Thursday, April 2, 2020

Home » » Kumpulan Cerita Horor Dia Yang Tersenyum Seringai Dalam Gelapnya Malam

Kumpulan Cerita Horor Dia Yang Tersenyum Seringai Dalam Gelapnya Malam


Kumpulan Cerita Horor - Sebelumnya perkenalkan, aku perempuan berasal dari ujung bogor timur perbatasan cianjur, usiaku saat ini 19 tahun, inisial namaku "D", tapi karena anak bungsu, keluargaku biasa memanggil "de, atau dede" dan kalian boleh memanggilku apa saja selama sopan.

Sampai detik ini aku sedang berusaha untuk melupakan semuanya tentang "mereka", bukan karena aku tak bersyukur dengan kekurangan ini, tapi hanya ingin hidup normal seperti orang kebanyakan, tapi entah kenapa rasanya sulit. Kalian pasti tau "mereka" yang sedang aku maksud, bukan?

Kurang lebih sekitar dua bulan lalu aku bertemu lagi dengan sosoknya dan ini mengingatkanku kembali pada awal mula kesadaranku beberapa tahun silam, bahwa "mereka" itu benar ada.

Cukup lama aku berdebat dengan pikiranku, dan setelah meminta izin pada beberapa pihak, akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan semuanya ke sini..

Dulu, bisa dibilang aku orangnya super cuek, apa yang aku rasakan dan lihat sering kali diabaikan, bukannya tidak percaya dengan hal yang diluar nalar, tapi lebih ke aku menganggapnya hanya halusinasi.

Sampai akhirnya kisah ini terjadi, tepatnya pada awal tahun 2014..
Saat itu sedang libur pondok(pesantren).. setelah beberapa hari dirumah, aku tak merasakan kejanggalan apapun, aku melakukan aktivitas seperti biasanya, mandi, makan dan sebagainya, hingga saat malam jum'at. Selepas maghrib, aku kembali ke kamar untuk mengaji, dipertengahan surat yang aku baca, tenggorokanku tercekat, sakit sekali, mataku panas dan terus berderai air mata, ingin rasanya berteriak meminta tolong, namun tak bisa.

Aku sendiri bingung apa yang terjadi, yang aku pikirkan saat itu hanya kematian akan segera tiba menghampiriku..

Dalam hatiku memohon "Ya Allah, bantu aku." Dan terus berusaha bersyahadat dengan susah payah. Beberapa saat kemudian, Alhamdulillah akhirnya aku bisa lepas dari semua itu. Aku beranjak untuk keluar kamar, namun saat diambang pintu aku tersungkur tak sadarkan diri.

Kemudian aku terbangun dgn hidung yang mimisan, aku melihat ibu menangis, dan wajah ayahpun nampak panik, aku tau betul mereka khawatir hingga akhirnya aku mengurungkan niat untuk menceritakan apa yang tadi aku alami.

Aku pergi wudhu dan pamit ke kamar setelah menolak ajakan ibu untuk tidur bersamanya. Karena rasanya aku ingin memikirkan apa yang baru saja terjadi, apa ini halusinasi lagi?

Aku tidur, dan bermimpi melihat sosok perempuan, dia tertidur diantara dapur dan kamar mandi rumahku, tangannya menutup seolah sedang bertapa. Sama persis seperti apa yang aku lihat saat pingsan tadi.

Bedanya kali ini "dia" menoleh, kemudian berdiri, berjalan namun kakinya tak napak, keluar dari kamar mandi, wajahnya menyeringai, setelah melewati dapur, dan tepat dihadapanku, ketawanya melengking dengan mulut yang melebar hingga ke leher, kemudian berhenti lalu menatap seolah ingin menerkam.

Secara manusiawi, jelas aku merasa takut, tapi apa iya aku harus diam saja?

Dengan ragu, aku mencoba berkomunikasi dengannya, "Apa maumu?!", dia semakin mendekat "Kamu yang mengganggu ketenanganku, beribadah tak tau waktu, ini rumahku, harusnya sadar diri!", ucapnya berteriak, "Dan sebagai gantinya, aku ingin meminjam tubuhmu, aku akan mengendalikannya untuk dendamku yang belum terbalas!!!" sambungnya.

Aku terdiam.. tubuhku lemas, bahkan untuk sekedar menelan ludahpun rasanya sulit, rasa takutku bertambah saat mendengar pernyataanya, apalagi dengan diiringi ketawanya, dan mata yang penuh kebencian, membuat nyaliku sedikit ciut saat itu.

Tapi entah dapat keberanian dari mana, aku malah menantangnya, "Dasar iblis, setan, jin, atau apapun itu! Silakan saja kalau bisa, kamu pikir aku takut, hah?! Teriakku bercampur air mata.

Dia mendekat dan berhasil mencakar tangan kiriku, aku terus mundur hingga akhirnya mentok sampai tembok, dia tertawa lagi seolah meremehkan, rasanya telingaku mau pecah mendengarnya.

Dia mencekik, dan mengangkatku, karena bagaimanapun tubuhku kalah tinggi dengannya. "Aku bunuh kamu!" Ucapnya menyeringai. "Hidup dan matiku ditangan Allah" jawabku kemudian meludahinya tepat diwajah. Dan sepertinya tindakanku membuatnya marah sehingga dia mengeratkan tangannya dileherku.

Aku semakin kesulitan bernapas dibuatnya, "Ya Allah, beri aku kekuatan untuk melawannya." doaku berulang kali.

Saat tubuhku mulai melemah, aku melihat cahaya yang mendekat, dan berhenti tepat dibelakang mahluk itu, kini aku bisa melihatnya dengan jelas apa cahaya itu.. ternyata dia adalah seorang kakek dengan wajah teduh sepertinya senyum itu tak asing bagiku, memakai jubah putih lengkap dengan sorbannya, melemparkan tasbih dan berlalu begitu saja.

Aku berhasil meraihnya, beristighfar dalam hati karena mulutku seperti terkunci, sesaat kemudian aku bisa mengucapkan "AllahuAkbar" dengan lantang dan dia terpental, dan akupun terjatuh.

Aku terbangun tepat saat azan shubuh, nafasku terengah dan keringat membanjiri tubuhku padahal hawanya sangat dingin, aku bergegas sholat namun ketika wudhu tanganku terasa perih, aku melihat ada luka cakar yang cukup panjang dari pergelangan tangan sampai ke siku, sama seperti dalam mimpi.

Aku berusaha melupakannya, tapi kejanggalan terus menyelimuti perasaanku, aku yakin ini bukan ulahku, karena kukuku terlalu pendek untuk melakukannya, tapi kalaupun mimpi itu menjadi nyata rasanya tak masuk akal.

Paginya akupun melihat ada luka lecet yang kebiruan dileher, itu yang membuatku akhirnya menceritakan semua pada ibu, ibu terlihat sama takut dan sama bingungnya dengan aku. Sembari mengobati lukaku, "Banyakin berdoa ya, semoga Allah jagain de, ibu, ayah sama dede" katanya.

Jam berlalu, rasanya siang semakin cepat berlalu.

Dan malam itu setelah selesai mengerjakan tugas, aku merebahkan diri dikasur, saat itu juga ada hembusan napas dibelakangku, namun lagi lagi aku cuek, tak lama kemudian tv nyala dan mati dgn sendirinya, "ah mungkin rusak" pikirku tetap tak peduli.

Tapi saat tiduran dengan posisi telungkup tiba tiba rambutku seperti ada yang menjambak, aku kaget dan langsung berbalik badan, dengan keadaan lampu yang dimatikan otomatis kamar menjadi gelap, aku mencari hp untuk dinyalakan senternya, dan dia ada tepat diatasku, dengan wajah yang menyeramkan berusaha untuk mencekik, jelas aku melawan dengan memukulnya, kemudian dia menghilang.

Besoknya saat sedang mandi, aku merasakan napas itu lagi.. dan kini ia tepat dibelakang kepalaku dengan diiringi tawa cekikikan yg memenuhi seisi kamar mandi!

Walaupun samar tapi berhasil bikin merinding. Aku mencoba untuk tetap tenang sembari memeluk lutut, mengumpulkan keberanian. Dengan posisiku membelakangi pintu, otomatis harus berbalik badan jika ingin keluar dari kamar mandi.. dan aku tak ingin melihatnya jika aku berbalik badan saat itu.

Beberapa menit berlalu, dan aku masih bertahan dengan posisiku, rasanya sangat lelah sekali, tenagaku cukup terkuras terus terusan diganggu seperti ini.

Saat menunduk aku melihat sepasang kaki dibawahku sangat jelas namun kaki itu terbenam dalam lantai, seketika langsung teringat posisinya dalam mimpiku, tidur telentang diantara dapur dan kamar mandi. Jantungku semakin berdegup kencang, merubuhkan keberanian yang daritadi aku kumpulkan. "Jadi aku jongkok diantara kakinya?" pikirku.

Mau sampai kapan aku bertahan disini? Akhirnya perlahan aku berbalik badan, dan benar saja.. sosok menyeramkan itu duduk tepat dilawang pintu yang masi tertutup.

Aku berteriak sekeras mungkin, tapi rasanya percuma karena sepertinya suaraku tak terdengar oleh ibu yang sedang memasak, padahal jaraknya cukup dekat, karena posisi dapur dan kamar mandi itu saling berhadapan.

Semakin aku teriak, semakin keras dia tertawa, hingga mulutnya terus melebar tak karuan, ngeri, takut, jijik melihatnya, dan dengan aroma busuk yang berhasil membuatku mual. "Brp lama dia ga sikat gigi?"
Disaat seperti ini sempat sempatnya pikiran itu terlintas dibenakku, aku menggelengkan kepala, mencoba untuk fokus.

Tiba tiba tangannya terus memanjang meraih kepalaku, membenturkannya ketembok hingga beberapa kali, dan akupun terjatuh.
Disisa kesadaranku, aku mendengar suara ibu memanggil. Berbarengan dgn hilangnya sosok itu. Aku mengambil handuk dan keluar. Aku disambut ibu yg khawatir krn mendengar suara benturan dari dlm kmr mandi.
Aku tidur setelahnya, dan terbangun karena perut sangat lapar.

Saat berjalan melewati cermin aku berhenti untuk merapikan rambutku yg super berantakan, aku terdiam karena ada yang beda dgn bayanganku, wajah itu sangat putih, jelas tidak wajar dgn warna kulit manusia, dan dipantulan aku tersenyum sangat lebar, padahal aku sendiri sdg bengong... .

Pikiranku langsung menangkap bahwa itu pasti dia lagi, namun tubuhku kaku, dengan sekuat tenaga aku mencoba mengangkat sisir yang sedang dipegang, lalu melemparkannya tepat dibayangan itu. Dan "prank", beberapa pecahan itu mengenai kakiku.

 KLIK DISINI

Aku menutup mataku dengan tangan dan terus berteriak, itu berhasil membuat ibu berlari dan memelukku erat, menenangkan dengan mengusap kepalaku, "Ibu dia siapa? De kenapa?", aku histeris. "De, liat ibu hey istighfar ayo, Astaghfirullah hal adzim" ucap ibu sembari menepuk pipiku, aku mengikuti ucapannya, "rasanya aku sudah tidak waras lagi." Pikirku.

Beberapa hari setelahnya, aku berobat karena sudah waktunya check up bulanan, aku tertidur selama diperjalanan, lumayankan bisa istirahat.

Sesampainya dirumah sakit, dan duduk diruang tunggu, aku bertemu anak kecil, dia duduk disampingku, aku mengajaknya berbicara, tapi tak ada jawaban.

"De ngomong sama siapa?" tanya ibu. "Dia" aku menunjuknya, tapi ternyata hanya aku yang bisa melihat. "Apa apaan ini? Mungkin benar aku sudah gila." gerutuku dalam hati.

Diruang dokter, seperti biasanya ditanya beberapa hal dan aku mengeluhkan kakiku yang sakit akhir akhir ini.

Akhirnya aku diminta masuk ke ruang lab untuk tes darah, disana aku bertemu dengan dokter Anita, "Kamu lagi? Dijaga dong kesehatannya, bosen saya periksanya" ucapnya terkekeh.

Aku menanggapinya hanya dengan senyum, mataku fokus kepojok ruangan, ada sosok perempuan dengan rambut yang kusut berdiri dengan kepala menunduk, dan lagi aku berpikir "hanya halusinasi".

Saat menunggu di apotek, aku meninggalkan ibu untuk izin ke toilet, tapi aku tak kunjung masuk karena walaupun pintunya terbuka tapi masi ada orang didalam.

Tak lama kemudian, "belum mau masuk?" Tanya seorang ibu, aku menggeleng. "Ya udah saya duluan ya" ucapnya langsung menutup pintu..

Aku bengong, banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku, tapi ah sudahlah. Aku pergi dari sana, menghampiri ibu yang sudah menunggu diluar.

Diperjalanan pulang hingga sampai dirumah, entah sudah berapa banyak "mereka" yang aku lihat, tapi logikaku masi bersikeras menentang semuanya. .

Dua minggu berlalu, keadaan kakiku semakin menjadi, tiba tiba lemas dan langsung terjatuh saat sedang berjalan, layaknya seorang bayi.

Atau bahkan sering kali terbangun tengah malam karena merasakan kaki yang sakit luar biasa, dan setelah beberapa kali, aku baru sadar bahwa semua itu selalu terjadi saat jam dua malam.. .

Waktu berlalu hingga masa Liburanku usai, tapi ayah meminta izin libur lagi kepada pihak pesantren, karena sudah mengetahui keadaanku yang sering sakit, akhirnya diizinkan dengan syarat tetap mengerjakan tugas yang diberikan.

Begitu dan terus begitu, aku masih selalu dihantui, bahkan terkesan diteror karena banyak luka lebam atau cakaran, setiap aku terbangun dari mimpi dan rasanya pun lumayan sakit.

Ibu dan ayah sudah berusaha meminta tolong didoakan kepada beberapa ustadz dekat rumah, karena semakin khawatir dengan kejanggalan yang aku alami. Tapi seperti yang sudah sudah, setelah bersedia namun keesokan harinya mereka tiba tiba bilang tak bisa membantu tanpa alasan yang jelas.

Rasanya hanya bisa pasrah, karena ayah apalagi ibu tak tau harus bagaimana lagi?

Sampai akhirnya kakak pertamaku datang menjenguk bersama suaminya, ibu menceritakan keadaanku yang sering kali kesakitan saat tengah malam, denganku pun mereka mengobrol cukup banyak, namun lebih banyak bertanya kabar dan soal pelajaran, tak sekalipun menyinggung tentang apa yang aku alami.

Tadinya aku pikir mereka akan menganggap aku sakit seperti biasanya, tak merasakan kejanggalan apapun, tapi ternyata besoknya kaka iparku menelepon ibu, .

"bu, gimana kalo dede diobatin sama om aa aja, soalnya kaya ada yang ga beres. Mungkin ini sih cuma perasaan aa sama teteh aja, tapi apa salahnya dicari tau kan? Kalo emang mau nanti dikabarin lagi." Ibu mengiyakan, katanya demi kebaikanku...

Dua hari setelahnya, ada telepon masuk dengan nomer baru, ternyata beliau kaka dari kaka iparku, ya karena kebetulan om kaka iparku, kiyai Sholeh sedang sibuk mengurusi beberapa pasien dipesantrennya, jadi beliau mengutus ustadz Atnam untuk membantuku.

"Neng tunggu ya, malem ini bapa doain, bismillah atas izin Allah semuanya bisa selesai." katanya sesaat setelah menanyakan nama lengkap aku dan ayahku.

Sebenarnya beliau menyuruh ibu atau ayah membawaku ketempatnya agar bisa dijaga dan terus dipantau oleh beberapa santri kiyai Sholeh, tapi karena keadaanku yang tak memungkinkan akhirnya mencoba lewat doa jarak jauh.

Malam itu aku tidur diruang tamu sesuai perintah, bersama ibu, ayah dan kakaku yang ketiga. Posisiku dipojok kiri dan dipeluk ibu dari belakang, tapi seperti biasa aku terbangun jam dua malam karena merasakan kaki yang sakit luar biasa, aku memanggil ibu sambil mengoyangkan tangannya dipinggangku, tapi kenapa tangan ibu rasanya sedingin es?..

Dan saat kulihat, pinggangku dipeluk oleh sebuah tangan dgn kuku yg sangat panjang! sontak aku menepisnya dgn cepat. Keringat dingin membanjiri tubuhku menahan rasa takut, dengan terus membaca ayat kursi, tanganku berusaha terus meraba untuk mencari tubuh ibu tanpa berani berbalik badan, aku terus berteriak cukup lama, tapi tak ada satu orangpun yang bangun.

Aku menyerah, dan aku terpaksa berbalik badan... dan dia tidak hilang.. dia disini.. dia ada ditengah antara aku dan ibu, tapi anehnya tidak seseram biasanya. Dengan gaun merah muda, rambut yang masi digulung dan ditusuk sumpit, bunga merah ditelinganya, dan kulitnya sangat putih. Tubuhnya semakin mendekat, dan saat itu pula wajah seramnya kembali, dia berteriak ditelingaku "PERRGIIII!".

Aku menangis histeris kerena dia mencekikku, aku memejamkan mata dan terus berusaha mendorongnya sembari berdoa, akhirnya semua terbangun, ibu memelukku, dan kamipun terjaga sampai adzan shubuh.. Dan ada luka lagi yg tertinggal, seperti biasanya setiap ada kejadian entah nyata ataupun mimpi, kejadian itu selalu meninggalkan bekas di kulitku. Seolah ini peringatan bahwa ancaman yg kualami adalah suatu hal serius...

Malamnya, ustadz Atnam kembali menelepon, katanya beliau diserang sampai muntah, "Kekuatan ini jahat dan lumayan kuat, tapi saya udah bilang sama kiyai Sholeh untuk bantu mendoakan." ucapnya pada ibu ayah, aku yang mendengar itu langsung menangis bukan cuma takut, tapi juga sangat merasa bersalah.

"Neng bapa mau nanya boleh ya?", "Dia perempuan?", "Kulitnya putih", "Pake baju merah jambu?", "Rambutnya digulung?", "Terus ada kembang ros ditelinganya?"

Aku hanya menjawab "iya.." disetiap pertanyaannya, karena memang begitu adanya. Apa yang ditanyakan sama persis dengan apa yang aku lihat.

Bagaimana mungkin? Sedangkan aku belum menceritakannya kepada siapapun, dan ternyata sosok seperti itulah yang datang menyerang ustadz Atnam, dan terus berteriak "Jangan ikut campur, ini urusanku!" katanya.

Setiap pagi aku baru bisa tidur karena malamnya tak pernah bisa nyenyak sebab rasa sakit dikaki yang semakin parah. Bukan cuma cape fisik tapi juga pikiran, kurang istirahat dan ga selera makan. Sudah berhari hari aku tak pernah berani melihat cermin, bahkan hanya untuk sekedar mandipun harus ditemani, karena pagi, siang, sore dan malam, kapanpun saat melakukan aktivitas apapun selalu dihantui rasa takut.

Besoknya aku tertidur selepas shubuh, dan terbangun menjelang siang, ibu baru pulang membawa beberapa kantong belanjaan, saat membukanya aku tau semua bahan masakan itu, namun ada satu yang asing dimataku, daun berukuran kecil, entah apa namanya?

Ternyata daun itu permintaan ustadz Atnam, ibu bilang susah payah mencari, tapi Alhamdulillah Allah beri jalan, ada satu orang yang punya tanaman itu dan memberinya suka rela. Aku bangga dengan perjuangannya. Terimakasih,ibu, ayah, teteh, aa, semoga kalian terutama ibu dan ayah sehat dan selalu dalam lindungan Allah, Aamiin.

Sesuai pesan ustadz Atnam, siang itu daun direndam dibaskom berisi air, hingga sorenya beliau menelepon untuk mendoakan, lalu dibiarkan semalaman untuk digunakan keesokan harinya, tepat dimalam jum'at.

Sesuai janji selepas isya, ustadz Atnam kembali menelepon, ternyata "dia" juga datang berusaha menyerang kyai Sholeh, namun berhasil digagalkan..

Selesai mendoakan baskom berisi rendaman, "Setelah teleponnya mati langsung kunci pintu, kalo nanti ada suara apapun tolong jangan pergi, terus aja baca doa yang tadi dikirim disms, dan cipratkan airnya, yakin semuanya bisa dilawan atas izin Allah, saya dan kiyai Sholeh bantu mendoakan dari sini." ucap ustadz Atnam pada ibu, karena kebetulan ayah sedang piket kerja, jadi kami hanya bertiga.

Posisinya ibu didepan, aku ditengah, dan kakaku dibelakang. Kami terus berjalan, berdoa dan mencipratkan air itu diseluruh ruangan, namun saat dikamarku tiba tiba ada suara gaduh barang yang berjatuhan, anginpun terasa berhembus kencang sampai pintu kamar mandi terus terbuka dan terbanting sendiri, seisi rumahku seakan bergerak tanpa kendali. Suara itu baru berhenti, setelah ibu selesai melakukan semuanya.

Paginya ibu menelepon ustadz Atnam, menceritakan semuanya didepan ayah yang sedang penasaran, ternyata ditempat beliau dan kiyai Sholeh pun sama, beberapa barang berjatuhan saat membantu mendoakan.

"Semoga dia ga akan ganggu neng lagi, jangan lupa terus minta perlindungan sama Allah ya."

. "Aamiin." ucapku.

Saat itulah aku tau sebuah kenyataan, bahwa mata bathinku sudah terbuka sebagian sejak lahir, dan saat mengalami kejadian itu ternyata tidak sengaja terbuka seluruhnya, makanya semua kejadian itu sangat jelas dipandanganku.

Ibu meminta ditutup agar aku tak mengalami hal diluar nalar lagi. Tapi katanya hanya bisa ditutup yang tidak sengaja terbuka aja, yang sudah terbuka sejak lahir, akan tetap terbuka sampai kapanpun.

Tapi suatu saat yang sudah ditutup pun akan terbuka lalu tertutup secara sendiri lagi, tanpa bisa dikontrol. Jadi kapanpun itu terjadi aku harus mempersiapkan diri, namun setidaknya aku bisa merasa lega karena tak setiap hari terbuka seluruhnya.. Beberapa bulan berlalu, aku merasakan ketenangan kembali setelah kejadian itu, dan aku sudah mengetahui juga bahwa seorang kakek yang menolongku dalam mimpi waktu itu ternyata sosok menyerupai buyutku

Bagaimana aku tau? Aku melihat lukisan wajahnya dirumah sepupu ayah. Aku memandangi wajah itu dan tersenyum, kemudian merasakan kehadiranya. "Abah jagain semampunya, neng jangan lupa sholat ya." Bisiknya. "Terimakasih abah" ucapku dalam hati.

Aku bersyukur, Allah membantu semuanya melalui ustadz Atnam dan kiyai Sholeh, dan akhirnya aku bisa kembali masuk untuk belajar, namun seperti biasa izin pulang setiap bulan untuk jadwal berobat.

Kebetulan pula saat itu ada acara keluarga dirumah nenek, dibogor barat. Aku berangkat bertiga, bersama ibu ayah, karena kakaku sudah dari beberapa hari sebelumnya.

Disana aku bertemu dengan ustadz Abdan, pemilik pesantren didesanya, kebetulan beliau adalah ade sepupu ibu.

Beliau menghampiriku dan tersenyum "Kalo ketemu apapun jangan pernah ngerasa takut ya, lawan aja, manusia itu mahluk yang sempurna, jadi jangan mau kalah." Ucapnya, mengusap kepalaku, lalu pergi.

Dan saat aku memasuki rumah nenek, aku mendengar ibu dan om menyebutku dalam obrolannya. "Tadi Abdan bilang, dede udah kebuka mata bathinnya dari bayi, itu bener?", ibu mengiyakan pertanyaan om.

Ibu juga bilang bahwa dulu saat masih kecil setiap hari aku selalu menceritakan makhluk seperti itu, tapi awalnya dipikir semuanya hanya ocehan anak kecil, dan sekarang ibu baru menyadarinya.

Disaat itu pula leherku kaku, sakit dan aku pun muntah, lalu pingsan. Dalam keadaan setengah sadar aku mendengar suara ustadz Abdan, "Ma, udah lepas. Dunianya udah beda, bukan gini caranya kalo sayang. Ini cucu ema jugakan? Kasian kesakitan." Ternyata katanya, aku dipeluk jin yang menyerupai ibu dari ustadz Abdan yang sudah meninggal.

Sekarang, dengan fakta yang ada, mau tidak mau aku semakin percaya dengan kekuranganku yang bisa melihat "mereka". Karena sejak saat itu aku semakin peka, walaupun tidak selalu melihat, tapi kadang sering merasakan atau hanya sekedar mencium baunya...

Semoga kisahku bermanfaat, dilain kesempatan, aku akan ceritakan ttg sosok yang ada disisiku, menemaniku menulis cerita ini, sosok yang kuberi nama "Cici.."
TAMAT
Share this games :

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.