogja.

“Bagaimana perasaanmu sekarangf? Bingung atau gimana?” tanya Mama.

“Malah jadi plong. Karena Mama bukan ibu kandungku. Jadi aku bebas melakukan apa pun dengan Mama sekarang kan?”

“Iya. Hihihiiii… pikiranmu kok malah sama dengan pikiran mama. “

“Berarti Mama juga kangen entotanku lagi kan?”

“Iyaaa… lagi hamil gini mama malah pengen begituan mulu. “

“Kalau gitu kita cek in aja di Jogja… di hotel yang kita pakai dahulu itu Mam. Hitung - hitung nostalgia. “

“Iya. Hotel itu sangat bersejarah bagi kita ya. “

“Mmm… Mbak Weni, Mbak Rina dan Mbak Lidya pada tau gak kalau aku ini bukan anak kandung Mama?”

“Nggak ada yang tau. Kan waktu kamu mama terima dari Mamie, mereka masih kecil - kecil. Weni juga baru berumur tiga tahun. Belum ngerti apa - apa. “

“Kalau sudah terbuka gini, apakah mereka bakal dikasihtau atau nggak?”

“Kasihtau aja. Gak apa - apa. Toh hubunganmu dengan mereka bakal tetap baik. “

“Iya. Aku akan tetap menganggap mereka saudara - saudaraku, “sahutku dengan pikiran melayang - layang. Teringat apa yang sudah kulakukan dengan Mbak Weni, dengan Mbak Rina dan Mbak Lidya.

Sedan built up Jerman yang kukemudikan ini pun meluncur terus ke arah Jogjakarta.

Setibanya di hotel yang bersejarah bagiku dan bagi Mama, kami mendapatkan kamar paling belakang. Dan gairahku tak terkendalikan lagi. Mungkin karena aku sudah tahu bahwa Mama itu bukan ibu kandungku. Selain daripada itu Mama sedang hamkil, membuatku penuh kepenasaranan. Seperti apa memek wanita yang sedang hamil itu.

Mama pun tampaknya sudah kangen sekali padaku. Begitu masuk ke dalam kamar hotel, Mama merangkul leherku ke dalam pelukannya. Lalu mencium dan melumat bibirku dengan hangatnya.

Sambil menanggalkan gaun batiknya, Lalu Mama berkata, “Kamu mama urus sejak bayi dengan penuh kasihsayang Bon. Mama sayang sekali padamu, laksana sayangnya seorang ibu kepada anak kandungnya. Tapi sejak kita melakukan semuanya di dalam hotel ini, pandanganku padamu jadi berubah. Laksana memandang seorang pangeran yang datang untuk mengobati luka di hati mama.

“Aku juga sama Mam. Dan sekarang, setelah aku tau Mama bukan ibu kandungku, aku jadi semakin bergairah lagi… terlebvih - lebih setelah mendengar Mama sedang hamil… hihihiiiii… jadi gemes… ingin melihat dan merasakan memek wanita hamil… “

“Jadi biarkan aja janin di perutku ini tetap tumbuh dan membesar nanti?” tanya Mama sambil melepaskan beha dan celana dalamnya.

“Biarkan saja Mam. Biar nanti aku yang membiayai semuanya. Sekarang statusku kan sudah jelas, sebagai anak tunggal seorang wanita yang berada. “

“Nanti kalau Rina dan Lidya tau, gimana ya?”

“Biarin aja. Kalau perlu, kuhamili juga mereka nanti. Supaya tidak ada yang complain pada kehamilan Mama. “

“Hihihiiii… jadi rame dong rumah di Subang nanti. Ada tiga bayi lahir ke dunia. Memangnya kamu bisa memperlakukan mereka sekehendak hatimu?”

Sambil mengusap - usap perut Mama yang belum kelihatan buncit, aku menyahut, “Bisa Mam. Tapi tentu saja aku takkan sewenang - wenang pada Mbak Rina dan Mbak Lidya. Yang jelas, pada waktu aku diwisuda itu kan mereka datang ke sini. “

“Iya, memang mama yang nyuruh mereka datang untuk menghadiri wisudamu. “

“Nah… mereka ingin merasakan seperti apa rasanya bersetubuh itu. Lalu mereka menyerahkan keperawanan mereka padaku. Tapi jangan marahi mereka nanti ya Mam. Kalau Mama marahi mereka, bisa - bisa minggat mereka nanti dari rumah. “

“Owh… begitu? Mmmm… mama mau pura - pura tidak tau aja soal itu sih. “

“Itu lebih baik Mam. Tapi pada saat itu mereka sudah menyiapkan pil anti hamil segala. Makanya kalau aku mau menghamili mereka, aku akan melarang mereka memakai pil anti hamil lagi.”

“Menurut mama sih, ide menghamili mereka itu kurang tepat Bon. Kalau masalah mama hamil nanti, mama akan berusaha membuat mereka bisa menerima kenyataan ini. Bahwa mereka akan punya adik baru… anakmu ini, “kata Mama sambil mengusap - usap perutnya.

“Iya… makanya nanti Mama jelaskan saja, bahwa aku ini bukan anak Mama. Dan kita sengaja melakukan hubungan badan, sebagai balas dendam kepada Papa yang main gila terus, “ucapku sambil menggerayangi memek Mama yang selalu membangkitkan kerinduanku.

Aku mengangguk sambil menjauhkan tanganku dari memek Mama. Kemudian kutanggalkan seluruh benda yang melekat di tubuhku, sampai telanjang bulat seperti Mama.

Lalu aku naik ke atas bed di mana Mama sudah celentang sambil merenggangkan kedua belah pahanya. Tadinya aku ingin mulai dengan menjilati memeknya yang selalu menggiurkan itu… tembem dan agak ternganga, dengan jengger membuka ke luar pula.

Tapi Mama berkata, “Jangan pake jilat - jilatan memek segala. Ini udah basah sekali Sayang. Belakangan ini memek mama memang sering basah, sambil membayangkan dientot sama kamu lagi. Masukkan aja kontolmu langsung Bona Sayang… “

Mendengar ucapan Mama seperti itu, aku pun mengikuti keinginannya. Langsung aku tengkurap sambil mengarahkan moncong kontolku ke mulut tempik Mama. Dan… benar saja. Begitu kudorong kontolku, langsung masuk sekujurnya ke dalam liang memek Mama tercintaku.

“Tuh kan… langsung ambles semua… “ucap Mama sambil merengkuh leherku ke dalam pelukannya.

“Gak apa - apa perutku menghimpit perut Mama begini?”

“Nggak apa - apa. Masih kecil kok perutnya. Nanti kalau perut mama sudah buncit, tanganmu harus menahan agar perutmu tidak terlalu menghimpit perut mama. Ayo entotin kontolmu Sayang. “

Aku pun mulai mengentot seperti yang Mama inginkan. Memang becek liang memek Mama kali ini. Tapi hal ini justru membangkitkan gairahku untuk melampiaskan kekangenanku kepada Mama yang telah merawatku dari bayi hingga dewasa. Bahkan aku sendiri yang dikuliahkan sampai S1. Sementara anak - anak kandungnya sendiri (Mbak Rina dan Mbak Lidya) hanya memiliki ijazah D3.

Karena itu aku ingin sekali membalas kebaikan Mama itu dengan apa pun yang bisa kulakukan.

Mama pun tampak sangat enjoy dengan aksiku kali ini. Mulutku terus - terusan disumpal dengan lumatan hangatnya yang seolah ingin melekatklan bibirnya ke bibirku selama persetubuhan ini berlangsung.

“Bon… kenapa ya kali ini mama merasa lebih enak disetubuhi olehmu? Nih… niiiih… niiiih Booooon… ini mama udah mau lepas Boon… “desis Mama yang sedang merapatkan pipinya ke pipiku.

Lalu Mama berkelojotan. Entotanku pun sengaja kupercepat, untuk menanggapi situasi seperti ini.

“Booonaaaa… aaaaaa… “mulut Mama ternganga. Nafasnya tertahan. Sekujur tubuhnya mengejang. Perutnya agak terangkat. Dan kubiarkan kontolku menancap di dalam liang sanggama Mama. Liang yang lalu terasa berkedut - kedut kencang. Disusul dengan hembusan nafas Mama, “Aaaaaaaah… luar biasa nikmatnya Boooon…

Kutatap wajah cantik Mama yang tampak memancarkan sinarnya yang begitu cemerlang.

“Kok cepat sekali lepasnya Mam?” tanyaku sambil mengusap - usap dahi Mama yang keringatan.

Mama menyahut, “Karena Mama terlalu kangen padamu Sayang. Jadi… entotanmu terasa nikmat sekali. Makanya mama gak bisa bertahan lama. Jangan digerakkan dulu kontolmu ya. Mama ingin menghayati keindahan yang barusan mama rasakan. “

“Iya… santai aja Mam, “sahutku sambil memperhatikan handphoneku di atas meja kecil di samping bed yang tengah kupakai menyetubuhi ibu angkatku ini. Aku berusahamenjangkaunya. Dan berhasil.

Ternyata ada WA dari… Mbak Artini alias tanteku… !

Kubuka WAnya. Isinya singkat sekali-Sayang… aku kangen sekali padamu Yang… -

Aku tercenung sesaat. Lalu meletakkan hapeku di bawah bantal. Tanpa kubalas.

Padahal aku sedang berada di Jogja. Kalau aku mau, dalam tempo 15 menit pun aku sudah bisa tiba di rumah Tante Artini. Memang aku harus memprioritaskan wanita yang satu itu. Karena biar bagaimana, akulah yang telah merenggut keperawanannya.

Tapi dia itu adik kandung Mamie. Berarti dia itu tanteku sendiri.

Lalu apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus menghentikan hubungan rahasiaku dengan ibu kos yang sudah begitu mencintaiku?

Tidak.

Secara moral aku harus menghentikan hubunganku dengannya. Tapi secara kemanusiaan, aku tak boleh mencampakkannya begitu saja. Aku harus berusaha untuk tetap membahagiakannya. Tapi bagaimana kalau Mamie tahu bahwa aku punya hubungan dengan Mbak Artini? Apakah Mamie takkan marah?

Akhirnya aku mengayun kembali kontolku dengan gerakan yang lumayan cepat. Dan berusaha untuk membuat Mama orgasme lagi. Lalu aku akan berpura - pura ejakulasi pada saat dia orgasme nanti. Agar dia mengira telah terjadi pencapaian puncak kenikmatan secara berbarengan. Kemudian aku akan berpura - puramau ke rumah temanku dulu karena ada urusan “penting”.

Booon… oooh… Boooon… ini sudha mulai enak lagi Saayaaaang… iyaaaa… iyaaaa . entot terus Booon… entot teruuuuussssss… ini luar biasa enaknyaaaaa… aaaaaah… aaaaa… aaaaah… “Mama merintih - rintih sambil berusaha menggoyangkan bokongnya… memutar - mutar dan meliuk - liuk.

Belasan menit semuanya ini berlangsung. Sehingga wajah dan leher Mama mulai mengkilap oleh keringatnya sendiri.

Sampai pada suatu saat, Mama menatapku sambil berkata terengah, “Sayang… ooooh… mama mau lepas lagi Sayaaaang… “

“Iya Mam… barengin ya… aku juga udah mau ngecrot… “ucapku berbohong. Padahal aku masih jauh dari ejakulasi.

Lalu kupercepat entotanku, sementara Mama sudah berkelojotan lagi. Dan akhirnya mengejang tegang. Pada saat yang sama kutancapkan kontolku sedalam mungkin.

Lalu ketika liang memek Mama berkedut - kedut kencang, aku pun mengejut - ngejutkan kontolku seolah sedang ejakulasi… !

Lalu… aku pura - pura terkulai lemas di atas perut Mama.

“Oooooh… indah sekali… “ucap Mama sambil menciumi bibirku, “Terima kasih ya Sayang. “

Tampaknya Mama tidak menyadari bahwa aku belum ejakulasi.

Lalu kucabut konmtolku dari liang memek Mama. Kemudian turun dari bed dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi sambil menjinjing pakaianku.

Di kamar mandi aku kencing. Lalu kucuci kontolku yang berlepotan lendir memek Mama.

Kemudian kukenakan semua pakaianku. Dan keluar dari kamar mandi.

Kulihat Mama masih terkapar celentang di atas bed. Aku pun mengambil hapku dari bawah bantal, sambil berkata, “Mama bisa ditinggal sebentar di sini? Aku ada urusan penting yang harus kuselesaikan di Jogja ini. “

“Iya, selesaikanlah urusanmu dulu Sayang. Mama malah ingin tidur dulu, karena masih terasa capek sekali, “sahut Mama sambil memeluk bantal guling. Dalam keadaan masih telanjang bulat.

Beberapa saat kemudian aku sudah berada di dalam sedan punya Mamie, yang sudah kuluncurkan di jalan aspal. Menuju rumah Mbak Artini… !

Mbak Artini yang mengenakan daster berwarna pink, tampak sedang menyiram pot - pot tanaman hias yang berderet di teras depan. Dan terkejut ketika melihatku turun dari mobil di dekat teras itu.

“Bona?!” serunya dengan wajah ceria.

“Iya Tante. Sengaja WAnya tidak kubalas karena tadi aku sedang di jalan menuju ke sini. “

Lalu aku mengikuti Mbak Artini, melangkah masuk ke dalam rumahnya. Di ruang tamu, Mbak Artini sudah tak kuasa menahan diri. Ia memeluk dan menciumi bibirku. “Aku kangen sekali padamu, Sayang. “

“Sama… aku juga kangen sekali. Hanya waktunya belum ada. Ini juga kebetulan sedang disuruh mengantarkan Mama ke Subang. Makanya kusuruh Mama istirahat dulu di hotel, karena aku ingin menjumpai kekasihku yang jelita dan seksi ini, “sahutku sambil memegang kedua tangan Mbak Artini.

Lalu kami duduk berdampingan di sofa ruang keluarga.

“Mbak sudah mendengar berita dari Bu Lies?”

“Berita apa? Belum ada berita apa - apa Sayang. “

“Ternyata Mbak Ar ini tanteku. Karena aku ini anak kandung Bu Lies yang sekarang harus dipanggil Mamie olehku. “

“Haaaa?! yang bener Sayang… “

“Betul Mbak. Tanyakan saja langsung pada beliau kalau gak percaya sih. Dahulu sebelum terbang ke Hongkong sebagai calon TKW, Mamie pernah memberikan bayi kepada Bu Maryani. Bayi itu sudah diberi nama Fajar. Nah… Fajar itu aku Mbak. Tapi sama Bu Maryani namaku diganti jadi Bona Perdana. “

“Ooooh… iyaaaa… iyaaaa… ! Saat itu Mbak Lies masih sengsara hidupnya. Suaminya menghilang pula entah ke mana. Iya, iya… aku masih ingat benar masalah itu Bon. “

“Jadi Mbak ini sebenarnya tanteku. Tapi hal itu jangan dijadikan kendala hubungan di antara kita berdua. Hubungan kita harus jalan terus ya Mbak. “

“Iya sih… oooh… ini bnenar - benar mengejutkan Bon. Tapi aku sudah telanjur cinta berat padamu Sayang. Meski pun kita tidak boleh menikah, tapi hubungan kita harus tetap jalan ya Bonaku Sayang. “

“Iya Mbak. Nanti deh kalau sedang banyak waktu kita rundingkan lagi masalah hubungan kita ini, “ucapku sambil merayapkan tanganku ke balik daster pink Mbak Artini. Sampai menemukan celana dalam. Dan kuselinapkan tanganku ke balik celana dalam itu. Sampai menemukan celah memek Mbak Artini yang seharusnya kupanggil tantge Artini ini.

“Aaaah… soal panggilan sih jangan dipikirin. Apa aja… mau manggil Mbok juga boleh. Hihihiii… “

“Hush. Masa Mbok? Emangnya Mbak bakul jamu? Kalau kita sedang berdua aja, aku mau akan tetap manggil Mbak aja, tapi kalau ada orang lain mau manggil Tante ya. “

“Iya, iya. Terserah kamu aja Sayang. Yang penting cintaku jangan dicampakkan begitu saja. Bisa bunuh diri aku nanti kalau ditinggalkan olehmu. “

“Gak mungkin Mbak. Biar bagaimana Mbak ini sosok penting bagiku. Pertama, Mbak telah menyerahkan kesucian Mbak padaku. Kedua, aku takkan mungkin berjumpa dengan ibu kandungku kalau tidak ada Mbak. “

“Hmmm… Mbak Lies pasti sayang sekali padamu setelah tau siapa dirimu ya?”

“Iya, beliau sangat sayang padaku Mbak. Tapi nanti kalau ada telepon dari Mamie, jangan bilang Mbak sudah tau dariku. Jangan bilang juga kalau aku datang ke sini. Karena Mamie menyuruhku mengantarkan Mama pulang ke Subang. Bukan untuk menemui Mbak… eh Tante… “

“Hihihiii… jadi aku jatuh cinta pada keponakanku sendiri ya?” ucap Tante Artini sambil mencubit pipiku. Sementara jemariku mulai menyelundup ke dalam celah memek di balik celana dalam dan daster pinknya, “Ooooh… Booon… kalau sudah dicolok - colok gini aku langsung horny berat Boon… “

“Ayo kita main. Kontolku juga udah ngaceng berat nih… “sahutku sambil mengeluarkan tanganku dari balik celana dalam dan daster pinknya.

Tante Artini bangkit berdiri sambil menarik pergelangan tanganku. Lalu mengajakku masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam kamarnya, Tante Artini melepaskan daster dan behanya. Celana dalamnya pun ditanggalkan. Sehingga tubuh tinggi montoknya menjadi telanjang bulat di depan mataku. Ketelanjangan yang senantiasa menggiurkan dan membangkitkan gairah birahiku.

Aku pun menelanjangi diriku sendiri. Lalu menerkam tubuh putih mulus yang menggiurkan itu, dengan segenap hasrat birahiku.

Untungnya tadi aku berjuang untuk menahan diri agar jangan ejakulasi di dalam memek Mama. Sehingga persetubuhan dengan Mama tadi bisa kuanggap sebagai foreplay belaka.

Kali ini aku benar - benar akan menyetubuhi Tante Artini dan akan dicrotkan di dalam liang memeknya yang tetap masih sempit menjepit ini.

Dengan segenap hasrat birahi kuemut pentil toket Tante Artini yang sebelah kiri, sementara tangan kiriku mulai meremas toket kanannya. Suhu badan Tante Artini pun mulai menghangat.

Terlebih setelah mulutku melorot turun ke arah pusar perutnya. Kujilati pusar perutnya sebentar, kemudian melorot turun lagi sampai mulutku berhadapan dengan memek tembemnya yang sangat indah dan tampak sedang tersenyum manis itu.

Sepasang paha putih mulus itu pun merenggang. Dan dengan lahap kujilati memek tembem yang bentuknya sangat indah itu.

Tante Artini mulai menggelinjang… menggeliat - geliat erotis, dengan desah - desah nafasnya yang sudah lama kurindukan, “Aaaaaah… Boooon… aku tetap cinta kamu Sayaaaang… berat sekali cintaku ini padamu Bonaaaa… aaaaa… aaaaaah… jangan terlalu lama jilatinnya… aku sudah merindukan kontolmu Sayang…

Aku pun hanya sebentar menjilati memek dan itil tante Artini. Lalu kuletakkan moncong kontolku di ambang mulut tempik tembemnya. Dan kudorong dengan sekuat tenaga.

Blesssssss… kontolku melesak masuk sedikit demi sedikit ke dalam liang tempik yang luar biasa sempitnya ini.

Sesaat kemudian aku mulai mengentot tanteku yang usianya cuma beda enam tahun denganku ini.

Rintihan - rintihan histeris Tante Artini p;un mulai berkumandang di dalam kamar ini.

“Booonaaaa saayaaaang… aaaaaaah… aaaaaaa… aaaaaah… Boooonaaaaa… aku makin cinta padamu Sayaaaang… oooooohhhhh… aku sudah sangat merindukan semuanya ini… aaaa… kontolmu selalu membuatku merinding dalam nikmaaaaat… aaaaaaa… aaaaah… entotlah aku sepuasmu sayangkuuuuu…

Untung sekali, setibanya di rumah Mama, di Subang, Mbak Rina dan Mbak Lidya masih berada di kantornya. Sehingga aku tak perlu salah tingkah di depan Mama.

Aku pun langsung meninggalkan Subang, meski Mama menahanku agar menginap dulu di rumahnya. Ya… rumah itu ternyata memang milik Mama. Bukan dibeli dengan uang Papa. Karena itu setelah Papa bercerai dengan Mama, maka Papa lah yang harus angkat kaki dari rumah itu.

Mama memang rajin berbisnis, tak sekadar jadi IRT biasa. Bahkan kata Mama, penghasilan bisnisnya sekarang sudah jauh melampaui gaji dan penghasilan tambahan Papa.

Stamina fisikku masih cukup tangguh untuk nyetir kembali. Karena tadi malam menginap di hotel dan… menyetubuhi Mama sekali lagi. Bahkan dalam ronde kedua itu (diselang 1 ronde dengan Tante Artini), aku sangat lama menyetubuhi Mama. Sehingga Mama berkali - kali orgasme. Kemudian aku benar - benar ngecrot di dalam memek Mama, bukan berpura - pura lagi.

Karena itu waktu aku meninggalkan Subang, staminaku masih sangat segar.

Tapi jarak dari Subang ke Solo bukan jarak dekat. Sehingga ketika aku tiba di rumah Mamie, hari sudah cukup malam, sekitar jam sepuluh malam.

Mamie tampak senang sekali melihatku sudah pulang.

“Kok cepat sekali pulangnya? Kirain mau nginap di rumah Mama barang seminggu gitu, “sambut Mamie di dalam kamarku. Sambil mendekap pinggangku.

“Gak tau kenapa, rasanya aku gak bisa berjauhan dengan Mamie berlama - lama, “sahutku yang sedikit mengandung gombal.

“Sama… setelah tau bahwa kamu itu anak mamie, malah gak mau pisah lama - lama sama kamu Sayang, “ucap Mamie disusul dengan mendaratkan kecupan hangat di bibirku, “Ayo… sekarang sih mau tidur di kamar mamie juga boleh. “

“Tapi aku mau mandi dulu di kamar Mamie ya, “sahutku.

“Boleh. Apa pun boleh kamu lakukan dan boleh kamu miliki, “ucap Mamie yang disusul dengan bisikan, “Bahkan tempik mamie juga boleh kamu miliki seumur hidup. “

“Hihihihiii… iya Mam. Punya Mamie itu luar biasa enaknya… “sahutku sambil mengikuti langkah Mamie menuju pintu lift. Lalu kami naik ke lantai tiga.


“Kalau kamu mau, tiap malam bobo sama mamie juga boleh. Hitung - hitung kompensasi, karena waktu masih bayi gak pernah bobo sama mamie, “kata Mamie yang malam itu mengenakan kimono sutera berwarna orange dengan bintik - bintik merah bertaburan di sana sini.

“Tapi aku sudah dewasa sekarang Mam. Dua bulan lagi juga usiaku genap duapuluhempat tahun. “

“Kali aja kamu merindukan pelukan ibu sepanjang malam. “

“Tapi setelah dewasa gini, kalau dipeluk Mamie pasti kontolku ngaceng Mam. “

“Ya gak apa - apa. Kalau ngaceng kan tinggal masukin ke dalam tempik mamie. Sekarang ngaceng nggak?”

“Belum. Aku mau mandi dulu ya. Badanku penuh debu di sepanjang jalan dari Subang ke sini tadi. “

“Iya, mandi dulu deh, biar seger badannya. “

Lalu aku masuk ke dalam kamar mandi Mamie yang jauh lebih lengkap daripada kamar mandiku di lantai dasar. Sabun, shampoo dan sebagainya import semua. Ada bathtub segala di dalamnya. Sehingga aku bisa berlama - lama berendam dengan air sabun hangat, sambil menerawang ke mana - mana.

Namun malam itu aku hanya mandi dengan shower air hangat. Menyabuni sekujur tubuhku, lalu membilasnya lagi. Kemudian mengambil handuk baru untuk mengeringkan tubuhku. Dan mengambil kimono putih yang all size dan banyak terlipat di dalam lemari kaca kamar mandi.

Setelah mengenakan kimono itu aku menyisir rambut di depan cermin besar yang menempel di dinding kamar mandi.

Kemudian keluar dari kamar mandi dan melompat ke atas bed, di mana Mamie sedang menelentang sambil nonton televisi yang dipasang di dinding.

“Daripada nonton tivi mendingan nonton bokep Mam, “kataku sambil meletakkan tanganku di atas perut Mamie.

“Memangnya kamu punya filmnya?” tanya Mamie.

“Banyak. Tapi di kamarku. Ambil dulu ya. “

“Iya. “

Lalu aku melangkah ke dalam lift dan meluncur turun ke kamarku.

Kuambil external hardisk 2 Tb, yang isinya beribu - ribu bokep. Lalu aku naik lagi ke lantai tiga, untuk menyambungkan external HD itu ke smart TV Mamie.

“Gak pakai CD player Bon?” tanya Mamie.

“Sudah gak zaman pakai player sekarang sih Mam. Lagian televisi Mamie ini termasuk Smart TV. External HD ini menyimpan ribuan bokep Mam… nanti kalau ada yang menarik, kita praktekkan ya. “

“Iya Sayang, “sahut Mamie lembut.

Setelah External HD itu tersambung dengan TV, aku pun mengambil remote control. Dan menyetelkannya ke USB. Setelah tersambung, aku merebahkan diri di samping Mamie.

Video pertama adalah seorang anak muda dan seorang wanita setengah baya yang melakukan hubungan sex outdoor.

“Ini mengingatkan kita ya Mam. Kan untuk pertama kalinya aku merasakan legitnya tempik Mamie di puncak bukit itu kan?” ucapku sambil menyelinapkan tanganku ke balik kimono Mamie. Ternyata Mami tidak memakai celana dalam. Mungkin dia sudah siap untuk berhubungan sex denganku, jadi semuanya dimudahkan.

“Iya… waktu itu mamie sedang horny mulu. Lantas gak kuat lagi menahannya. Duuuh .. Bona Sayang… kalau tempik mamie udah digerayangin gini… mamie suka langsung horny. “

“Kan mau nonton bokep dulu Mam. “

“Biarin aja film itu main, kita juga main yok… mamie sudah kepengen dientot nih sama kontol gedemu… “ucap Mamie sambil melepaskan tali kimonoku, kemudian membuka kimono yang sedang kupakai ini. Sehingga kontolku yang sudah mulai ngaceng ini langsung terbuka.

Dan Mamie langsung memegang kontolku, sambil menjilati moncong dan lehernya. Bahkan lalu mengulumnya dengan lahap. Dan mulai menyelomoti kontolku tak ubahnya anak sedang menyelomoti permen loli.

Tak cuma itu. Mamie pun mengalirkan air liurnya ke badan kontolku, lalu dengan bantuan air liur itu Mamie mengurut - urut badan kontolku yang tidak terkulum oleh mulutnya.

Karuan saja kontolku jadi ngaceng berat. Tapi Mamie tampak masih asyik menyelomoti kontolku. Maka kubiarkan saja Mamie melakukan apa pun yang diinginkannya.

Sampai akhirnya Mamie menelentang sambil berkata, “Ayo… masukin aja kontolmu sekarang. Tempik mamie sudah basah nih. “

Tadinya aku ingin membalas untuk menjilati memek Mamie juga. Tapi karena kedua paha Mamie sudah direntangkan lebar - lebar, aku pun segera merangkak ke atas perutnya, sambil memegangi leher kontolku. Lalu meletakkan moncongnya di mulut memek Mamie yang bentuknya mirip - mirip memek Tante Artini (maklum adik - kakak).

Dan kudorong kontolku dengan sekuat tenaga. Blessssss… menyelundup masuk ke dalam liang memek Mamie… !

“Adudududuuuuuh… kontolmu memang enak sekali Sayaaaang… sejak aku tau bahwa kamu ini anak kandungku, ini pertama kalinya kontolmu dimasukin ke dalam liang vagina mamie yaaa… “

“Iya Mamieku Sayaaaang, “sahutku sambil mencium bibir Mamie, yang lalu disambutnya dengan lumatan hangat.

“Mwuaaaaaaahhhhh… kamu ini seolah menjelma jadi dua sisi bagi mamie. Sebagai anak semata wayang mamie, sekaligus sebagai suami mamie… aaaaah… kita tak usah bertanya kenapa harus jadi seperti ini… lanjutkan saja hubungan fisik kita seperti ini ya Sayaaang… “

“Iya Mam… kalau hubungan ini dihentikan di tengah jalan, aku bisa murung dan melamun mulu nanti… bahkan mungkin aku akan menjauhi Mamie dengan perasaan bersalah… “

“Kamu tidak bersalah. Kan yang mengawalinya mamie sendiri di puncak bukit itu Sayang. Ayolah… entotkan kontolmu… jangan direndem terus… nanti keburu jadi ager kontolnya… hihihihiiii… “

“Tapi kalau Mamie hamil nanti gimana?” tanyaku sambil mengayun kontolku perlahan - lahan.

“Gak mungkin. Sebelum kita bersetubuh di puncak bukit itu, mamie sudah disuntik oleh dokter. Jangan sampai hamil. Anakku cukup satu saja. Cukup kamu saja seorang. Tapi kamu jangan jadi anak yang manja ya. Jadilah anak yang rajin dan ulet dalam berbisnis. Demi masa depanmu sendiri. “

“Iiii… iya Mamieku… “sahutku yang mulai mempercepat entotanku.

Mamie pun tidak berbicara lagi. Bahkan mulai mendesah dan merintih histeris lagi seperti biasa. “Iyaaaaa… aaaaaah… iyaaaaaa… aaaahhhh… kontolmu ini… luar biasa enaknya sayaaaaang… entot teruuuusssss… entoooot teruuuussss… iyaaaaa… iyaaaaa… entooooooottttt… entoooootttttt …

Enak sekaliiiii… enaaaaaak… iyaaaaaa… entooooootttttt… entooooot… kontolmu enaaaaaak… entoooootttttt… aaaaaah… aaaaaa… aaaaahhh… pentil tetekku sedoooot… sedoooootttt kayak bayi netek… iyaaaaa… iyaaaaaa… entooooottttt… iyaaaaa… aaaaa… aaaaahhh…

Rintihan - rintihan histeris Mamie dibarengi dengan dengus - dengus nafasku. Sementyara entotan kontolku semakin menggila. Seolah mesin pompa yang sedang memompa liang memek ibu kandungku.

Terkadang mulutku nyungsep di atas toket gedenya, mengemut dan menyedot - nyedot pentilnya. Terkadang menjilati lehernya yang mulai keringatan, disertai gigitan - gigitan kecil yang tidak menyakitkan. Sementara tangan kiriku tetap asyik meremas - remas toket kanan Mamie.

Ketika tangan Mamie terjulur ke bawah kepalanya, kujilati pula ketiaknya yang beraroma parfum mahal. Membuat bokong gede Mamie semakin menggelepar - gelepar, memutar - mutar. meliuk - liuk dan menghempas - hempas. Sehingga kontolku terasa dibesot - besot dan dipilin - pilin oleh liang memeknya yang licin, empuk tapi legit ini.

Aku sudah hafal bahwa Mamie tidak ingin disetubuhi terlalu lama. Yang penting, pada waktu Mamie sudah mau orgasme, aku pun harus secepatnya berejakulasi. Bahkan kalau bisa, dilepasin bareng - bareng lebih disukainya.

Karena itu, ketika keringatku mulai merembes dari pori - pori kulitku, ketika Mamie mulai berkelojotan, aku pun mempercepat ayunan kontolku.

Maju - mundur - maju - mundur dengan cepat sekali. Sampai akhirnya… ketika sekujur tubuh Mamie mengejang tegang, kontolku pun ditancapkan di dalam liang memeknya.

Lalu… ketika liang memek Mamie terasa mengejut - ngejut, kontolku pun mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir kenikmatanku.

Crrrroooooooooooooooottttt… crooootttttcrottt … croooootttttt… crottttt… crooooottttt… crooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooootttttttttttttttttttt… !

Kami sama - sama terkapar sambil berpelukan. Lalu terkulai lunglai di dalam kepuasan sedalam lautan.

“Mamie puas sekali… Terima kasih ya Sayang, “ucap Mamie yang disusul dengan kecupan mesranya di bibirku.

Setelah mencabut kontolku dari liang tempik Mamie, aku merebahkan diri di samping ibuku. Sambil menonton bokep yang masih tayang di layar televisi LED besar itu.

“Ohya… tadi ada tantemu yang dari Kalimantan datang. Dia tidur di kamar yang berdampingan dengan kamarmu. “

“Tante yang mana? Aku kan baru tau Tante Artini doang. “

“Adik - adik mamie ada empat orang. adik yang pertama bernama Surtini, tinggal di Semarang. Adik yang kedua bernama Haryati, tinggal di Surabaya. Adik yang ketiga bernama Artini… mantan ibu kosmu itu. Nah yang sedang nginap di rumah kita itu suka dipanggil Tari. Nama lengkapnya sih Muntari. “

“Jadi… Tante Tari itu adik bungsu Mamie?”

“Iya Sayang. Dia dijadikan istri muda seorang pengusaha batubara yang sudah tua. Tapi nikahnya secara diam - diam. Cuma nikah siri. Setelah sekian lamanya dijadikan istri muda, lama - lama ketahuan oleh istri pertamanya. Lalu Tari terus - terusan diteror oleh istri pertama. Sehingga akhirnya dia minta cerai saja.

“Sudah punya anak berapa orang?”

“Belum punya anak. Untung juga gak punya anak. Jadi gak repot ngurusin anak dalam status jandanya. Usianya masih sangat muda lho. Cuma setahun lebih tua darimu. “

“Jadi umurnya baru duapuluhlima tahun?”

“Iya. Waktu mamie melahirkan kamu, usia Tari baru setahun. Dia kan adik seayah beda ibu. “

“Owh… memangnya ayah Mamie berpoligami?”

“Nggak. Kan nenekmu meninggal duluan. Kemudian kakekmu menikah lagi. Maka lahirlah Tari itu. “

“Jadi… walau pun usianya cuma beda setahun, aku tetap harus manggil Tante padanya?”

“Seharusnya memang begitu. Kata orang - orang tua, kita tidak boleh merusak sirsilah. Status dalam keluarga harus tetap sesuai dengan kedudukannya. Meski usianya lebih muda darimu, tetap saja kamu harus manggil Tante padanya. “

Aku terdiam. Karena tayangan bokep di layar televisi lebih menarik perhatianku. Sepasang manusia tampak sedang bersetubuh di dalam mobil pick up.

Dan… diam - diam kontolku ngaceng lagi.

Untung Mamie pun terangsang oleh adegan di layar televisi itu. Sehingga kami bersetubuh lagi. Tentu dalam durasi yang lebih lama daripada persetubuhan yang pertama tadi… !

Bahkan di ronde kedua ini bermacam - macam posisi kami praktekkan. Sehingga keringat kami bercucuran kembali.

Lebih dari sejam kami melakukannya.

Dan setelah Mamie berkali - kali orgasme, aku pun akhirnya memuntahkan lendir maniku lagi di dalam liang tempik Mamie yang sangat legit itu.

Lalu kami tertidur sambil berpelukan. Dalam keadaan sama - sama telanjang, tapi ditutupi selimut tebal…

Keesokan paginya, setelah mandi bersama Mamie di kamar mandinya, tentu saja sambil saling menyabuni dan bercanda yang mengandung birahi, kami berpakaian lengkap lagi. Aku mengenakan pakaian casual, celana dan baju katun berwarna coklat muda. Mamie mengenakan gaun shanghai dress yang katanya beli di Hongkong waktu suaminya masih hidup, berwarna kuning muda yang tampak serasi sekali dengan kulitnya yang putih bersih.

Kemudian kami turun ke kamarku dan langsung menuju ruang makan untuk menyantap sarapan pagi yang sudah disiapkan oleh pembantu bagian dapur. Cuma makan bubur ayam dengan taburan emping di atasnya, tapi terasa lancar di mulut.

Setelah selesai makan sarapan pagi, Mamie menyuruhku menunggu sebentar di ruang makan, sementara Mamie membuka pintu kamar yang berdampingan dengan kamarku.

Tak lama kemudian Mamie keluar lagi bersama seorang wanita muda bergaun putih bersih yang… aduh maaaak… wanita muda itu luar biasa cantiknya… ! Tak kalah cantik dnegan artis - artis yang sering tampil di televisi… !

Sambil memegang pinggang wanita muda berperawakan tinggi langsing itu, Mamie berkata padaku, “Bona… ini adik bungsu mamie yang namanya Tari… meski usianya hanya beda setahun denganmu, kamu harus memanggilnya Tante… ayo kenalan sama tantemu ini… “

Dengan suara setengah berbisik aku langsung menanggapi, “Tante juga cantik sekali, masih sangat muda pula… “

Tante Tari menatapku dengan senyum manis yang aduhai .. dan .. mencium bibirku di depan Mamie… !

Membuatku gelagapan. Tapi kulihat Mamie cuma tersenyum - senyum sambil mengedipkan sebelah matanya padaku. Entah isyarat apa yang Mamie maksud dengan kedipan sebelah matanya itu.

Lalu kami melangkah ke ruang keluarga. Kami duduk berdampingan di sofa panjang berbentuk L yang sudutnya menempel di sudut ruang keluarga itu. Aku duduk diapit oleh Mamie dan Tante Tari yang ternyata ramah sekali itu.

Mamie di sebelah kiriku, Tante Tari di sebelah kananku.

“Biar tantemu ini jangan murung terus, ajak dia main ke tempat yang bisa menghibur hatinya Bon, “kata Mamie.

“Ajak main ke mana Mam?” tanyaku bersemangat.

“Ke mana aja, “sahut Mamie, “Ohya… mamie kan punya tanah di perbatasan Jabar dengan Jateng. Tantemu sudah dua kali diajak ke sana waktu masih gadis dulu. Sedangkan Bona kan belum pernah diajak ke sana. Tanah di perbatasan itu termasuk tugasmu juga untuk mengelolanya nanti kan? Nah… kapan - kapan ajak tantemu ini ke sana.

“Sekarang sih jangan jauh - jauh dulu Mbak. Kalau ke Jogja, aku mau. Pengen beli gaun batik yang bagus kualitasnya, “tanggap Tante Tari.

“Mau ke Jogja sekarang? Boleh, “kataku.

Mamie juga tampak setuju, “Iya… anterin dia ke mana pun yang dia mau. Pokoknya setelah tinggal di rumah ini, dia gak boleh murung lagi. Harus kembali ceria seperti dahulu. Dandan aja dulu sana Tari. “

“Nggak usah, “sahut Tante Tari, “Pakai gaun ini aja gak apa - apa kan? “

“Iya, “Mamie mengangguk, “Pakai gaun itu juga gak apa - apa. Nanti di Jogja beli gaun yang bagus - bagus. “

“Aku juga pakai ini aja, “kataku sambil memegang lengan baju katun coklat mudaku.

Kemudian Mamie bangkit sambil mengedipkan matanya padaku. Isyarat yang satu ini kumengerti. Bahwa aku harus mengikuti langkah Mamie, sementara Tante Tari juga berdiri dan masuk ke dalam kamarnya.

Mamie mengajakku bicara di dalam kamarku, “Dia itu bawa duit banyak sekali. Mantan suaminya kan petambang batubara yang duitnya berlimpah ruah. Kelihatannya dia suka padamu Bon. Kamu rayu aja dia sampai jatuh hati padamu. “

“Lho… Mamie kok ngomong gitu?” tanyaku heran dan bingung.

“Biar dia kerasan di sini Sayang. Supaya sakit hatinya terobati olehmu. Selain daripada itu… nanti deh mamie bicara panjang lebar denganmu. Tapi masalah rahasia kita jangan sampai dia tau. Kecuali… “

“Kecuali apa?” tanyaku karena Mamie tidak melanjutkan kata - katanya.

“Kecuali kalau kamu sudah mendapatkan dia dan sudah menggaulinya, kita boleh buka kartu. “

“Kok Mamie seperti ngotot begitu, ingin agar dia tetap tinggal di sini?”

“Tari itu punya faktor keberuntungan yang bagus sekali Bon. Mantan suaminya sering bilang gitu dahulu. Bahwa sejak Tari jadi istrinya, usaha mantan suaminya itu langsung meledak - ledak. Lagian Tari takkan menyusahkan kita kok. Duit pemberian mantan suaminya sangat buanyaaak… Kalau dia jatuh ke tangan lelaki yang pemorotan kan bahaya.

“Memangnya Mamie rela kalau dia benar - benar jatuh hati padaku nanti?” tanyaku memancing. Padahal aku sudah setuju dengan keinginan Mamie itu.

“Rela… sangat rela. Asalkan mamie tetap dapat jatah darimu Sayang. Ya udah pergi sana. Mau pakai mobil yang mana terserah kamu. “

“Pakai sedan yang kemaren kupakai nganterin Mama aja. “

“Iya, terserah kamu. Semua mobil di garasi itu kan sudah jadi punyamu juga sekarang. “

Kemudian kami keluar menuju ruang tamu, di mana Tante Tari sudah menunggu sambil menjinjing tas kecilnya.

“Mbak Lies… villa kayu yang berada di dekat Parangtritis itu masih punya Mbak?” tanya Tante Tari pada Mamie.

“Masih, “Mamie mengangguk. Mau ke sana? Silakan aja. Sebentar… kuncinya tak ambil dulu. “

Lalu Mamie bergegas menuju ruang kerjanya. Tak lama kemudian mamie sudah kembali lagi sambil membawa seuntai kunci. Lalu diserahkannya kunci - kunci itu kepada Tante Tari sambil berkata, “Villa itu biasa dibersihkan dan ditata oleh seorang lelaki bernama Sapto. Nanti kalau dia nyamperin, kasihkan duit ini padanya.

Beberapa saat kemudian aku sudah menjalankan sedan hitam built up Germany ini menuju Jogja, tentu harus lewat Solo dulu.

“Sudah punya pacar belum?” tanya Tante Tari sambil memegang tangan kiriku yang nganggur, karena sedannya bisa matic bisa manual juga. Kali ini kuaktifkan maticnya.

“Belum, “sahutku, “Diwisuda juga baru sebulan. Langsung sibuk ngurusin perusahaan Mamie. Jadi… belum sempat nyari calon pacar… apalagi calon istri. “

“Masa sih cowok seganteng kamu gini belum punya pacar?! “tanyanya sambil meremas tangan kiriku dnegan lembut.

“Waktu masih kuliah, aku kan belum dipertemukan dengan Mamie. Pada saat itu aku hanya konsen kuliah aja. Gak mau mikirin cewek. “

“Sayangnya kamu anak kakakku. “

“Memangnya kalau anak kakak kenapa?”

“Gak bisa kawin. “

“Kawin apa nikah?”

“Nikah… hihihihiii… kalau kawin sih boleh - boleh aja. “

“Mau dong kawin sama tante yang cantik begini sih… “

“Kawin apa nikah?”

“Kawin. “

“Kalau gitu sekarang langsung ke jalan menuju Parangtritis aja. Setelah lewat ISI, belok ke kiri. Menuju villa punya mamiemu. Belanja pakaian sih gampang, kapan - kapan juga bisa. “

“Mau ngapain ke villa?”

“Katanya mau kawin. Ya udah kita lakukan di villa aja. Mumpung darahku lagi hangat nih. “

“Serius nih?”

“Tiga rius bukan serius lagi. Aku suka kok punya keponakan ganteng gini, “ucap Tante Tari yang disusul dengan kecupan hangatnya di pipi kiriku.

Sebagai jawaban, kecepatan mobil kukurangi, lalu kubelokkan ke samping kiri, ke bahu jalan. Lalu kuhentikan tanpa mematikan mesinnya.

“Kenapa berhenti?” tanya Tante Tari.

“Tadi waktu kita kenalan, Tante nyium bibir segala kan? Sekarang giliranku untuk mencium bibir Tante. “

Tante Tari celingukan, “Nanti ada orang liat gak?”

“Kacanya gelap Tante. Dari luar gak bisa melihat ke dalam mobil ini, “sahutku sambil melingkarkan lengan kiriku di leher Tante Tari.

Tante Tari tersenyum. Lalu mendekatkan bibirnya ke bibirku.

Maka kupagut bibir sensual itu. Dan kulumat dengan lahap, membuat sepasang mata bening dan indah itu terpejam.

Lama juga kulumat bibir tanteku yang sangat cantik ini, karena ia pun balas melumat bibirku.

Setelah ciuman dan lumatan itu terlepas, terdengar suara Tante Tari yang belum pantas kupanggil tante itu saking masih mudanya, “Bona… “

“Ya?” sahutku sambil melajukan lagi mobil Mamie yang katanya sudah jadi mobilku juga ini.

“Kayaknya aku jatuh hati dalam pandangan pertama di rumah mamiemu tadi. “

“Nggak ada yang salah kan?”

“Tapi… mungkin kita hanya bisa saling mencintai, tanpa bisa melangkah ke arah yang sah. “

“Kita jalani aja apa yang mungkin terjadi kelak Tante. Jujur, begitu melihat Tante tadi, aku juga seperti Tante. Langsung jatuh hati. Makanya aku kaget ketika Tante mencium bibirku di rumah tadi. “

“Iya… tadi aku sudah gak nahan melihat bagusnya keponakanku. Makanya gak sungkan - sungkan lagi mencium bibirmu di depan mamiemu. “

“Tapi sejak Tante mencium bibirku tadi, aku langsung merasa ingin memiliki Tante. “

“Kamu boleh memiliki aku lahir batin. Tapi kita takkan bisa menikah secara sah Bon. Gak apa - apa kan?”

“Gak apa - apa. Anggap aja kita sedang berada di Eropa, yang bebas melakukan apa saja. “

Tante Tari mengecup p;ipi kiriku lagi, Emwuuuuaaaah… !” disusul dengan ucapan, “Aku gak mau munafik Bon. Detik ini aku merasakan getaran cinta ini. Aku langsung jatuh cinta padamu Bon.”

“Hmmm… si dede langsung bangun nih Tante. “

“Masa?! Pengen lihat yang baru bangun dong, “kata Tante Tari sambil memegang ritsleting celana katunku.

Kubantu dengan menurunkan ritsleting celana katunku. Lalu kupelorotkan celana katunku berikut celana dalamnya sekalian.

“Waaaaw ! “pekik Tante Tari sambil menggenggam kontolku yang sudah ngaceng ini, “Gagah bener dedemu ini Booon… ya gede banget ya panjang banget… wahwaaah… bisa klepek - klepek aku kalau dikasih yang segede dan sepanjang ini sih.“

“Memangnya punya mantan suami Tante segede apa?”

“Aaaah, punya dia sih jauh lebih kecil daripada kontolmu ini Bon. Lagian usianya juga sudah hampir enampuluh tahun. Banguninnya susah. Harus dioral dulu. “

“Tapi tentu ada kelebihan dia yang membuat Tante bersedia dijadikan istrinya kan?”

“Kelebihan dia hanya duitnya aja Bon. Dia tak segan - segan menghamburkan duitnya padaku. Itu saja. Yang lainnya sih nol besar. “

“Tapi Tante gak punya anak ya dari dia?”

“Ya itu… dia kan sudah tua. Mungkin spermanya sudah lemah. Makanya gak mampu membuahi telurku. “

“Nanti kubuahi, mudah - mudahan bisa. “

“Mau kok aku dihamili olehmu. Biar kalau lahir anak cowok, pasti ganteng seperti ayahnya, “sahut Tante Tari sambil menciumi puncak kontolku.

“Jangan dioral Tante… !” cegahku.

“Kenapa?”

“Aku kan lagi nyetir. Bisa nabrak mobil orang nanti kalau dioral sekarang. “

“Ooooh iya, iyaaa… aku lupa Bon. Ya udah… sekarang konsen ke setir aja dulu. Nanti kuemut kontolmu di villa. “

“Aku juga mau jilatin puki Tante. “

“Heh… kok kamju bisa bahasa Banjar?”

“Yang jorok - jorok sih bisa. Di Kalimantan kontol itu disebut butuh, kalau memek disebut puki kan?”

“Iyaaaaaa… “

“Kalau bersetubuh disebut basakian. Cewek cantik disebut galuh bungas, benar kada?”

“Cailaaaa… ternyata kamu bisa ngomong bahasa Banjar juga ya. “

“Ulun masih belajar Tante. “

“Duh… tau ulun segala. Itu bahasa halus. Kan bahasa Banjar juga punya bahasa halus dan kasarnya. “

“Bujurrrrrr… “

“Nah bujur itu kalau dalam bahasa Sunda berarti pantat. Tapi buat bahasa Banjar berarti betul. “

Sedan hitam ini berlari terus di jalan menuju Parangtritis. Seperti petunjuk Tante tari, pada suatu saat sedan ini kubelokkan ke kiri.

Dendang birahi pun mulai berkumandang di dalam batinku.

Lalu terngiang lagi kata- kata mamie di rumah tadi. Berarti kalau terjadi sesuatu di antara aku dengan Tante Tari, adalah atas restu Mamie juga.

BERSAMBUNG
Share this games :

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.